Cibodas, MINA — Ketua Lembaga Dakwah Parmusi Pusat (LDP Pusat) Farid Ahmad Okbah mengatakan Parmusi tetap mengambil konsentrasi gerakan dakwah.
Menurutnya, meski pada 1973 Parmusi mengalami fusi dengan PPP, Parmusi saat ini adalah Ormas (organisasi masyarakat), bukan lagi Orpol (organisasi politik).
“Karena itu, Parmusi tidak terlibat dalam politik praktis mendukung pasangan calon (presiden) yang ada. Kalaupun ada, itu pilihan pribadi mereka (para da’i),” tegasnya.
Menurutnya, secara keorganisasian, Parmusi tetap fokus pada penguatan dakwah di seluruh pelosok nusantara. Hal itu disampaikan Farid dalam acara Jambore 5.000 Da’i di Cibodas, Jawa Barat, Rabu (26/9).
Baca Juga: Menag RI dan Dubes Sudan Bahas Kerja Sama Pendidikan
Dia mengingatkan Parmusi akan kehilangan kepercayaan umat jika terlibat dalam politik praktis.
Sesuai dengan tagline menata, menyapa dan membela, Parmusi akan fokus pada pengembangan kapasitas da’i dan membangun Desa Madani di tiap daerah.
“Kita dapat melihat, 60 persen masyarakat Indonesia sekuler, 54 persen tidak dapat membaca Al-Qur’an. Kemudian tingkat kemiskinannya pun luar biasa,” tambahnya.
Ia juga mengingatkan bahwa angka kepatuhan syariah umat Islam hanya 15 persen. “Berarti mereka betul-betul terpengaruh oleh propaganda orang lain,” ujarnya.
Baca Juga: Mendikti Sampaikan Tiga Arah Kebijakan Pendidikan Tinggi Indonesia
Akibatnya, timbul penyakit kebodohan, kemaksiatan dan kekufuran secara sistematis.
Maka menurutnya, umat Islam harus mampu menebarkan syiar kebaikan, mengajak masyarakat kepada Al-Qur’an dan menegakkan keadilan dengan kekuasaan yang dimiliki.
“Islam bukan sekuler. Islam adalah pandangan hidup. Makanya politik Islam itu mengajak manusia agar selamat dunia dan akhirat. Politik kita bukan untuk kepentingan duniawi, tetapi untuk memenangkan Islam,” katanya.
Sementara, Wakil Ketua Lembaga Dakwah Parmusi (LDP) Bernard Abdul Jabbar mengatakan, perubahan paradigma Parmusi dari politik oriented menjadi dakwah oriented merupakan suatu kemajuan luar biasa.
Baca Juga: Kedutaan Besar Sudan Sediakan Pengajar Bahasa Arab untuk Pondok Pesantren
Ia mengapresiasi langkah Ketum Parmusi Usamah Hisyam pada tahun 2015 yang mengambil terobosan tersebut. Meski ada pihak yang menginginkan Parmusi tetap berkiprah di politik praktis.
“Pencanangan tahun 2018-2019 sebagai tahun ekspansi dakwah adalah langkah cerdas dalam menyebarkan nilai Islam rahmatan lil alamiin,” ujar Bernard.
Mengenai tantangan dakwah di pedalaman, ia menyampaikan maraknya pemurtadan di berbagai daerah. Karena itu Komite Nasional Anti Pemurtadan (KNAP) turut bersama Parmusi dalam menanggulangi pemurtadan yang terjadi di berbagai daerah.
“Pemurtadan adalah tantangan besar. Karena pemahaman masyarakat di pedalaman sangat rendah,” katanya.
Baca Juga: Konferensi Internasional Muslimah Angkat Peran Perempuan dalam Pembangunan Berkelanjutan
Bernard menambahkan, tingkat kesejahterannya juga rendah. Sehingga, ketika mereka dihadapkan pada dua hal, akhirnya terbentur.
“Itulah yang dimanfaatkan pihak tertentu dan bukan cuma-cuma. Ada misi agar umat Islam mengikuti kepercayaan mereka,” tambahnya.
Karena itu, Parmusi berikhtiar membentuk Desa Madani dan Bisnis Center Parmusi sebagai bekal dalam menopang perekonomian masyarakat dan kerja-kerja dakwah para da’i.
“Selain berdakwah, mereka juga harus menghidupi dakwah itu sendiri. Karenanya, acara Jambore ini untuk menyamakan persepsi para da’i dan persiapan para da’i yang akan disebar ke pelosok-pelosok,” ujar Bernard. (L/R03/RS3)
Baca Juga: Tingkatkan Literasi Al-Aqsa, AWG Gelar Sosialisasi di PPTQ Khadijah Pesawaran Lampung
Mi’raj News Agency (MINA)