Tunis, 1 Syawal 1434/8 Agustus 2013 (MINA) – Pemimpin Partai Islamis yang berkuasa di Tunisia Ennahda, Rachid Ghannouchi membuka peluang suatu referendum sebagai jalan keluar dari krisis yang sedang terjadi di negara itu.
Ghannouchi membuka peluang referendum mengenai kembali berfungsinya beberapa lembaga negara.
“Jika mereka [oposisi] yang bersikeras mengakhiri proses transisi, kita katakan kepada mereka, datang, mari kita referendum,” kata pemimpin berusia 72 tahun itu dalam wawancara kepada kantor berita internasional yang dikutip IINA dan dipantau Mi’raj News Agency (MINA).
Tunisia menghadapi krisis politik terburuk sejak demonstran menggulingkan mantan penguasa otoriter Zine El Abidine Ben Ali pada 2011, gerakan massa yang kemudian memicu gelombang “revolusi Arab” di seluruh wilayah.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
“Ini fakta bahwa di Tunisia ada dua ‘jalan’,” kata Ghannouchi, mengacu pada demonstrasi terhadap kabinet yang berkuasa setelah Ennahda mengklaim bahwa 200.000 orang berunjuk rasa pada Sabtu lalu (3/8) untuk mendukung partai tersebut.
Demonstrasi itu, bagaimanapun, diikuti serentetan protes sejak pembunuhan pada Februari 2013, seorang politisi oposisi Chokri Belaid dalam krisis lebih lanjut dipicu oleh pembunuhan baru-baru ini terhadap anggota parlemen oposisi Mohamed Brahmi, yang ditembak mati di luar rumahnya pada akhir bulan Juli lalu.
Dia juga memperingatkan pada upaya oposisi untuk menggulingkan pemerintah.
Sebelumnya, sebuah koalisi partai-partai oposisi menyerukan unjuk rasa pada Selasa (6/8) untuk menekan permintaan mereka bahwa pemerintah transisi yang dipimpin Ennahda dibubarkan dan majelis konstituante baru terbentuk.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Sejauh ini baik oposisi dan Ennahda telah menunjukkan ketegasan dalam posisi mereka, meski Ghannouchi mengatakan ia berharap solusi atas kebuntuan akan segera datang.
“Kami terbuka untuk membawa kekuatan oposisi dalam pemerintahan koalisi. Semua pilihan berada di meja. Segalanya mungkin,” ujarnya.
Ghannouchi lebih lanjut mengatakan ia terbuka untuk sebagian besar modifikasi melalui pembicaraan tanpa prasyarat dari oposisi dan bahkan pada ‘Hukum Isolasi’ kontroversial, yang bertujuan untuk memblokir mantan pejabat Ben Ali dari kehidupan politik untuk waktu yang tidak ditentukan.
Ennahda akan unjuk kekuatan akhir pekan ini dengan lebih dari 100.000 akan berkerumun di pusat lapangan Qasbah Square pada Sabtu (10/8) di salah satu demonstrasi terbesar di negara itu sejak revolusi 2011.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Rencana tersebut telah pasti memperkuat keyakinan partai Islam moderat itu untuk saling berhadapan melawan oposisi.
“Jalan tidak dapat mengubah pemerintahan terpilih, hanya satu diktator … Kami akan menerima dengan mengoreksi jalur transisi, tapi kami tidak akan menerima sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal,” tegas Ghannouchi. (T/P02/R2).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan