Oleh: Bahron Ansori, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Secara Bahasa, Ghazwul Fikri terdiri dari dua suku kata yaitu Ghazwah dan Fikr. Ghazwah berarti serangan, serbuan atau invansi. Sedangkan Fikr berarti pemikiran. Jadi, menurut bahasa Ghazwul Fikri adalah serangan atau serbuan didalam qital (perang) atau Ghazwul Fikri secara bahasa diartikan sebagai invansi pemikiran.
Secara istilah, Ghazwul Fikri adalah penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat islam guna merubah apa yang ada didalamnya sehingga tidak lagi bisa mengeluar-kan darinya hal–hal yang benar karena telah tercampur aduk dengan hal–hal yang tidak islami.
Menurut Ali Abdul Halim Mahmud, ghazwul fikri merupakan suatu upaya untuk menjadikan:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
- Bangsa yang lemah atau sedang berkembang, tunduk kepada Negara penyerbu.
- Semua Negara, negara islam khususnya, agar selalu menjadi pengekor setia negara-negara maju, sehingga terjadi ketergantungan di segala bidang.
- Semua bangsa, bangsa Islam khususnya, mengadopsi ideology dan pemikiran kafir secara membabi buta dan serampangan, berpaling dari manhaj Islam, Al Quran dan Sunnah.
- Bangsa-bangsa mengambil system pendidikan dan pengajaran negara-negara penyerbu.
- Umat islam terputus hubungan-nya dengan sejarah masa lalu, sirah Nabinya dan salafus saleh.
- Bangsa-bangsa atau negara-negara yang diserbu menggunakan bahasa penyerbu.
- Ghazwul fikri sebagai upaya melembagakan moral, tradisi, dan adat-istiadat bangsa penyerbu di negara yang diserbunya.
Secara sederhana, ghazwul fikri dapat diartikan sebagai perang pemikiran atau perang intelektual. Namun karena luasnya pembahasan, maka ada pula yang mengartikan (menerjemahkannya) sebagai invasi pemikiran, perang ideologi, perang budaya, perang urat syaraf, dan perang peradaban.
Dalam arti luas ghazwul fikri adalah cara atau bentuk penyerangan yang senjatanya berupa pemikiran, tulisan, ide-ide, teori, argumentasi, propa-ganda, dialog dan perdebatan yang menegangkan serta upaya lain pengganti pedang, bom dan per-senjataan lainnya. Ia merupakan perang non konvensional, baik cara, sarana, alat, tentara, target maupun sasarannya.
Namun demikian ghazwul fikri tidak berdiri sendiri. Ia merupakan bagian integral (yang tak terpisahkan) dari metode perang (uslub qital) yang bertujuan untuk memurtadkan kaum muslimin dari agamanya, atau jika tidak tercapai, setidaknya men-dangkalkan keagamaan seseorang atau masyarakat. Ia bukan merupakan tahapan peperangan, akan tetapi sebagai pelengkap dan peyempurna, alternatif dan pelipatgandaan cara peperangan dan penyerbuan orang-orang kafir terhadap Islam dan umatnya.
Dalam sejarah kontemporer, pene-rapan ghazwul fikri dilakukan oleh orang-orang kafir (Yahudi, Nasrani, musyrikin, dll.). Cara tersebut dilakukan setelah mereka gagal menaklukan dunia Islam melalui perang konvensional pada Perang Salib. Kekalahan telak yang mereka alami menimbulkan kesadaran baru bagi mereka, bahwa menaklukan Islam diperlukan pe-nyerbuan yang sifatnya non militer (non konvensional).
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam
Orang pertama yang menyadari perlunya metode baru untuk meng-hancurkan atau menaklukan dunia Islam adalah Louis XIV, raja Perancis yang tertawan di Al-Manshuriyah pada Perang Salib VII.
Ia menyerukan untuk melipatgandakan serbuan terhadap kaum muslimin. Dalam memoarnya ia menulis, “Setelah melalui perjalanan panjang, segalanya telah menjadi jelas bagi kita. Kehancuran kaum muslimin dengan jalan konvensional adalah mustahil. Karena mereka memiliki manhaj yang jelas dan yang tegas diatas konsep jihad fii sabilillah. Dengan manhaj ini, mereka tidak akan pernah mengalami kekalahan militer.
Karena itu, lanjutnya, Barat harus menempuh jalan lain (bukan militer). Yaitu jalan ideologi dengan mencabut akar manhaj dan mengosongkannya dari kekuatan, kenekatan dan keberanian. Caranya tidak lain adalah dengan menghancurkan konsep-konsep dasar Islam dengan berbagai ta’wil dan tasykik.”
Melihat kecilnya kemungkinan untuk dapat menghancurkan Islam, maka Samuel Martinus Zwemer, seorang Yahudi yang telah masuk Kristen dan menjadi tokoh, menurunkan targetnya. Ia mengatakan, “Tujuan kita bukan mengkristenkan umat Islam, target kita adalah menjauhkan kaum muslimin dari Islam. Ini yang harus kita capai walaupun mereka tidak bergabung dengan kita.”
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
Strategi atau uslub ghazwul fikri seperti itu sebenarnya sudah dipraktekan oleh orang-orang munafik dan orang-orang zindik pada awal Islam, yang kita kenal sebagai gembong munafik dan pembuat fitnah besar pada masa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, salah satunya Abdullah bin Ubay bin Salul.
Menurut Anwar Al-Jundi, yang pertama melancarkan ghazwul fikri setelah Abdullah bin Ubay bin Salul adalah Abdullah bin Saba’ dan Abdullah bin Muqoffa’ beserta kaum zindik.
Ghazwul Fikri sebagai sebuah strategi atau metode baru dalam menyerbu dunia Islam, baru dikenal kira-kira pada awal abad ini. Para aktivis gerakan Islam, baru menyadari adanya ghazwul fikri setelah banyak korban yang berjatuhan.
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata
Dalam perjalanannya, umat Islam selalu dihadapkan dengan berbagai rintangan. Di antara rintangan itu adalah musuh-musuh yang harus dihadapi oleh umat Islam. Sejak zaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Islam selalu dihapkan dengan berbagai musuh; selain kaum munafik, Yahudi juga kaum Nasrani.
Namun demikian, ada di antara musuh-musuh itu yang tunduk dan patuh dengan aturan Islam ketika mereka lemah tak berdaya. Sebaliknya, ketika musuh-musuh itu berjaya, maka umat Islam tidak pernah merasa aman dari ganggungan mereka. Lihatlah apa yang menimpa Muslim Rohingya; mereka dibantai, rumah-rumahnya dibakar bersama bayi dan anak-anak mereka, para wanitanya diperkosa. Semua itu adalah bukti keji perbuatan musuh-musuh Islam.
Adapun kelompok-kelompok tersebut antara lain; pertama, orang-orang Yahudi dan Nasrani. Tentang permusuhan orang-orang Yahudi dan Nasrani kepada umat Islam yang sudah berabad-abad lamanya ini, jauh-jauh hari Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menyampaikan dalam kalamNya yang artinya, “Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan pernah rela terhadap kalian, sehingga kalian mengikuti jejak mereka…” (Qs. Al Baqarah: 120).
Kedua, orang-orang Musyrik. Permusuhan dan kebencian kaum musyrikin kepada umat islam ini tak kalah dahsyat dengan yagn dilakukan kaum Yahudi dan Nasrani. Permusuhan kaum ini termasuk permusuhan yang paling besar. Karena itu Allah sudah menyampaikan melalui firmanNya yang artinya, “Sesungguhnya telah kalian dapati orang-orang yang paling besar permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik….” (Qs. Al Maidah: 82).
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Ketiga, orang-orang munafik. Kelompok ini berupaya terus untuk menghancurkan umat isalam dengan berpura-pura menjadi pembela kepen-tingan kaum muslimin. Padahal di belakang, mereka adalah penghamba musuh-musuh Allah dan RasulNya. Kaum ini adalah orang-orang munafik yang rela menikam saudara seimannya demi memperturutkan hawa nafsunya senidir.
Tentang kedustaan mereka ini, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Bila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: ‘Kami mengakui, bahwa kamu benar-benar Rasulullah’. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar RasulNya’, dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.” (Qs. Al Munafiqun : 1).
Dalam pikiran kaum munafik baik laki-laki maupun perempuan, yang ada adalah bagaimana mereka senantiasa berupaya menyebarkan keburukan dengan mengajak kepada kemungkaran dan melarang ke arah kebaikan. Terkait tentang prilaku bejat mereka ini, Allah Subhanahu Wa Ta’ala sudah menegaskan dalam firmanNya yang artinya, “Orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang mungkar dan melarang yang ma’ruf dan menggenggam tangannya (kikir). Mereka telah melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafiq itulah orang-orang yang fasik.” (Qs. At Taubah : 67).
Meskipun mereka (musuh-musuh islam) itu nampaknya berbeda, tetapi sesungguhnya di dalam memerangi kaum muslimin mereka bersatu padu melakukan konspirasi (persekongkolan) yang berskala Internasional. Mereka berusaha tanpa mengenal lelah dan berputus asa.
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan tiada henti-hentinya mereka selalu memerangi kalian sehingga kalian murtad dari agama kalian, jika mereka mampu….” (Qs. Al Baqarah: 217).
Berhitung dan waspadalah kaum muslimin. Cepatlah dalam mengambil keputusan sebelum musuh-musuh Islam itu benar-benar menusuk jantung kita dan mencabut semua akar kekuatan Islam ini. Rapatkan shaf satukan barisan untuk maju bersama dan mempersiapkan bekal sebaik mungkin. Wasapadailah Ghazwul Fikr karena ia merupakan senjata mematikan dan bom yang sangat dahsyat untuk mengalahkan umat Islam. Wallahua’lam. (R02/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah