California, MINA – Google menyediakan kecerdasan buatan (AI), dan kemampuan pembelajaran mesin tingkat lanjut, kepada pemerintah Israel, melalui kontrak “Project Nimbus” yang kontroversial, lapor The Intercept.
Pemerintah Israel mengatakan, proyek ini dimaksudkan untuk membantu pemerintahan, lembaga pertahanan, dan lainnya dengan solusi cloud yang mencakup semua, demikian MEMO melaporkan, Selasa (2/8).
Menurut The Intercept, dokumen dan video pelatihan yang diperoleh melalui portal pendidikan yang dapat diakses public, ditujukan untuk pengguna Nimbus, mengungkapkan bahwa Google menyediakan pembelajaran mesin dan alat AI kepada pemerintah Israel, termasuk deteksi wajah, kategorisasi gambar otomatis, pelacakan objek, dan bahkan analisis sentime, yang mengeklaim dapat menilai konten emosional dari gambar, ucapan, dan tulisan, melalui Google Cloud Platform.
Jack Poulson, Direktur kelompok pengawas, Tech Inquiry, yang berbagi alamat portal dengan The Intercept , mengatakan, “Mantan kepala Keamanan untuk Google Enterprise, yang sekarang mengepalai cabang Oracle Israel, telah secara terbuka menyatakan bahwa salah satu tujuan dari Nimbus mencegah pemerintah Jerman meminta data yang berkaitan dengan Pasukan Pertahanan Israel untuk Pengadilan Kriminal Internasional.”
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
“Mengingat kesimpulan Human Rights Watch bahwa pemerintah Israel melakukan ‘kejahatan terhadap kemanusiaan apartheid dan penganiayaan’ terhadap warga Palestina, sangat penting bahwa dukungan pengawasan AI Google dan Amazon untuk IDF didokumentasikan sepenuhnya,” tambahnya.
Penggunaan pengawasan, dan pengenalan wajah oleh Israel tampaknya menjadi salah satu penerapan teknologi yang paling rumit, yang berusaha mengendalikan populasi subjek, menurut para ahli dengan organisasi hak-hak sipil digital, AccessNow.
Tentara Israel berpartisipasi dalam kompetisi tahun 2019, untuk melihat siapa yang dapat menangkap jumlah foto wajah Palestina terbanyak, termasuk anak-anak dan orang tua, dan Washington Post mengatakan bahwa “minimal,” jumlah total gambar yang dikumpulkan “sampai ribuan.”
“Hidup di bawah pengawasan negara selama bertahun-tahun mengajari kami bahwa semua informasi yang dikumpulkan dalam konteks Israel/Palestina dapat disekuritisasi dan dimiliterisasi,” kata Mona Shtaya, Advokat Hak Digital di 7amleh.
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
“Pengenalan gambar, pengenalan wajah, analisis emosional, antara lain akan meningkatkan kekuatan negara pengawas untuk melanggar hak privasi Palestina, dan guna memenuhi tujuan utama mereka, yaitu menciptakan perasaan Panopticon (melihat segalanya), di antara orang Palestina bahwa kita sedang diawasi sepanjang waktu, yang akan membuat kontrol populasi Palestina lebih mudah,” ujar Mona.
Kontrak besar senilai AS$1,2 miliar yang dikenal sebagai Project Nimbus adalah salah satu usaha infrastruktur teknologi terbesar Israel. Kontrak tersebut ditandatangani dengan militer Israel Mei lalu, menyusul tawaran yang mengalahkan raksasa lain seperti Microsoft. Google dan Amazon menyediakan teknologi layanan cloud untuk Tel Aviv dan angkatan bersenjatanya. (T/R6/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza