Hadiri Konferensi di Israel Akademisi Mesir Menuai Kecaman

Saad Eddin Ibrahim (Jpost)

Kairo, MINA  – terkemuka , Saad Eddin Ibrahim (71), mendapat kecaman keras karena menghadiri sebuah konferensi internasional di Universitas Tel Aviv, .

Ibrahim yang memberikan ceramah tentang hubungan Mesir-Israel, dikecam sebagai “pengkhianat” karena melegitimasi normalisasi hubungan antara kedua negara.

Sosiolog tersebut dikenal karena mendukung Mesir untuk memiliki hubungan konstruktif dan terbuka dengan Israel. Kantor Berita MINA melaporkan dari sumber Egytptian Streets, Senin (8/1/2018).

Dalam sebuah wawancara dengan TV Israel, Ibrahim mengatakan, dia telah mengunjungi Israel tiga kali dalam 20 tahun terakhir.

Sekitar 20 mahasiswa Arab yang menghadiri ceramah Ibrahim di Universitas Tel Aviv meneriakkannya sebagai “pengkhianat yang memalukan.”

“Anda menyerah pada nasionalisme Anda, Anda pengkhianat. Anda bekerja untuk normalisasi dan menjual orang-orang Mesir dan seluruh dunia Arab. Ini memalukan. Orang-orang Mesir meninggalkanmu dan meninggalkan orang-orang sepertimu,” lanjut mereka.

Ibrahim menjawab bahwa apa yang dilakukan para mahasiswa Arab itu “cerdas” karena mereka menentangnya saat menyampaikan ceramah di universitas, sementara mereka menerima pendidikan mereka di institusi yang sama.

Ibrahim diterima dengan hangat oleh peserta konferensi lainnya, menurut surat kabar al-Masry al-Youm.

Saad Eddin Ibrahim adalah pendiri Pusat Studi Pembangunan Ibn Khaldun dan Organisasi Arab untuk Hak Asasi Manusia.

Kunjungan tersebut, digambarkan di Mesir sebagai “provokatif,” dan menimbulkan kontroversi di Parlemen Mesir.

Beberapa anggota parlemen menilai kunjungan tersebut sebagai pengkhianatan dan menggambarkannya sebagai “bencana besar.”

Anggota parlemen Tadros Kaldas mengecam kunjungan Ibrahim ke Israel, yang secara historis menjadi musuh utama negara-negara Arab karena melanggar hak-hak rakyat Palestina, menurut surat kabar Youm7.

Nashwa al-Deeb, anggota parlemen lainnya,  mengatakan bahwa Ibrahim mempermalukan dirinya sendiri dengan kunjungan tersebut.

Dalam pernyataannya, dia mengatakan bahwa waktu kunjungan itu menjadi krusial karena terjadi setelah pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.

Sementara itu, Kedubes Israel di Mesir mengatakan dalam sebuah pernyataan, pihaknya mengucapkan kepad semua orang Mesir selamat datang untuk mengunjungi Israel, berdasarkan perjanjian damai antara kedua negara.

Kedubes lebih jauh menggambarkan ucapan yang dilakukan oleh parasiswa Arab di Israel sebagai “kemunafikan”.

“Mereka adalah warga Arab dan menerima pendidikan mereka di Universitas Israel. Mereka menikmati kebebasan berbicara dan tingkat pendidikan bergengsi yang sama,” ujar pernyataan. (T/RS2/)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.