ISTIQAMAH memang berat. Namun, kita harus berusaha meraihnya. Sebab hadiahnya adalah ridha Allah dan surga-Nya. Hadits Arbain Nawawi 21 menjadi panduan singkatnya. Berikut penjelasan haditsnya:
عَنْ أَبِيْ عَمْرَةَ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِىِّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِى فِى الإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ
Dari Abu Amrah, Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku bertanya, “Wahai Rasulullah, katakan kepadaku perkataan tentang Islam yang aku tidak akan bertanya kepada selain engkau.” Rasulullah bersabda, “Katakanlah ‘aku beriman kepada Allah’ kemudian Istiqamah-lah.” (HR. Muslim).
Imam Muslim meriwayatkan hadits ini dari Abu Amrah radhiyallahu ‘anhu. Shahabat yang nama aslinya adalah Sufyan bin Abdullah ini berasal dari kabilah Tsaqif, suku terkenal di Thaif, sehingga di belakangnya tersemat Ats-Tsaqafi.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Sufyan bin Abdullah meriwayatkan lima hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, Sufyan mendapatkan amanah sebagai amil untuk wilayah Thaif.
Selain Imam Muslim dalam Shahih, Imam Ahmad juga meriwayatkan hadits ini dalam Musnad-nya, Ibnu Hibban dalam Shahih-nya, dan An-Nasa’i dalam Sunan Al-Kubra.
Kata qaulan (قولا) secara bahasa berarti ucapan. Maknanya dalam hadits ini adalah ucapan yang mencakup nilai-nilai agama. Jadi, Sufyan minta nasihat kepada Rasulullah yang tidak akan ia dapatkan dari orang lain.
Fil Islam (في الإسلام) artinya dalam aqidah dan syariat Islam. Hadits ini menggambarkan semangat para sahabat Nabi dalam mencari ilmu, meraih kebaikan, dan menyempurnakan agama mereka. Sebagaimana hadits-hadits lain ketika sahabat minta nasihat atau bertanya amalan yang paling utama.
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
Qul amantu billah (قل امنت بالله) artinya katakanlah, “aku beriman kepada Allah.” Musthafa Dieb Al-Bugha dan Muhyidin Mistu dalam Al-Wafi menjelaskan bahwa maksudnya adalah perbarui iman dalam hati dan dengan lisanmu.
Muhammad bin Abdullah Al-Jardani Al-Dimyati dalam Al-Jauhar Al-Lu’luiyah fi Syafah Al-Arbain An-Nawawiyah menjelaskan ada tiga makna kalimat ini. Pertama, perbarui imanmu dalam keadaan kamu berdzikir dengan lisanmu dan mengingat dengan hatimu. Kedua, hendaklah selalu menjaga imanmu kepada Allah. Ketiga, tambahkan imanmu kepada Allah dengan mentafakkuri ciptaan-Nya.
Tsummas taqim (ثم استقم) artinya kemudian beritiqamahlah. Yakni menetapi iman dan tidak menoleh kepada sesembahan selain Allah.
Istiqamah artinya adalah menetapi iman, berpegang teguh kepadanya. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu mengatakan, Istiqamah adalah tetap teguh bahwa Allah adalah Rabb dan tidak menyekutukan-Nya.
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Istiqamah adalah mengucapkan “Tuhan kami adalah Allah” kemudian berpegang teguh kepadanya hingga mati. Sedangkan Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menjelaskan, “Istiqamah adalah tegak lurus, yaitu teguh pendirian, tidak menyeleweng ke kiri dan ke kanan. Juga tidak pernah mundur.”
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
Ibnu Rajab menjelaskan arti Istiqamah adalah menempuh jalan yang lurus, agama yang benar, tanpa berpaling ke kanan atau ke kiri. Mencakup semua ketaatan, baik yang zhahir maupun yang batin. Juga mencakup semua larangan.
Jika pengertian Istiqamah adalah menetapi iman, ini saja sudah cukup menjadikan hadits ini sebagai qaulan yang mencakup semua nilai agama.
Istiqamah itu berat. Suatu hari, sebagian sahabat melihat rambut Rasulullah beruban. Mereka pun bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa rambutmu (tiba-tiba) beruban?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:
شَيَّبَتْنِي هُودٌ وَأَخَوَاتُهَا
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
Rambutku beruban karena surat Hud dan kawan-kawannya. (HR. Abu Ya’la)
Surat Hud membuat Rasulullah beruban. Terutama ayat 112 yang memerintahkan Istiqamah.
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Maka istiqamahlah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Hud: 112).
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Saat menjelaskan ayat ini dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran, Sayyid Qutb menyebutkan tentang rambut Rasulullah tiba-tiba beruban. Karena begitu beratnya Istiqamah.
Istiqamah itu berat sehingga tidak ada orang yang bisa mencapai Istiqamah secara sempurna kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana sabda beliau:
اسْتَقِيمُوا وَلَنْ تُحْصُوا
Istiqamahlah kalian dan kalian tidak akan mampu… (HR. Ibnu Majah, Ad-Darimi, dan Malik).
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti
Meskipun berat dan meskipun kita tidak akan bisa Istiqamah secara sempurna, kita harus berusaha menggapainya. Sebab balasannya adalah surga.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ . أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al Ahqaf: 13-14).
Istiqamah memang berat tetapi pahala dan keutamaannya luar biasa. Orang yang Istiqamah, ia akan mendapatkan surga sebagaimana Surat Al-Ahqaf ayat 14 di atas. Selain itu, ia juga mendapatkan banyak keutamaan di dunia. Antara lain berupa keberanian (asy-syaja’ah), kedamaian (al-ithmi’nan), dan optimistis (at-tafa’ul).
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushilat: 30).
Ibnu Katsir dan banyak ulama tafsir lainnya menyebutkan bahwa turunnya malaikat yang memberikan pesan penguat terjadi pada saat sakaratul maut. Namun, ada juga penafsiran lain yang menyatakan bahwa keberanian, ketenangan, dan optimisme akan dimiliki oleh orang-orang yang istiqamah sejak di dunia. Salah satu ulama yang mendukung pandangan ini adalah Buya Hamka.
Contohnya, kita melihat Bilal bin Rabah yang semula penakut menjadi seorang pemberani. Mush’ab bin Umair tampil dengan ketenangan yang luar biasa. Para sahabat Nabi pun menunjukkan optimisme dalam menghadapi masa depan.
Baca Juga: Hari HAM Sedunia: Momentum Perjuangan Palestina
Ketiga sikap tersebut sangat dibutuhkan dalam kehidupan, terutama di masa sekarang, ketika banyak orang takut menyuarakan kebenaran dan membelanya, takut menghadapi risiko dakwah, bahkan takut memikul tanggung jawab.
Orang yang beriman dan istiqamah mendapatkan keberanian dari Allah, karena mereka hanya takut kepada-Nya. Mereka menjadi pemberani karena berdiri di atas kebenaran, meskipun harus menghadapi konsekuensi berat, seperti Imam Ahmad yang dipenjara demi mempertahankan keyakinannya bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah, bukan makhluk.
Ketenangan juga sangat diperlukan, terutama di era saat ini di mana kesehatan mental menjadi isu global. Banyak orang mengalami stres dan depresi, hingga angka bunuh diri terus meningkat.
Bagi orang yang beriman dan istiqamah, Allah memberikan ketenangan melalui zikir kepada-Nya. Mereka merasakan kedamaian dan kebahagiaan karena yakin Allah selalu bersama mereka dan tidak akan pernah meninggalkan mereka. Kepada Allah mereka bersandar, bermunajat, dan mencurahkan isi hati. []
Baca Juga: Literasi tentang Palestina Muncul dari UIN Jakarta
Mi’raj News Agency (MINA)