Bayt Lahiya, 5 Syawal 1434/11 Agustus 2013 (MINA) – Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyah menegaskan kembali seruan kepada Mesir untuk meringankan penderitaan saudara-saudara mereka di Jalur Gaza dengan menyediakan jalur alternatif guna masuknya kebutuhan pokok bagi rakyat Palestina di daerah kantong itu.
Hal tersebut disampaikannya pada khutbah Idul Fitri 1 Syawal 1434 menyusul dihancurkannya terowongan-terowongan di perbatasan Gaza-Mesir yang selama ini menjadi alternatif utama untuk sekitar 1,7 juta masyarakat Gaza.
Menurut laporan Koresponden Mi’raj News Agency (MINA) di Jalur Gaza, Muhammad Husain mengatakan bahwa dalam khutbahnya, Haniyah menjelaskan jalur alternatif yang dimaksud yaitu kembali memfungsikan pintu perbatasan Rafah sebagaimana mestinya terutama selama menjelang hari Idul Fitri dan setelahnya.
Dia juga menempatkan penekanan besar pada perlunya menemukan jalur perdagangan baru sebagai alternatif dari terowongan yang telah dihancurkan oleh militer Mesir.
Baca Juga: Al-Qasam Rilis Video Animasi ”Netanyahu Gali Kubur untuk Sandera”
Jalur Gaza menjadi penjara terbuka terbesar di dunia saat Israel semakin memperketat pengepungannya di Jalur Gaza menyusul kemenangan gerakan perlawanan Islam Hamas dalam pemilu legislatif 2006 lalu.
Israel memblokade Jalur Gaza setelah Hamas menguasai penuh seluruh wilayah Jalur Gaza pada Juni 2007.
Israel memperketat blokade jalur darat dan laut untuk mengisolasi Jalur Gaza dari akses keluar masuk menuju Tepi Barat, termasuk kota Al-Quds di mana Masjid Al-Aqsha berada, dan negara-negara lain di seluruh dunia.
Israel membatasi masuknya bahan-bahan kebutuhan pokok ke Jalur Gaza, memutus pasokan listrik, menahan akses bahan bakar diperbatasan dan juga menutup pelabuhan-pelabuhan serta penyeberangan dari dan ke Jalur Gaza.
Baca Juga: Tentara Cadangan Israel Mengaku Lakukan Kejahatan Perang di Gaza
Sementara perbatasan Rafah adalah satu-satunya pintu penyeberangan melalui darat yang tidak dikontrol oleh Israel. Melalui pintu perbatasan inilah warga Gaza dapat terhubung dengan dunia luar.
Namun, perbatasan Rafah hanya menjadi jalur perlintasan orang untuk keluar masuk Gaza-Mesir. Rakyat Palestina di Jalur Gaza terpaksa menggunakan terowongan sebagai satu-satunya urat nadi untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka akibat blokade Israel tersebut.
Hapus Blokade Jalur Gaza
Di bawah tekanan internasional yang berat, Israel melonggarkan blokade pada 2010 setelah serangan pasukan elit militer Israel menewaskan sembilan aktivis Turki di atas kapal Mavi Marmara yang membawa bantuan kemanusiaan menuju Jalur Gaza di perairan internasional mediterania.
Baca Juga: Jihad Islam Kecam Otoritas Palestina yang Menangkap Para Pejuang di Tepi Barat
Sementara pihak berwenang Mesir menghancurkan sebagian besar terowongan sepanjang perbatasan Gaza-Mesir setelah kudeta militer terhadap presiden terpilih Mesir, Muhammad Mursi 3 Juli 2013.
Pembatasan super ketat terhadap perbatasan Rafah yang merupakan satu-satunya jalan keluar untuk menghirup udara segar kebebasan bagi rakyat Palestina di Jalur Gaza baru-baru ini oleh pemerintah sementara Mesir ternyata melengkapi blokade Israel atas wilayah itu di mana kembali menegaskan Gaza menjadi “penjara terbuka terbesar di dunia”.
Husain yang ikut melaksanakan shalat Ied diimami PM Palestina bersama relawan Indonesia lainnya yang sedang mengerjakan amanah pembangunan Rumas Sakit Indonesia (RSI) di Gaza, juga mengatakan bahwa Haniyah meminta pemerintah sementara Mesir untuk tidak ikut memblokade Jalur Gaza sebagaimana yang dilakukan penjajah Israel.
Dorong Rekonsiliasi Palestina
Baca Juga: Israel Larang Renovasi Masjid Al-Aqsa oleh Wakaf Islam
Dalam konteks lain, Haniyah menegaskan dalam khutbah Idul Fitri 1434 yang disampaikan kepada ribuan jamaah shalat Ied di Lapangan Sepak Bola ‘Yarmuk’, Pusat Kota Gaza, 1 Syawal 1434 bertepatan dengan Kamis, 8 Agustus 2013 bahwa terus mendorong rekonsiliasi dan persatuan nasional.
“Kami mengkonfirmasi pada hari raya Idul Fitri ini bahwa kami masih bersikeras mewujudkan rekonsiliasi dan kami masih tetap berusaha untuk mengakhiri perpecahan,” tegas Ismail Haniyah seperti dikutip Kantor Berita berbasis di Gaza AlRay.
Petinggi Hamas itu juga menekankan kota Al-Quds (Yerusalem) adalah milik umat Islam menjadi ibukota Palestina dan rakyat Palestina berhak memperoleh hak-hak mereka termasuk kepemilikan seluruh tanah Palestina. (L/K9/P02/R2)
Baca Juga: Israel kembali Serang RS Kamal Adwan, Sejumlah Fasilitas Hancur
Mi’raj News Agency (MINA)