Hari Perempuan Sedunia, LIPI Hadirkan Peneliti Sains Indonesia

Jakarta, MINA – Peran perempuan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kini semakin penting. Berbagai aktivitas penelitian seperti ekspedisi, eksplorasi, dan publikasi dalam bentuk jurnal, paten, serta prototype produk terus dihasilkan sebagai bentuk sumbangsih bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada Diskusi Publik dalam rangka , bertajuk ‘Peran Perempuan Dalam Dunia Sains dan Teknologi’ di Jakarta, Jumat (8/3).

“Diskusi ini bertujuan untuk menyebarkan energi positif kepada para perempuan di Indonesia dan mendorong semangat perempuan untuk mengambil peran sains serta teknologi,” ujar Nur Tri.

Nur menjelaskan, saat ini LIPI memiliki jumlah peneliti perempuan sebanyak 663 orang yang tersebar di berbagai satuan kerja teknis penelitian LIPI.

“LIPI memiliki sederet peneliti perempuan yang berprestasi dan dapat menginspirasi perempuan Indonesia untuk termotivasi berkarya dibidang yang digelutinya,” jelas Nur.

Adapun peneliti perempuan yang hadir membagi kisah inspiratifnya yakni Athanasia Amanda Septevani (peneliti Pusat Penelitian Kimia LIPI), Intan Suci Nurhati (peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI), dan Kartika Dewi (peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI).

Athanasia Amanda Septevani adalah peneliti bidang Polymer Nanocomposite and Nanotechnology pada Pusat Penelitian Kimia LIPI. Sejak 2009 bergabung sebagai peneliti dan meraih gelar master dan doktoral di The University of Queensland, Australia bidang material sains.

Pada tahun 2018, Amanda memperoleh penghargaan L’Oreal UNESCO Women in Science 2018 atas penelitiannya terkait nanopaper berbasis biomassa serat nanoselulosa alami sebagai layar perangkat elektronik masa depan. Risetnya tersebut diharapkan sebagai pengganti layar perangkat elektronik seperti gawai dan televisi, yang bahannya kaku dan mudah retak, serta berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.

Intan Suci Nurhati adalah peneliti koral pada Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Sejak bergabung tahun 2015, Intan menekuni arsip-arsip alam seperti perubahan temperatur, curah hujan, dan terumbu karang di Indonesia.

Salah satu kajian Intan adalah karang sebagai indikator perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Intan meraih gelar doktor pada 2010 di Georgia Institute of Technology, Amerika Serikat dengan fokus Earth & Atmospheric Sciences with Certificate in Environmental Public Policy. Pada 2018, Intan meraih LIPI Young Scientist Award (LYSA) 2018 atas konsistensinya dan memiliki rekam jejak yang baik dalam melakukan penelitian.

Sedangkan Kartika Dewi adalah peneliti bidang zoologi pada Pusat Penelitian Biologi LIPI. Bergabung sebagai peneliti sejak tahun 2005, fokus penelitian Kartika adalah nematoda parasit pada hewan liar di Indonesia. Kartika meraih gelar doktor bidang Veterinary Science, Rakuno Gakuen University di Jepang. Salah satu penelitiannya yakni nematoda parasit pada jenis-jenis katak di pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

“Ketiga narasumber di atas patut diteladani prestasi dan keberhasilannya dalam karirnya masing-masing di bidang sains,” pungkas Nur. (R/R09/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)