Jakarta, MINA – Fasilitator Inisiatif Interfaith Rainforest Initiative (IRI) Indonesia Hayu Prabowo mengatakan, pola hidup masyarakat melalui solusi berbasis alam (Nature-based Solutions/NbS) menjadi kunci penting dalam menghadapi ancaman bencana dan membangun ketahanan akibat perubahan iklim.
Pernyataan Hayu disampaikan pada pertemuan kepemimpinan iklim pemuda lintas agama IRI Indonesia yang berfokus pada pengembangan solusi berbasis alam di kawasan eco-eduwisata Kisuci, Sentul, Bogor, Sabtu (6/7).
Menurutnya, penerapan solusi berbasis alam secara masif dan berkelanjutan diyakini akan membawa dampak positif yang signifikan.
Selain mengurangi risiko bencana, lanjut Hayu, NbS juga dapat meningkatkan kualitas lingkungan, melestarikan keanekaragaman hayati, dan mendukung ekonomi masyarakat.
Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025
“Sudah saatnya solusi berbasis alam dalam rangka memuliakan lingkungan menjadi pola hidup kita,” kata Hayu.
Rentetan bencana alam yang terjadi belakangan ini menjadi alarm bahaya bagi Indonesia. Banjir, longsor, hingga kekeringan semakin sering melanda, diperparah dengan dampak krisis iklim yang semakin nyata.
Para ahli sepakat bahwa solusi berbasis alam, seperti pelestarian hutan, rehabilitasi mangrove, dan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) terpadu, merupakan cara efektif untuk memitigasi risiko bencana.
Solusi berbasis alam (Nature-based Solutions/NBS) adalah tindakan yang melindungi, meregenerasi, dan mengelola ekosistem secara berkelanjutan. Solusi ini memberikan manfaat pada ekosistem dan masyarakat dengan mengurangi emisi gas rumah kaca dan menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer.
Baca Juga: Naik 6,5 Persen, UMP Jakarta 2025 Sebesar Rp5,3 Juta
NBS ini menawarkan cara inovatif untuk mengatasi tantangan sosial dan lingkungan dengan memanfaatkan jasa ekosistem. Penerapan NBS dalam pemberdayaan masyarakat memiliki potensi besar, terutama di Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati.
Acara yang diselenggarakan IRI bekerjasama dengan Komunitas Iklim Sungai Cikeas (KISUCI) itu sendiri dihadiri oleh 60 orang perwakilan dari aktivis, mahasiswa, para peneliti dan perwakilan dari organisasi keagamaan di Indonesia.
Salah satu agenda dalam pertemuan selain membahas teori, tetapi juga memberikan kesempatan bagi para peserta untuk belajar langsung tentang praktik terbaik dalam aksi iklim.
Pembelajaran langsung dari Green Business “eco-eduwisata Kisuci” memberikan wawasan berharga tentang bagaimana bisnis dapat berjalan seiring dengan prinsip-prinsip keberlanjutan.[]
Baca Juga: Bulog: Stok Beras Nasional Aman pada Natal dan Tahun Baru
Mi’raj News Agency (MINA)