Tunis, MINA – Pejabat Human Rights Watch (HRW) Letta Tayler pada Selasa (12/2) mengatakan, pejabat Tunisia telah “menyeret kaki mereka” dengan tidak berupaya memulangkan anak-anak pejuang kelompok Islamic State (ISIS) asal negara itu, yang saat ini berada di kamp-kamp di Irak, Suriah dan Libya.
Peneliti senior terorisme dan kontraterorisme di HRW itu mengatakan, sekitar 200 anak, kebanyakan mereka berusia enam tahun atau lebih muda, dan 100 perempuan yang mengaku warga negara Tunisia ditahan di kamp-kamp “jorok” di luar negeri, demikian The New Arab melaporkan yang dikutip MINA.
Menurut HRW, sebagian besar anak-anak ditahan bersama ibunya, setidaknya ada enam anak yatim piatu.
Tayler mengkritik pejabat Tunisia yang tidak berupaya membantu anak-anak tersebut pulang ke negaranya.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
“Kekhawatiran keamanan yang sah bukanlah izin bagi pemerintah untuk meninggalkan anak-anak muda dan warga negara lainnya yang ditahan tanpa tuduhan di kamp-kamp dan penjara kumuh di luar negeri,” kata Tayler.
Sekitar 2.000 anak dan 1.000 wanita ditahan di penjara Irak dan Libya, ada tiga kamp di Suriah Utara, karena ikatan mereka dengan kelompok ISIS. Dikatakan, Tunisia memiliki “salah satu kontingen terbesar.”
Menurut pihak berwenang di Tunis, sekitar 3.000 warga Tunisia telah pergi ke luar negeri untuk bergabung dengan organisasi bersenjata. PBB mengklaim, sebanyak 5.000 orang telah melakukannya.
“Anak-anak Tunisia terjebak di kamp-kamp ini tanpa pendidikan, tidak ada masa depan, tidak ada jalan keluar, sementara pemerintah mereka tampaknya hampir tidak mengangkat jari untuk membantu mereka,” kata Tayler. (T/Gun/RI-1)
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Mi’raj News Agency (MINA)