HRW: Ratusan Anak Hilang dari Penjara Tahanan ISIS di Suriah

Di bawah kekuasaan ISIS, sekolah-sekolah diubah menjadi kamp pelatihan anak-anak ISIS. (Al Hayat)

New York, MINA – Ratusan anak laki-laki hilang dari penjara Kurdi Suriah yang menahan anggota kelompok Islamic State () dan keluarga mereka, setelah pasukan Kurdi yang didukung AS memerangi gerilyawan ISIS selama 10 hari untuk merebut kembali fasilitas itu, kata kelompok HAM internasional, Jumat (4/2).

Laporan Human Rights Watch muncul sehari setelah pemimpin tertinggi ISIS, Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi, tewas dalam serangan AS di rumah persembunyiannya di barat laut Suriah, The New Arab melaporkan.

Presiden Joe Biden mengatakan al-Qurayshi bertanggung jawab atas serangan penjara Suriah, serta genosida terhadap orang-orang Yazidi di Irak pada tahun 2014.

Anak-anak tersebut berasal dari berbagai latar belakang dan kebangsaan. Sebagian dibawa dari negara mereka sendiri oleh orangtua mereka yang bergabung dengan ISIS, sementara yang lain lahir di Irak dan Suriah.

Mereka dipenjara karena banyak pemerintah menolak untuk memulangkan mereka, sementara pihak berwenang Kurdi telah menyatakan keprihatinannya bahwa anak-anak itu mungkin memiliki kecenderungan ekstremis.

Tidak jelas berapa banyak anak laki-laki di penjara itu.

Penjara Gweiran (Al-Sinaa) di kota Hassakeh di timur laut Suriah menampung lebih dari 3.000 narapidana, di mana sekitar 600 di antaranya adalah anak-anak.

“Pasukan Demokrat Suriah (SDF) mulai mengevakuasi pria dan anak laki-laki dari penjara yang dikepung beberapa hari yang lalu. Namun, dunia masih tidak tahu berapa banyak yang hidup atau mati,” kata Letta Tayler dari Human Rights Watch, berbicara tentang pasukan yang dipimpin Kurdi.

Sementara anak laki-laki ditahan secara terpisah dari orang dewasa, kelompok-kelompok tersebut bercampur ketika militan ISIS menyerbu penjara dalam pembobolan penjara pada 20 Januari. Beberapa narapidana melarikan diri, sementara yang lain termasuk tahanan anak-anak disandera dalam pertempuran berikutnya.

Pada konferensi pers pada hari Senin, Komandan SDF Nowruz Ahmad menyatakan bahwa pasukannya telah mengambil kendali penuh penjara dan mengkonfirmasi bahwa 77 pegawai penjara, 40 militan Kurdi, dan 4 warga sipil tewas, bersama 374 tahanan dan penyerang ISIS. Dia tidak memberikan rincian dari tahanan yang tewas, atau berapa banyak dari mereka adalah anak-anak.

Seorang tahanan Kanada yang diwawancarai oleh HRW mengatakan, dia yakin “puluhan anak” terbunuh.

Koalisi pimpinan AS melawan ISIS mengatakan, para tahanan yang melarikan diri ditahan di fasilitas yang lebih aman.

Laporan HRW mendesak SDF untuk mengizinkan kelompok-kelompok kemanusiaan internasional mengunjungi tahanan yang telah dievakuasi atau ditangkap kembali dari penjara, dan untuk memberikan perawatan dasar.

“Krisis penjara al-Sinaa adalah hasil yang dapat diprediksi dari pemerintah yang menutup mata terhadap nasib warga negara mereka dan semua lainnya yang ditahan dalam kondisi mengerikan di timur laut Suriah,” kata Tayler.

“Serangan ini harus menjadi peringatan bagi negara-negara bahwa outsourcing tanggung jawab untuk warga negara mereka tidak akan membuat masalah ini hilang,” katanya. “Itu hanya akan menambah penderitaan para tahanan ini, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak.” (T/RI-1/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.