Iltizam Seorang Muslim kepada Allah (bag. 2)

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

seorang muslim Ta’ala akan terwujud melalui beberapa point berikut ini.

Pertama, mukmin yang terjaga. Muslim yang sebenarnya adalah yang hatinya selalu terjaga, batinnya selalu terbuka, mampu menangkap keagungan ciptaan Allah dalam semesta. Dia meyakini bahwa “tangan” Allah yang tak terlihatlah yang menggerakkan semesta dan urusan-urusan manusia. Karena itu dia selalu mengingat Allah Ta’ala, melihat tanda-tanda kekuatan-Nya yang tak terbatas di setiap detik kehidupan, membuat dirinya semakin bertambah keimanan, makin khyusu zikirnya dan kian teguh tawakalnya kepada Allah. (Lihat, Qs. Ali Imron: 190).

Sehingga muslim yang seperti di atas selalu taat kepada Allah dalam seluruh perkaranya, dan menjaga batas-batas larangan Allah, menunaikan seluruh perintah-Nya besar maupun kecil tanpa pengecualian. Ini seperti dalam firman Allah Ta’ala dalam Qur’an surat an Nisa ayat 65,

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُوْنَ حَتّٰى يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوْا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (Qs. an Nisa: 65).

Kedua, ridha terhadap qadha dan takdir Allah Ta’ala. Seorang muslim yang sebenarnya selalu merasa ridha dengan qadha dan takdir Allah Ta’ala. Ia selalu memegang teguh hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,

وعن أبي يحيى صهيب بن سنانٍ – رضي الله عنه – ، قَالَ : قَالَ رسولُ الله – صلى الله عليه وسلم – : (( عَجَباً لأمْرِ المُؤمنِ إنَّ أمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خيرٌ ولَيسَ ذلِكَ لأَحَدٍ إلاَّ للمُؤْمِن : إنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكانَ خَيراً لَهُ ، وإنْ أصَابَتْهُ ضرَاءُ صَبَرَ فَكانَ خَيْراً لَهُ )) رواه مسلم .

Dari Abu Shuhaib bin Sinan radhiyallahu’anhu, dia berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik baginya. Dan yang demikian itu hanya ada pada seorang mukmin. Jika mendapat kesenangan dia bersyukur, maka syukur itu baik baginya. Dan jika mendapat musibah dia bersabar, maka sabar itu baik baginya.” (HR. Muslim).

Berkaitan dengan hadits di atas, maka sejatinya segala sisi kehidupan seorang muslim adalah kebaikan. Sebab jika dia mendapatkan kenikmatan maka ia bersegera untuk mengucapkan rasa syukur yang dalam kepada Rabb-nya yang Maha Pemurah, yang telah memberikannya nikmat itu. Sebaliknya, jika dia mendapatkan kesulitan berupa ujian hidup, maka ia bersabar. Dan bersabar selain perintah Allah juga merupakan wujud ketaatan seorang hamba.

Ketiga, segera bertobat. Jiwa seorang mukmin bisa saja suatu saat tertutup oleh kelalaian, sehingga kakinya terpeleset atau jatuh dalam pelanggaran, tapi ia segera ingat, sadar dan bangkit dari kelalaian itu. Lalu dia berlari kepada Allah untuk memohon ampun atas segala kelalaiannya. Tentang hal ini, Allah Ta’ala berfirman,

اِنَّ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا اِذَا مَسَّهُمْ طٰۤىِٕفٌ مِّنَ الشَّيْطٰنِ تَذَكَّرُوْا فَاِذَا هُمْ مُّبْصِرُوْنَۚ

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya).” (Qs. al A’raf: 201).

Keempat, hanya menginginkan keridhaan Rabbnya. Seorang muslim yang sebenarnya selalu mengharapkan melalui seluruh amalnya dengan keridhaan Allah Ta’ala. Keinginannya hanya mengharap ridha Allah dalam setiap langkah dan setiap amal perbuatannya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang mencari ridha Allah walaupun dengan membuat marah manusia, maka Allah Ta’ala akan mencukupinya dari ketergantungan kepada manusia, sedangkan siapa yang mencari keridhaan manusia dengan membuat Allah marah Allah, maka Allah serahkan dia kepada manusia.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Asakir. Sanadnya Hasan).

Kelima, menjalankan ibadah fardhu, rukun dan sunnah. Seorang muslim yang sebenarnya, menunaikan kewajiban dan rukun Islam dengan sempurna. Tidak meremehkannya dan tidak mencari-cari keringanan. Karena itu, tidak aneh jika shalat menjadi amal shaleh yang paling mulia dan paling afdhal. Sebab shalat seperti gudang tempat seorang muslim mengambil perbekalan ketakwaannya, juga mata air yang jernih tempat seorang hamba muslim mencuci dosa-dosanya.

Abu Hurairah ra. mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bagaimana menurut kalian jika ada sungai yang mengalir di depan rumah kalian. Lalu kalian mandi di situ lima kali sehari, apakah setelah itu tubuhnya masih kotor?”  Mereka menjawab, “Tentu tidak ada lagi kotoran yang melekat pada tubuhnya, wahai Rasulullah?”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kembali bersabda, “Seperti itulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa kalian.” (HR. Muttafaq alaih).

Masih banyak atsar, hadits yang berbicara tentang keutamaan dan pentingnya shalat serta kebaikannya bagi orang-orang yang shalat.

Keenam, mencerminkan makna ubudiah kepada Allah Ta’ala. Seorang muslim meyakini dengan teguh bahwa apa yang ada di kehidupan ini adalah ditujukan untuk beribadah kepada Allah Ta’ala,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Qs. adz Dzariyat: 56).

Amal ibadah yang paling mulia, yang dilaksanakan oleh seorang muslim adalah berusaha untuk mengimplementasikan syariat Allah di atas muka bumi dan menjalan manhaj-Nya dalam kehidupan. Sehingga syariat dan manhaj Allah itu menjadi pengatur kehidupan invidu, keluarga, masyarakat, dan negara.

Karena itu seorang muslim yang sadar, akan selalu berusaha memperjuangkan risalah mulia ini dan mewujudkan tujuannya yang besar dalam kehidupan. Ia hanya memberikan loyalitasnya kepada risalah ini, hanya mengangkat bendera risalah ini, dan hanya berpegang pada akidah risalah ini, wallahua’lam.(A/RS3/P1)

bersambung…

(Sumber: Buku Al-Iltizam: Ta’riifuhu ‘Umumuhu, Khushushuhu, karya Ali Muhammad Khalil ash-Sfti)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.