Imaam Yakhsyallah: Dengan Berjamaah, Islam Berdiri Kokoh

Imaam Yakhsyallah Mansur menyampaikan tausiah pada Tabligh Akbar 1444 H di Masjid At-Taqwa, Ponpes Tahfidzul Qur’an Al-Fatah Talang Duku, Taman Rajo, Muaro Jambi. Ahad (19/2). (DOK. MINA)

Muaro , MINA – mengatakan, dengan berjamaah, Islam mampu berdiri kokoh menaungi dunia dengan kedamaian.

“Hal itu terbukti pada masa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam. Dengan datangnya Islam, mereka menjadi masyarakat yang aman, tenteram dan hidup penuh kedamaian,” kata Imaam Yakhsyallah pada 1444 H wilayah Jambi. Ahad (19/2) Desa Talang Duku, Muaro Jambi.

Imaam Yakhsyallah mengatakan, indahnya Islam juga dirasakan hingga setelah Rasulullah wafat. Abu Bakar diangkat sebagai Amiirul Mukminin, memimpin umat untuk senantiasa taat menjalankan syariat. Begitupun setelah beliau wafat, diangkatlah Umar bin Khaththab, selanjutnya Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.

“Hidup berjamaah dengan satu kepemimpinan mulai ditinggalkan, Islam lambat laun terjun bebas kepada titik terendah dan pada akhirnya dilecehkan oleh orang-orang kafir,” ucapnya.

Lihatlah saat ini, di Palestina, puluhan tahun rakyatnya menderita, tanpa ada yang mampu menolongnya. Muslim di Rohingya dibunuh, para wanitanya diperkosa, mereka teraniaya, tetapi tidak ada yang mampu berbuat sesuatu untuk menghentikannya, ujarnya.

Demikian juga, Muslim di Xin jiang juga bernasib sama, namun tidak ada yang mampu memberi advokasi kepada mereka. Itulah potret ummat Islam yang tidak memiliki kepemimpinan, mereka teraniaya dan tidak ada yang mampu menyelamatkan dan memberi pertolongan.

“Menghadapi berbagai masalah tersebut, umat Islam harus menggalang kembali persatuan umat dan mengamalkan Islam secara kaffah, bersatu-padu dalam satu jamaah, satu kepemimpinan, membangun kesadaran umat untuk kembali kepada Al-Quran dan Sunnah,” kata Imaam Yakhsyallah.

Ia menegaskan, jamaah dan persatuan merupakan jalan keluar dalam menghadapi berbagai masalah dalam masyarakat, maka kewajiban hidup berjamaah tetap harus melekat pada setiap Muslim.

“Tabligh Akbar dilaksanakan satu tahun dua kali, kali ini mengangkat tema “Isra’ Mi’raj Sebagai Momentum Mewujudkan Kesatuan Ummat dan Pembebasan Masjidil Al-Aqsa,” kata Amir Lajnah Tabligh Akbar 1444 H yang diwakili oleh Irfanuddin.

Irfanuddin mengatakan, tema tersebut diambi karena bertepatan dengan bulan Rajab, yang umumnya identik dengan peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Umumnya disebutkan pada tanggal 27 Rajab. Walaupun ada yang menyebut di luar bulan Rajab.

“Sehubungan kita saat ini berada pada bulan Rajab, maka perlu kiranya digaungkan kembali inspirasi Isra Mi’raj tersebut agar nilai, makna dan hikmahnya terus muncul sebagai energi spirit penyemangat perjuangan pembebasan Al-Aqsa,” ujarnya.

Hadir juga sebagai narasumber, Pembina Ponpes Al-Fatah Indonesia KH. Abul HidayatSaerodjie, Gubernur Jambi Al-Haris, Mudirus Shuffah PPTQ Al-Fatah Muaro Jambi Mahpudz Nuzuli, dan Dosen Universitas Mulawarman Kalimantan Timur Dr. Makmun Saleh. (L/R8/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)