Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

IMAAMUL MUSLIMIN : PENGIKUT MUHAMMAD HENDAKNYA TIDAK SALING MENYAKITI

Nur Hadis - Senin, 2 Februari 2015 - 06:26 WIB

Senin, 2 Februari 2015 - 06:26 WIB

1086 Views

Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur. Photo By : Hadis/MINA
Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur. (Foto: Hadis/MINA)
Imaamul Muslimin <a href=

Yakhsyallah Mansur. Photo By : Hadis/MINA" width="401" height="267" /> Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur. Photo By : Hadis/MINA

Lampung Timur, 11 Rabi’ul Akhir 1436/1 Februari 2015 (MINA) – Pengikut Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam hendaknya saling berkasih sayang dan tidak saling menyakiti. Ini disampaikan Imaamul Muslimin, Jama’ah Muslimin (Hizbullah), KH. Yakhsyallah Mansur dihadapan ratusan kaum muslimin pada acara Tabligh Akbar yang diadakan di Desa Sidomakmur, Kecamatan. Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur, Ahad, (1/1).

“Al-Qur’an Surat Al-Fath ayat ke-29 menerangkan sikap pengikut Muhammad, yang keras terhadap orang-orang kafir, namun lemah lembut dengan sesama muslim, ini yang seharusnya kita lakukan, tidak saling menyakiti sesama muslim, “ kata Yakhsyallah.

Menurutnya, persaudaraan  muslim atas dasar iman itu melebihi persaudaraan atas hubungan darah.

“Di dalam Al-Qur’an, Allah menggunakan kata Ikhwah ini menunjukkan persaudaraan atas dasar iman itu melebihi persaudaraan atas hubungan kerabat, seperti kita dilahirkan oleh seorang ibu yang sama, “ ujarnya.

Baca Juga: Bedah Berita MINA, Peralihan Kekuasaan di Suriah, Apa pengaruhnya bagi Palestina?

Maka hendaknya umat Islam berkasih sayang sesamanya sebagaimana mereka mengasihi kerabatnya sendiri, tidak saling memusuhi dan saling bertengkar.

“Inilah karakter para sahabat Rasulullah, jumhur ulama mengatakan ini karakter seluruh umat Islam yang mengikuti langkah umat Islam yang hidup pada masa Nabi Muhammad, “ tegasnya.

Yakhsyallah juga mengingatkan umat Islam untuk tidak memahami keras terhadap orang kafir itu dalam artian menganiaya, menyakiti, dan memerangi mereka.

“Sikap keras terhadap kafir itu tercermin dalam sikap tidak kompromi apabila mengakibatkan terabainya fungsi agama, “ kata Yakhsyallah, alumni Muassasah Alquds Yaman yang juga Duta Al-Quds Internasional ini.

Baca Juga: Jurnalis Antara Sampaikan Prospek Pembebasan Palestina di Tengah Konflik di Suriah

Dengan demikian, tambahnya, sikap keras terhadap orang kafir tidak ditujukan kepada seluruhnya, namun hanya terhadap orang kafir yang memusuhi kaum muslimin, “ ujarnya.

Terkait memberikan label kafir terhadap umat Islam yang tidak menerapkan hukum Islam, Yakhsyallah mengajak umat Islam melihat permasalahan ini secara konprehensif.

“Kita harus memahaminya secara konfrehensif, kafir disini jangan disamakan dengan kafir yang tidak islam, dia tetap islam hanya dia mengingkari hukum Allah, tidak sama dengan kafirnya orang yang memang tidak pernah sholat dan puasa, menghukuminya beda dengan kafir yang murni, “ katanya.(L/K08/R11)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Tumbangnya Rezim Asaad, Afta: Rakyat Ingin Perubahan

Rekomendasi untuk Anda