Oleh: Sakuri, Waliyul Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Jabodetabek
Imran Badruddin Ibrahim bin Watu Datu Ibrahim, adalah pria kelahiran Palimbang, Sultan Kudarat, Filipina pada 30 Juni 1988. Ia sosok pecinta ilmu agama yang memandang Filipina sebagai lahan dakwahnya.
“Obsesi saya adalah menjadi penyebar Islam yang baik di Filipina,
seorang pengkhotbah Islam yang baik, dosen yang baik dan menjadi
Hakim Islam (Qadi) di negara saya,” kata Imran kepada MINA melalui sambungan telepon, Jumat sore, 7 Februari 2020.
Baca Juga: Pak Jazuli dan Kisah Ember Petanda Waktu Shalat
Sudah lama ia meninggalkan negara dan kampung halamannya, berpisah dari kedua orangtua yang dimuliakannya, Syaikh Watu Datu Ibrahim (dai dan ulama di Filipina) dan ibunya Wahida Usman Badruddin, saudara-saudara sekandungnya (Imtenan, Hanan dan Manar allahu yarham), serta sanak saudara dan teman-teman sebayanya yang dicintainya. Ia mengembara ke seantero dunia untuk menuntut ilmu agama guna meraih apa yang menjadi dambaannya sebagai pendakwah di bumi Filipina.
Sejak 2009 Imran menapaki jalan menuntut ilmu antara Cileungsi, Bogor dan Bandung, sampai akhirnya pada tahun 2012 terbang ke Yordania.
Berbekal mengantongi beasiswa dari Pangeran Ghazi bin Muhammad, sepupu pertama Raja Abdullah II, Imran yang baru berusia 24 tahun itu memulai pengembaraannya di bumi Syam, Amman.
Imran mulai merealisasikan mimpinya setapak demi setapak sejak 2012 hingga 2020 dengan studi di The World Islamic Science and Education University, Amman, Yordania.
Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia
Hingga akhirnya ia meraih dua gelar kesarjanaan sekaligus, yaitu,
Sarjana Usuluddin, B.A Degree in Foundation of Religion yang diraihnya pada tanggal 20 September 2016 dan Sarjana Al-Fiqhu wa usuluhu, B.A Degree in Jurisprudence and its origin yang baru saja diraihnya pada 26 Januari 2020 lalu.
Kesarjanaannya merupakan bekal ilmu untuk mengetahui hukum-hukum ibadah, muamalat, nikah, talaq, faraid atau mawaris dan lain-lainnya.
Alumni STAI Al-Fatah dan Quantum E-Bussiness College
Sebelum kuliah di universitas bergengsi di Yordania sampai meraih dua gelar itu, Imran pernah mengenyam pendidikan di STAI Al-Fatah, Cileungsi, Kabupaten Bogor, Indonesia, sebuah lembaga pendidikan tinggi di lingkungan Jama’ah Muslimin (Hizbullah) yang didirikan oleh Allahuyarham Imaam Kedua Muhyiddin Hamidy.
Baca Juga: Al-Razi, Bapak Kedokteran Islam yang Mencerdaskan Dunia
Imran juga pernah kuliah di Quantum E-Bussiness College, Bandung, yang didirikan oleh Allahuyarham Sony Sugema, selaku pendiri SSC Group dan lulus 8 Agustus 2010.
Imran yang kini sudah beristrikan Baingan Taha Ubong adalah sosok pria cerdas dan pandai bergaul dengan siapa pun. Dalam tempo singkat selama tinggal di Bogor dan Bandung, ia cepat beradaptasi dengan lingkungannya.
Dalam tempo seputar tiga tahunan sudah bisa berbahasa Indonesia, Sunda bahkan Jawa, kendati masih terbata-bata. Sekurang-kurangnya sekarang Imran sudah menguasai 6 bahasa, Arab, Inggris, Tagalog, Indonesia, Sunda dan Jawa.
Baca Juga: Abdullah bin Mubarak, Ulama Dermawan yang Kaya
Riwayat pendidikan
Di usianya yang masih sangat muda, Imran memiliki riwayat pendidikan cukup panjang dari mulai pendidikan formal, kursus-kursus biasa sampai kursus online.
Tahun 1998-2003 sekolah di Tagadtal Elementary School Filipina dan lulus 30 Maret 2003.
Tahun 2003-2007 sekolah di Milbuk National High School, Palimbang, Sultan Kudarat, Filipina dan lulus 2 April 2007.
Baca Juga: Behram Abduweli, Pemain Muslim Uighur yang Jebol Gawang Indonesia
Tahun 2005-2006 kuliah di Southern Philippines of Islamic Institute
dan lulus 10 Mei 2006.
Tahun 2008-2009 kuliah di Jescolars Academia International
General Santos City, South Cotabato, Filipina, lulus 30 Mei 2009.
Tahun 2009-2010 kuliah di Quantum E-Bussiness College, Bandung, Indonesia
dan lulus 8 Agustus 2010.
Tahun 2012-2016 kuliah di The World Islamic Science and Education University,
Amman, Yordania, lulus 20 September 2016.
Baca Juga: Suyitno, Semua yang Terjadi adalah Kehendak Allah
Pada 2016-2020 masih di kampus yang sama di The World Islamic Science
and Education University, Amman, Yordania, baru saja lulus 26 Januari 2020.
“Rencananya saya akan kuliah di Yordania selama lima tahun hingga 15 tahun, jika lulus tes ke jenjang S2 dan S3,” kata Imran yang sudah tinggal bersama istrinya di kawasan Amir Muhammad Street, Jabal Amman, Amman, Yordania.
Aktif Kursus Online
Selain pendidikan formal, Imran
juga aktif menimba ilmu melalui kursus online, seperti:
Baca Juga: Transformasi Mardi Tato, Perjalanan dari Dunia Kelam Menuju Ridha Ilahi
1. Diploma in Arabic Language at A-G Center for Languages, Arab Saudi,
lulus 30 Oktober 2018.
2. Diploma in General English at EF – Education First, London, Inggris,
lulus 10 Februari 2020.
3. Diploma in Global Governance at International Business Management
Institute, Berlin, Jerman, lulus 4 Mei 2019.
4. Diploma in American and British English at American and British
Academy, Barcelona, Spanyol, lulus 9 November 2019.
Baca Juga: Dato’ Rusly Abdullah, Perjalanan Seorang Chef Menjadi Inspirator Jutawan
Umat harus bersatu
Sebagai calon ulama dunia yang akan mendakwahkan Islam yang baik di
Filipina, Imran peduli kepada masalah-masalah kemasyarakatan dan
keadaan umat Islam.
Menurutnya, berdasarkan bukti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam
Quran Surat Ali Imran103 dan As-Sunnah, umat Islam harus bersatu dan
berjama’ah dalam satu pimpinan.
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada pada tali Allah seraya
ber-jama’ah, dan janganlah kamu ber-firqah-firqah (berpecah-belah)…” (QS. Ali Imran ayat 103)
Baca Juga: Hambali bin Husin, Kisah Keteguhan Iman dan Kesabaran dalam Taat
Kata “al-jama’ah” pada ayat ini artinya adalah berjama’ah (bersama-sama/bersatu padu), karena menurut Imran:
1. Sesuai dengan makna yang diberikan oleh para ahli tafsir, di antaranya Abdullah bin Mas’ud yang menyebutkan bahwa yang dimaksud adalah “al-jama’ah”. (Tafsir Al-Qurthuby:III/159, Tafsir Jaami’ul Bayan:IV/21)
2. Adanya qorinah lafdziyah, yaitu “wala tafarroqu” setelah kata
“jami’an“. Ibnu Katsir berkata bahwa yang dimaksud adalah “Allah memerintahkan kepada mereka dengan berjama’ah dan melarang mereka ber-firqoh-firqoh.” (Tafsir Ibnu Katsir:I/189)
3. Az-Zajjaj berkata, “Kalimat jami’an adalah dibaca nashab, karena menjadi
haal.“ (Tafsir Zaadul Masir:I/433)
Baca Juga: Dari Cleaning Service Menjadi Sensei, Kisah Suroso yang Menginspirasi
Maka menurut Imran, arti kalimat “jami’an” adalah secara berjama’ah
dalam berpegang teguh pada tali Allah (sesuai Tafsir Abi Suud:II/66).
Tidak semua kalimat “jami’an” dalam Al-Qur’an artinya “bersama-sama (berjama’ah/bersatu padu)”, seperti pula tidak semua kalimat “jami’an”
berarti “keseluruhan/semuanya”.
Sedikitnya ada empat ayat dalam Al-Qur’an yang kalimat “jami’an”
harus diartikan “bersama-sama (berjama’ah/bersatu padu)”,
yaitu Surat Ali Imran ayat 103, Surat An-Nisaa ayat 71, Surat An-Nur ayat 61 dan
Surat Al-Hasyr ayat 14. (A/RS5/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)