DUBES RI: TAK SATUPUN MASJID RUSAK AKIBAT GEMPA DI SEKITAR KATHMANDU

(Foto: MINA)
Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA) Widi Kusnadi (tengah) bersama Duta besar Indonesia untuk bangladesh dan , H.E Iwan Winataatmadja (kiri) di Ibukota Kathmandu, Nepal, Rabu (6/5).(Foto: MINA)

Duta Besar Republik Indonesia untuk Bangladesh dan Nepal, Iwan Winataatmadja mengungkapkan, cukup banyak masjid di sekitar ibukota Nepal, Kathamandu, sebagian besar berusia 100 tahun lebih, tapi tak satupun yang rusak akibat yang lalu.

Terdapat sekitar 1,5 juta warga Nepal yang beragama Islam, sama dengan 14 % dari warga Nepal seluruhnya. Hanya ada dua orang muslim yang tewas dalam gempa tersebut.

Dalam wawancara eksklusif dengan wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Widi Kusnadi di Kathmandu, Rabu, Duta Besar juga mengatakan banyak hal menyangkut bantuan Indonesia pasca gempa di Nepal.

Disebutnya pula, Indonesia bisa berperan aktif dalam pembangunan kapasitas (capacity building) dan sumber daya manusia () untuk rakyat Nepal.

“Sesuai dengan hasil dari  Konferensi Asia Afrika kemarin, kita akan menguatkan Selatan-Selatan, baik dalam ekonomi perdagangan, maupun capacity building,” kata Iwan Sembari menyantap sarapan pagi.

Berikut adalah wawancara selengkapnya :

MINA: Apa misi Indonesia dalam memberikan bantuan di Nepal ?

Dubes Iwan: Pemerintah Indonesia memiliki dua misi di Nepal ini. Pertama misi penyelamatan dan evakuasi WNI (baik yang tinggal permanen maupun sebagai turis) di Nepal ini. Misi kedua adalah membantu penyelamatan dan memberikan bantuan makanan, obat-obatan, tenda dan lainnya kepada warga korban gempa.

Untuk misi pertama, Alhamdulillah hari ini telah dipulangkan sebanyak 26 WNI dari Nepal. Diperkirakan sore atau malam nanti sampai Indonesia. Mereka pulang bersamaan dengan sebagian TNI dan beberapa wartawan. Jadi jumlah yang pulang hari ini ada 56 orang.

MINA: Bagaimana dengan misi pemberian bantuan kepada Warga Nepal ?

Dubes Iwan: Ya, dalam menjalankan misi kedua itu, Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah berkoordinasi dengan pemerintah setempat dan hasilnya kita diberi izin melakukan aktifitas di dua tempat, yaitu di Rumah Sakit Kanthipur dan di wilayah Satungal.

Untuk wilayah Satungal, kita mendirikan rumah sakit lapangan, dengan lima tenda besar, berikut segala perlengkapannya kita sediakan.

Tim juga menyalurkan bantuan kepada masyarakat korban gempa dengan memberikan makanan, tenda, selimut dan lainnya. Semuanya kita bawa dari Indonesia.

Kita juga bekerja sama dengan tiga Puskesmas setempat (daerah Satungal) dengan memasok obat-obatan, berikut tim dokter dan perawatnya.

MINA: Kabarnya Presiden Jokowi menjanjikan bantuan satu juta dolar untuk Nepal, bagaimana realisasinya?

Dubes Iwan: Beberapa hari setelah gempa, Pemerintah Indonesia mengirimkan tiga pesawat berisi bantuan masing masing seberat 56,3 ton. Bantuan itulah yang disalurkan kepada para korban.

Dalam hal ini, lembaga pelaksana yang ditunjuk pemerintah adalah BNPB. Selanjutnya mereka akan bekerjasama dengan NGO Indonesia yang berada di sini untuk membantu menyalurkan bantuan kepada rakyat Nepal.

MINA: RS darurat di Satungal, berapa lama akan beroperasi?

Dubes Iwan: Kita rencanakan RS darurat itu akan beroperasi antara dua pekan sampai tiga bulan. Selanjutnya akan kita serahkan kepada pemerintah setempat.

Kami juga persilahkan kepada NGO Indonesia yang ingin ikut serta memberikan pelayanan medis di RS darurat kita, silahkan saja, kita welcome. Semua itu untuk misi kemanusiaan. Kita bisa lebih kuat dan maksimal membantu jika kita dapat saling bersinergi.

MINA: Bisa diceritakan secara singkat keadaaan Nepal saat ini ?

Dubes Iwan: Oleh PBB, Nepal dikategorikan sebagai negara yang belum berkembang. Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) memperkirakan, akibat gempa ini angka kemiskinan bertambah terutama di daerah perdesaan. Menurut lembaga itu, makin banyak orang yang akan jatuh di bawah garis kemiskinan NRs 19,261 per orang per tahun.

Sebelumnya, ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi Nepal pada tahun ini mencapai 4,6 persen. Sekarang diperkirakan tingkat pertumbuhan akan menurun menjadi 4,2 persen
MINA: Apa saja yang dapat dikerjasamakan antara Indonesia dengan Nepal ?

Dubes Iwan: Sesuai dengan hasil dari peringatan Konferensi Asia Afrika kemarin, kita akan menguatkan kerjasama Selatan-Selatan, baik dalam ekonomi perdagangan, maupun capacity building.

Beberapa bulan lalu, kita mengundang beberapa insinyur Nepal untuk mengikuti seminar dan lokakarya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Jakarta.

Dalam waktu dekat ini kami juga merencanakan memanggil para ahli perairan dan bendungan Indonesia ke Nepal untuk memberikan seminar bagaimana mengelola sungai sehingga dapat bermanfaat maksimal bagi masyarakat.

Hal lain yang bisa dikerjasamakan antara lain pelatihan penanganan bencana, khususnya gempa bumi, dengan kemasan training for trainer sehingga mereka bisa memberikan pelatihan kepada rekannya yang lain.

MINA: Apa pesan anda untuk relawan Indonesia yang akan berangkat ke Nepal ?

Dubes Iwan: Yang pertama harus sehat secara fisik dan psikis. Ada beberapa relawan yang hanya beberapa hari di sini, terpaksa pulang lagi, karena tidak kuat medan. Ini jangan sampai terjadi lagi.

Yang kedua sebelum berangkat, berkoordinasi dulu dengan BNPB yang ditunjuk pemerintah dalam misi kemanusiaan di Nepal ini. Apa saja yang dibutuhkan dan berapa lama akan di sini, bisa dikomunikasikan sebelumnya agar efektif dalam bekerja.

Kalau kebutuhan di sini memang saat ini lebih kepada pengelolaan air bersih dan konstruksi bangunan yang tahan gempa. Jika ada NGO Indonesia atau dari mana saja bisa melakukan hal itu, akan sangat berguna.

MINA: Bagaimana dengan komunitas Muslim di Nepal ?

Dubes Iwan: Ada beberapa masjid di seputaran Kathmandu. Sebagian besar berusia lebih dari 100 tahun dan tidak ada yang rusak.

Di Kathmandu sendiri hanya ada dua warga muslim yang meninggal dan belasan lainnya cidera. Tapi mayoritas keluarga muslim selamat.

Kalau keseluruhan warga Nepal, ada 1,5 juta muslim di sini. Mereka menduduki urutan ketiga setelah Hindu dan Budha, atau sekitar 14 persen total populasi. Kebanyakan adalah warga India keturunan etnis urdu.

Sementara masjid-masjid di Kathmandu dan sekitarnya dilaporkan tidak ada yang rusak. Saat ini tempat itu dijadikan basecamp bagi para relawan muslim untuk menyalurkan bantuan bagi warga korban gempa.(R03/R05/P2)

 

Miraj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0