Bantul, Yogyakarta, MINA – Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PP NA) mengadakan kajian tematik bertemakan “Stunting dalam Perspektif Islam dan Muhammadiyah”. Kegiatan ini diselenggarakan pada Sabtu (21/10) bertempat di Ros In Hotel.
Kegiatan ini diikuti oleh delegasi majelis-majelis dan lembaga yang berada di Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan organisasi otonom (ortom).
Diyah Purpitarini, Ketua Umum PP NA, mengatakan Indonesia memiliki pekerjaan rumah besar dalam permasalahan stunting (kondisi kekurangan gizi pada balita).
Stunting tidak hanya mengakibatkan tubuh anak pendek, tetapi juga mempengaruhi pertumbuhan anak saat dewasa menjadi tidak maksimal.
Baca Juga: Update Bencana Sukabumi: Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian
Kejadian stunting pada anak merupakan suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak, dan sepanjang siklus kehidupan. Dampak stunting yang telanjur muncul tidak dapat diperbaiki kembali (irreversible).
Kondisi tersebut, kata diyah, banyak menyerang pada balita usia 0-1000 hari. Seribu hari pertama kehidupan adalah masa terpenting untuk pertumbuhan otak. Segala kerusakan yang terjadi pada masa ini kemungkinan akan menjadi permanen dan tidak dapat diperbaiki.
“Kekurangan gizi pada masa ini tidak hanya menyebabkan pertumbuhan terhambat, perkembangan otak juga menjadi tidak maksimal sehingga kemampuan kognitif terhambat,” Diyah menjelaskan seperti dilansir Muhammadiyah.or.id.
Diyah berharap dengan diadakan kegiatan tersebut, bersama Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, bisa menemukan solusi untuk mengkampanyekan stunting.
Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025
“Karena ini persoalan memperdulikan nasib generasi penerus bangsa. Generasi penerus tersebutlah yang akan meneruskan estafet kepemimpinan bangsa,” kata Diyah.
Sementara itu, Marsudi, Perwakilan Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, mengapresiasi kegiatan yang diadakan oleh PP NA.
Ia mengatakan Majelis Tarjih akan mengadakan halaqoh berkaitan dengan fiqih anak. Sehingga diharapkan setelah kegiatan ini akan ada masukan untuk dibawa ke pertemuan tersebut.
Ditambahkan, Iwan, Perwakilan AIMA World Health, Indonesia mengalami darurat stungting karenahingga saat ini angka stunting di Indonesiasudah mencapai 37,2%.
Baca Juga: Naik 6,5 Persen, UMP Jakarta 2025 Sebesar Rp5,3 Juta
“Ada sembilan juta balita yang terkena stunting dari total 25 juta balita,” ujarnya.
Iwan menjelaskan stunting dapat berdampak pada perkembangan otak juga tubuhbalita. Selain itujugadapat mengurangi IQ poin seseorang.
“Dengan mengetahui hal ini, maka bekerjasama dengan PPNA sangatlah strategis untuk membantu mengkampanyekan stunting,” pungkasnya. (R/R11/R01)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Bulog: Stok Beras Nasional Aman pada Natal dan Tahun Baru