INGGRIS KUTUK SURIAH GUNAKAN ZAT KIMIA KLORIN

Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond (Gambar: AA)
Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond (Gambar: AA)

London, 16 Dzulqa’dah 1435/11 September 2014 (MINA) – Menteri Luar Negeri Inggris, Philip Hammond mengutuk atas dugaan penggunaan zat kimia klorin, setelah mendapat sebuah laporan dari pengawas internasional.

Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) mengatakan dalam sebuah pernyataan pers, Rabu (10/9), misi pencarian fakta telah menemukan informasi kuat bahwa bahan kimia beracun digunakan secara “sistematis dan berulang-ulang” sebagai senjata di desa-desa Suriah Utara awal tahun ini.

Menteri Luar Negeri Philip Hammond mengatakan, Rabu, temuan itu menguatkan tuduhan bahwa rezim Assad terus menggunakan senjata kimia di Suriah, yang melanggar Konvensi Senjata Kimia, Anadolu Agency yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan.

“Penggunaan klorin secara sistematis dan berulang-ulang di Suriah Utara dan laporan konsisten dari saksi tentang kehadiran helikopter pada waktu serangan, meninggalkan sedikit keraguan atas dosa-dosa rezim Assad,” kata Hammond.

Dia mengatakan bahwa kekejaman rezim Assad terhadap rakyat Suriah merupakan “kemarahan”.

“Serangan mengerikan rezim terhadap warga sipil dengan bahan kimia serta senjata konvensional lebih menonjolkan pengabaian Assad terhadap kewajiban hukum internasional, hak asasi manusia dan dasar kemanusiaan,” kata Menteri Luar Negeri.

Hammond mengatakan, PBB “harus mempertimbangkan” temuan laporan itu dan Inggris sedang berkonsultasi dengan mitra internasionalnya terhadap tindakan yang terbaik.

Suriah telah dicengkeram oleh perang saudara sejak Maret 2011 yang menewaskan lebih dari 190.000 jiwa, menurut PBB, mengusir setengah jumlah penduduk Suriah dari negerinya.

OPCW mengumumkan, hampir 97 persen senjata kimia Suriah telah dihancurkan. Ketua organisasi, Ahmet Uzumcu mengatakan kepada Anadolu Agency, Rabu, penghancuran seluruh gudang senjata kimia akan berakhir dalam beberapa hari mendatang.

Kesepakatan antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia yang terakhir, September 2013, bertujuan menghindari kemungkinan serangan AS terhadap Suriah, bukan meluncurkan proses penghancuran stok senjata kimia Suriah.

Proses ini diduga akan berakhir pada pertengahan 2014, tetapi sejumlah penundaan yang terjadi membuat pengiriman seluruh persenjataan dinyatakan tidak tuntas sampai akhir Juni. (T/P001/R11)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0