Inggris Untung Besar dari Penjualan Senjata dalam Konflik Yaman

Pengunjuk rasa berkumpul di London, , untuk memrotes kunjungan Putra Mahkota Mohamed bin Salman. Foto: Anadolu

London, MINA – Perusahaan senjata Inggris salah satu yang mendapatkan keuntungan besar dari perang dan konflik di , yang telah menewaskan sedikitnya 5.200 warga sipil sejak 2015.

Dilansir Al Jazeera, Sabtu (10/3), perusahaan senjata Inggris dilaporkan mendapat keuntungan dari perang di Yaman lebih dari US$ 8,3 miliar (Rp114 triliun). Keuntungan itu hasil perdagangan atau jual-beli peralatan tempur dengan Arab Saudi sejak Riyadh terlibat dalam konflik Yaman pada 2015.

Pada Kamis lalu, pemerintah Inggris mengonfirmasi kesepakatan baru telah diteken dengan Saudi saat kunjungan Putra Mahkota Mohamed bin Salman. Nilainya mencapai lebih dari US$90 miliar (sekitar Rp1.240 trilun).

Kantor Perdana Menteri Theresa May mengumumkan rencana untuk menjual 48 jet Eurofighter Typhoon kepada Riyadh.

Carol Turner, wakil ketua Kampanye Perlucutan Senjata Nuklir Inggris, mengatakan, “Sangat dapat diprediksi bahwa Arab Saudi akan melakukan propaganda dari kunjungan tersebut, dan Theresa May akan menggunakan kesempatan itu untuk menjual lebih banyak senjata.”

Selain Inggris, kekuatan Barat lain yang terlibat di Yaman adalah Perancis dan Amerika Serikat, yang sama-sama mendukung koalisi Saudi.

Sementara itu, masyarakat internasional, termasuk Inggris, didesak untuk menekan koalisi yang dipimpin Saudi di Yaman untuk mengakhiri pertumpahan darah lebih lanjut.

Desakan itu disampaikan politisi Yaman, termasuk Abdulrahman al-Hamdi, pada sebuah konferensi di London, Inggris, Sabtu kemarin.

Al-Hamdi berbicara kepada delegasi sehari setelah Mohammad bin Salman, yang dituduh oleh para aktivis sebagai ‘arsitek’ konflik Yaman, meninggalkan Inggris.

“Sejarah berulang dengan sendirinya. Sejarah mencatat intervensi Saudi di Yaman, dari revolusi tahun 1962 sampai perang saudara Yaman pada tahun 1994,” kata Al-Hamdi pada acara tersebut, yang diselenggarakan oleh Cordoba Foundation dan berjudul Yemen: War, Politics, and Human Tragedi.

“Yaman sedang dihancurkan, sebuah negara yang sedang sekarat,” ujarnya.

Ia menampik klaim Arab Saudi bahwa mereka melakukan intervensi untuk mendukung pemerintah Yaman yang sah.

“Kenyataannya, semua pihak dalam konflik ini dimotivasi oleh kekuasaan,” ujarnya. “Arab Saudi menghancurkan semua infrastruktur di Yaman, terutama infrastruktur militer.”

Pada konferensi London ini, politisi, akademisi, dan juru kampanye bergabung dengan politisi oposisi Inggris dalam mengecam Perdana Menteri May karena menggelar karpet merah untuk Pangeran Saudi, dan tidak mengkritik catatan buruk Riyadh di Yaman. (T/R11/RS3)

Miraj News Agency (MINA)