Iran Ancam Tutup French Institute di Negaranya Pasca Heboh Kartun Khomeini

Foto: Ilustrasi Charlie Hebdo (The Independent)

Teheran, MINA – Teheran akan “meninjau” kegiatan budaya di negara itu dan menutup Institut Penelitian Prancis di Iran (Institut Francais de Recherche en Iran), yang beroperasi di bawah Kedutaan Besar Prancis, sebagai tanggapan karikatur terbaru majalah satir tentang Pemimpin Tertinggi negara itu, Ayatollah Ali Khomeini.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (5/1), Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan sangat mengutuk “tindakan menghina” Charlie Hebdo terhadap “kesucian agama” negara, “otoritas politik dan agama” serta “simbol kedaulatan dan nilai-nilai nasional Iran.” Anadolu melaporkan.

‌Charlie Hebdo hari Rabu (4/1), menerbitkan serangkaian karikatur yang menggambarkan pemimpin tertinggi Iran, yang oleh otoritas Iran dianggap “ofensif”.

Gambar-gambar itu dipilih dari kompetisi sedunia yang diumumkan oleh Charlie Hebdo bulan lalu ketika meminta kartunis untuk mengirim “karikatur paling lucu dan paling kejam” dari otoritas politik dan agama Iran.

Kompetisi itu terjadi di tengah protes berbulan-bulan di Iran yang dipicu oleh kematian seorang wanita Iran berusia 22 tahun, Mahsa Amini, saat berada dalam tahanan polisi pada pertengahan September.

Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan: “Penerbitan karikatur adalah tanda lain dari kegagalan Zionisme dalam menggunakan media untuk mempromosikan anti-Islamisme,” dan mengkritik “kelambanan” otoritas Prancis “dalam menangani manifestasi anti-Islamisme dan kebencian rasis di publikasi Prancis”

Pada hari Rabu, Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian, mengatakan Prancis memilih “jalan yang salah” dalam mengizinkan penerbitan kartun “menghina” Khamenei di majalah satir pekanan itu.

“Tindakan menghina dan tidak senonoh dari publikasi Prancis dalam menerbitkan kartun melawan otoritas agama dan politik tidak akan berjalan tanpa tanggapan yang tegas dan efektif,” tweet diplomat top Iran itu.

“Kami tidak akan membiarkan pemerintah Prancis melampaui batas,” tambahnya, mengatakan Paris telah “memilih jalan yang salah.”

Beberapa jam setelah tweet itu, Duta Besar Prancis di Teheran dipanggil oleh Kementerian Luar Negeri atas penerbitan karikatur.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Nasser Kanaani, dalam sebuah pernyataan mengatakan Duta Besar diberitahu bahwa Teheran tidak menerima “penghinaan apa pun terhadap kesuciannya” serta “nilai-nilai agama, nasional”, dan bahwa Teheran “berhak untuk memberikan” tanggapan yang proporsional.” (T/R7/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: sri astuti

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.