Jakarta, MINA – Kedutaan Besar Republik Islam Iran di Jakarta menegaskan bahwa kematian Mahsa Amini bukan akibat kekerasan ataupun pemukulan.
Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia, Mohammad Azad, menyatakan, dalam keterangan Organisasi Kedokteran Forensik Iran menjelaskan dalam hasil penyelidikannya penyebab kematian Mahsa Amini karena sakit bukan dipukul dan disiksa polisi dalam tahanan.
“Kematian tersebut bukan disebabkan oleh pukulan di kepala atau organ vital dan anggota tubuh melainkan almarhumah Mahsa Amini meninggal dunia akibat hipoksia serebral, gangguan irama jantung mendadak, penurunan tekanan darah dan kehilangan kesadaran, serta kekurangan oksigen ke otak,” kata Dubes Azad di kediamannya, Jakarta, Rabu (19/10) malam.
Dia juga menegaskan, Republik Islam Iran menerapkan transparansi dan keadilan sebagai pendekatan utamanya dalam menangani insiden yang melanda Mahsa Amini.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
Menurut Dubes Azad, organisasi Kedokteran Forensik di negara mana pun adalah lembaga yang paling kompeten dan terspesialisasi untuk mengeluarkan pendapat tentang masalah seperti penyebab kematian.
Sayangnya, lanjut dia, beberapa mekanisme hak asasi manusia (HAM) dan beberapa negara telah berprasangka dan menghakimi sejak awal dan telah membuat pernyataan tentang pemukulan dan kekerasan pada bagian kepala almarhumah Mahsa Amini. Meski sejak hari-hari pertama kejadian ini, sudah jelas bahwa tidak ada unsur pemukulan maupun kekerasan apa pun.
“Kini dengan adanya pernyataan dari Organisasi Kedokteran Forensik, sangat diharapkan bahwa mereka akan segera memperbaiki kesalahan ini,” ujarnya.
Dubes Azad menambahkan, Republik Islam Iran berkomitmen untuk melindungi hak-hak dasar dan kebebasan rakyatnya, sesuai dengan hukum dan tata tertib yang berlaku serta secara serius akan menindaklanjuti setiap pelanggaran maupun pembatasan HAM masyarakatnya.
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
Mahsa Amini yang berusia 22 tahun meninggal pada 16 September, tiga hari setelah mengalami koma menyusul penangkapannya di Teheran oleh polisi moral Iran karena memakai jilbab secara tidak benar.
Dugaan kematian Mahsa Amini karena siksaan polisi telah menyebabkan protes berdarah di Iran selama tiga pekan dan gelombang protes di berbagai negara.
Kemarahan atas kematian Mahsa Amini telah memicu gelombang protes terbesar yang mengguncang Iran dalam hampir tiga tahun belakangan, dan tindakan keras aparat yang telah menewaskan puluhan pengunjuk rasa dan banyak orang ditangkap.
Kerusuhan nasional yang dipicu oleh kematiannya telah menjadi tantangan terbesar para pemimpin ulama Iran selama bertahun-tahun. Pengunjuk rasa menuntut pergantian sistem Republik Islam yang didirikan pada 1979.
Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis
Sebelumnya, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei memberikan pernyataan, kerusuhan yang terjadi di Iran tidak ada hubungannya dengan kematian Mehsa Amini, hijab dan hak-hak perempuan.
“Para musuh Iran khususnya AS dan rezim Zionis Israel hanya memanfaatkan alasan ini dan mulai menciptakan kekacauan dengan desain dan rencana mereka yang berkelanjutan,” tegasnya.(L/R1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jerman Batalkan Acara Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik dengan Israel