Al-Quds (Yerusalem), 29 Rajab 1434/8 Juni 2013 (MINA) – Israel melarang 25 penjaga kompleks Masjid Al-Aqsha dari kawasan sekitar masjid untuk berbagai periode waktu tertentu pada Jumat kemarin (7/6).
Seorang penjaga, Samer Qweider dilarang memasuki Masjid Al-Aqsha sampai akhir Ramadhan karena dituduh menghalangi secara lisan ekstrimis Yahudi yang mencoba masuk ke kompleks Masjid itu.
“Pada 28 Mei lalu, Israel melarang saya memasuki kompleks Masjid Al-Aqsha selama enam hari, dan dengan demikian saya kembali bekerja pada Senin (3/6). Setelah dua hari kerja teratur, Polisi Israel memberitahu saya bahwa saya tidak diizinkan untuk memasuki kompleks Masjid hingga Ramadhan berakhir tepatnya pada pertengahan Agustus mendatang,” kata Qweider seperti dilansir Kantor Berita Ma’an yang dikutip Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency).
Seorang penjaga lainnya, Fadi Bakeer mengatakan bahwa Israel ingin membungkam para penjaga dan menambahkan bahwa setiap penjaga yang mencoba untuk menghentikan para ekstrimis Yahudi dan anggota parlemen sayap kanan Israel memasuki Masjid Al-Aqsha akan dilarang.
Baca Juga: Israel kembali Serang RS Kamal Adwan, Sejumlah Fasilitas Hancur
Seorang pekerja departemen agama mengatakan bahwa penjaga ditekan, ditangkap, dipukuli, dilarang, dan didenda. Dia menambahkan bahwa pihaknya telah memohon bagi Raja Abdullah II dari Yordania meminta bantuan.
Pemerintah Israel telah memungkinkan pimpinan Yordania tingkat kontrol atas situs Muslim suci serta Gereja Makam Kudus karena hubungan historis untuk Yerusalem.
Israel merebut Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur dari Yordania dalam Perang Enam Hari tahun 1967.
Upaya membagi Al-Aqsha
Baca Juga: RSF: Israel Bunuh Sepertiga Jurnalis selama 2024
Sebelumnya, Komisi Islam-Kristen untuk solidaritas Al-Quds dan tempat-tempat suci memperingatkan rencana sekelompok gerakan ekstremis Yahudi untuk membagi Masjid Al-Aqsa dan memaksakan kontrol penuh penjajah Israel di atasnya.
Komisi memperingatkan dalam sebuah pernyataan pers Jumat (7/6), upaya Israel untuk memaksakan keadaan yang dikehendakinya dengan membagi Masjid Al-Aqsa sebagai apa yang terjadi di Masjid Ibrahimi, Hebron, dengan membagi Al-Aqsa untuk Muslim dan Yahudi dalam upaya persiapan penghancurannya dan membangun kuil mitos yahudi di atas reruntuhannya.
Lembaga ini menyerukan, masyarakat internasional dan organisasi terkait untuk memperhatikan situasi yang suram di kota Al-Quds, terutama di Masjid Al-Aqsa dan mengambil tindakan pencegahan serta tindakan yang diperlukan untuk menggagalkan rencana penjajah Israel dan ekstremis yahudi yang mencoba untuk membagi masjid Al-Aqsa serta mengendalikannya.
Organisasi Yahudi ‘Ir Amim’ bekerjasama dengan pusat perlindungan demokrasi Israel ‘Keshev’ baru-baru ini telah menyelenggarakan sebuah seminar di Al-Quds, di mana para peserta menyepakati hak orang Yahudi untuk membagi Masjid Al-Aqsa dan melakukan ritual mereka di dalamnya.
Baca Juga: Al-Qassam Sita Tiga Drone Israel
Pada Rabu (5/6), sekitar 50 mahasiswa dari berbagai Universitas di Israel menyerbu masjid Al-Aqsa dari gerbang sebelah barat dan melakukan ritual serta tur di halaman masjid, di bawah perlindungan polisi Israel.
Pada Kamis kemarin (6/6), Polisi Israel menutup wilayah Masjid Al-Aqsa bagi pengunjung dan tetap membukanya bagi kaum Muslim hanya karena menjelang perayaan hari Isra dan Mi’raj.
Akibat polisi menutup masjid bagi non-Muslim, ekstrimis Yahudi yang telah menggunakan program kunjungan untuk melaksanakan tur provokatif hampir setiap hari di halaman masjid itu melakukan kegiatan lain di luar gerbang Masjid dan pada Tembok Barat.
Mereka juga mengatakan akan melanjutkan tur mereka pada Ahad depan dan menyerukan kelompok-kelompok Yahudi lainnya untuk bergabung dengan mereka. Para ekstrimis Yahudi menginginkan Masjid Al-Aqsa dihancurkan dan diganti dengan sebuah kuil mitos Yahudi. (T/P02/R2)
Baca Juga: Parlemen Inggris Desak Pemerintah Segera Beri Visa Medis untuk Anak-Anak Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Paus Fransiskus Terima Kunjungan Presiden Palestina di Vatikan