Negev, 4 Sya’ban 1434/13 Juni 2013 (MINA) – Administrasi Penjara di kamp Penahanan Israel di Negev, wilayah Palestina sebelah selatan, memaksa empat tahanan Palestina yang sedang melakukan mogok makan masuk ke sel isolasi.
Hal itu dilakukan Israel untuk memaksa mereka menghentikan aksi mogok makan para tahanan.
Keempat tahanan tersebut adalah anggota gerakan Hamas yang ditahan tanpa alasan di bawah perintah Penahanan Administrasi yang sewenang-wenang, lapor Pusat Media Timur Tengah (IMEMC) yang dikutip Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency).
Kepala Pusat Studi Tahanan dan Hak Asasi Manusia (Ahrar), Fuad Al-khoffash menyatakan, empat tahanan mulai mogok makan dua hari lalu, menuntut Israel untuk membebaskan mereka, dan memprotes perlakuan kejam serta kondisi sulit yang mereka hadapi di penjara.
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
Khoffash mengungkapkan, empat tahanan awalnya dipindahkan ke sebuah kamar bagian sembilan dari kamp penahanan dan kemudian dipindah paksa ke sel isolasi.
Keempat orang itu adalah Samir Bheiss (42) dari Yatta dekat Hebron, Moayyad Sharab dari Awarta dekat Nablus, Anas Jadallah dari Nablus, dan Basem Dweikat dari desa Beta dekat Nablus.
Khoffash menambahkan tahanan menghadapi iklim panas yang ekstrim di padang pasir Negev dan terus-menerus dilecehkan serta hak-hak mereka dilanggar berulang kali oleh tentara.
Ketua Ahrar tersebut meminta kelompok-kelompok hak asasi manusia untuk campur tangan dan menghentikan pelanggaran Israel yang makin meningkat terhadap rakyat Palestina, terutama yang ditahan Israel di puluhan penjara dan kamp penahanan mereka, padahal hak mereka dijamin secara internasional.
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
Terputus dari Dunia
Sel Isolasi merupakan salah satu metode paling disukai otoritas penjara penjajah Israel untuk menghukum tahanan Palestina.
Menjelang akhir tahun 2011, beberapa tahanan melakukan aksi mogok makan selama 20 hari untuk menuntut pembebasan semua tahanan dari sel isolasi. Melalui mediasi Mesir, kesepakatan tercapai antara pimpinan para tahanan dan pihak penjajah Israel.
Setelah kesepakatan antara pimpinan para tahanan dan pihak penjajah Israel pada akhir tahun 2011, penjajah Israel ternyata melanggar kesepakatan dan kembali melakukan pemberlakuan sel isolasi, bahkan lebih memperketat tahanan di dalam penjara-penjara.
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza
Pada akhir September 2012, terdapat sekitar 60 tahanan Palestina yang ditahan di dalam sel isolasi, termasuk dua diantaranya ditempatkan secara terpisah untuk alasan negara atau keamanan.
Tahanan yang berada di dalam sel isolasi benar-benar terputus dari dunia. Mereka ditahan di sel kosong yang hanya berisi kasur dan selimut. Selain pakaian yang dimiliki para tahanan, mereka tidak diperbolehkan untuk mengambil apapun ke dalam sel isolasi, termasuk bahan bacaan, televisi atau radio.
Menurut data Ahrar yang diterima MINA, sel isolasi di penjara-penjara Israel berukuran 1,5 meter x 2 meter, hingga 3 meter x 3,5 meter. Setiap sel biasanya memiliki satu jendela berukuran sekitar 50 cm x 100 cm, yang dalam banyak kasus tidak memungkinkan masuknya cahaya atau udara yang cukup dari luar. Sel isolasi dirancang khusus sebagai tambahan sumber tekanan psikologis dan fisik bagi tahanan. Struktur dinding sel terbuat dari semen yang dicat dengan warna kusam ditambah cahaya redup, dan ujung dinding sering memiliki tekstur yang sangat kasar.
Di satu sisi dinding biasanya terdapat lubang kecil yang nyaris tidak memungkinkan masuknya udara. Sel diciptakan lembab yang mudah menyebabkan penyebaran penyakit, terutama masalah pernapasan dan penyakit kulit. Israel menggunakan sel isolasi sebagai tindakan hukuman terhadap pemimpin perlawanan yang berpengaruh sebagai cara untuk menghancurkan tekad mereka dan melemahkan baik semangat maupun kemampuan fisik mereka.
Baca Juga: Sudah 66 Hari Israel Blokir Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Utara
Alternatif Perlawanan
Aksi mogok makan tahanan Palestina sudah dimulai sejak akhir Desember 2011 dan awal Januari 2012, saat tahanan politik Palestina mulai melakukan aksi mogok makan jangka panjang. Seorang tahanan Palestina Khader Adnan, menurut dugaan Israel sebagai pemimpin gerakan Jihad Palestina, memulai aksi mogok makan pertama saat dirinya ditangkap pada 17 Desember 2011 di bawah penahanan administratif.
Aksi Mogok makan menjadi alternatif ‘perlawanan’ bagi para tahanan Palestina untuk memecahkan keheningan masyarakat dunia atas kehidupan para tahanan Palestina yang ditahan tanpa batas waktu serta tanpa tuduhan atau pengadilan di dalam penjara Israel.
Para tahanan Palestina yang melakukan aksi mogok makan menuntut penjajah Israel untuk mengakhiri praktek sewenang-wenang penahanan administratif, mengakhiri pemberlakuan sel isolasi, mengakhiri penyerangan di dalam sel, pencabutan semua pembatasan kunjungan keluarga tahanan, peningkatan pelayanan penjara dan perawatan medis, dan mengakhiri keluarga tahanan yang dipermalukan di pos pemeriksaan saat melakukan kunjungan serta memberikan kehidupan bagi tahanan Palestina yang bebas dan bermartabat. (T/P03/P02)
Baca Juga: Smotrich: Israel Tolak Normalisasi dengan Saudi jika Harus Ada Negara Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Kutuk Agresi Penjajah Israel terhadap Suriah
Negev