ISRAEL PASANG PERANGKAT PENGAWAS DI PINTU MASUK MASJID IBRAHIMI

Masjid Ibrahimi (WIki Commons)
(WIki Commons)

Hebron, 22 Dzulqa’dah 1435/16 September, 2014 (MINA) – pada Senin (15/9) telah membuat pos dan memasang perangkat alat pengawasan baru di pintu masuk utama Masjid Ibrahimi, di pusat Kota Hebron, selatan Tepi Barat, Palestina.

Kepala Departemen Wakaf Islam di Hebron, Ibrahim Abu Sneina, mengatakan, Israel secara paksa terus melakukan pembatasan pengunjung pada jamaah warga Muslim. Ia menambahkan, adanya pos atau ruang baru dan peralatan pengawansan itu adalah bentuk pelecehan, demikian IMEMC yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan.

Menurut Abu Sneina, Israel terus malakukan rencananya untuk mengubah masjid menjadi sebuah Sinagog, yang hanya akan digunakan oleh orang-orang Yahudi, dan itu merupakan pelanggaran langsung terhadap perjanjian internasional serta kebebasan beribadah.

Dia mengatakan, pihaknya mengajukan banding ke pihak Israel, menuntut pembongkaran ruangan pengawasan itu dan meniadakan semua pembatasan serta semua tindakan oleh tentara Israel yang mengarah ke pembatasan. Selama ini yang terjadi banyak tindakan tentara yang mencegah masuknya jamaah Muslim ke dalam masjid.

Perlu disebutkan bahwa Israel sering mencegah jamaah Muslim memasuki masjid bersejarah itu dan berulang kali melarang para Syeikh (imam masjid) menggunakan speaker dalam pelaksanaan ibadahnya.

Masjid Ibrahimi berada di jantung Kota Hebron, Al-Khalil Ar-Rahman (julukan nabi Ibrahim), di tengah kampung-kampung bersejarah yang dibangun bangsa Arab Kan’an. Masjid itu membawa warisan peninggalan Nabi Ibrahim, Nabi Ishak, Nabi Ya’qub, dan Nabi Yusuf.

Setelah berdiri selama lebih dari 2000 tahun, bangunan Masjid Ibrahimi adalah salah satu yang tertua di dunia yang masih kokoh, serta telah bertahan dari gempa bumi di wilayah tersebut.

Saat ini, penjajah Israel memberlakukan penjagaan keamanan yang ketat di sekitar masjid dan menutup pos pemeriksaan militer antara masjid dan lingkungan kota tua. Mereka juga baru-baru ini melarang adzan untuk menunaikan ibadah sholat wajib.

Masjid itu telah dibagi antara Muslim dan Yahudi selama puluhan tahun dengan masing-masing agama menempati bagian dari masjid di mana jamaahnya melakukan ritual ibadah.

Pemerintah Israel juga mendirikan banyak pos pemeriksaan di jalan menuju Masjid Ibrahimi untuk memaksakan de facto bagi muslim Palestina agar tempat suci tidak akan dikunjungi oleh mereka.

Israel membagi Masjid Ibrahimi antara Muslim dan Yahudi lebih dari 20 tahun yang lalu dan memperbolehkan kaum Muslimin masuk ke dalam bagian khusus Yahudi sepanjang 10 hari dalam setahun, yaitu selama hari raya Islam, hari Jumat dan malam lailatul Qadar pada bulan Ramadhan.

Jum’at, 25 Februari 1994, Baruch Goldstein, seorang Yahudi anggota Jewish Defense League ( JDL ) bentukan Rabbi Meir Kahane menembaki para jama’ah masjid ketika mereka Shalat Subuh.

Menurut keterangan beberapa saksi mata, bukan hanya Goldstein yang melakukan pembantaian di tempat suci kota Hebron itu, melainkan ada beberapa orang juga yang membantunya menembaki jama’ah shalat dan memasok peluru.

Serangan itu mengakibatkan 29 orang tewas dan 125 luka-luka; dan Goldstein dipukuli sampai mati oleh para korban yang masih hidup. Sejak itu, Israel mulai memberlakukan langkah-langkah keamanan yang membatasi secara ketat, dan dalam banyak kasus, menolak masuknya Muslim ke masjid. (T/R11/R05)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Comments: 0