Ramallah, 28 Sya’ban 1434/7 Juli 2013 (MINA) – Lembaga hukum Hurryyat Legal Center melaporkan, Otoritas Penjara Israel menolak seorang tahanan mogok makan Palestina, Samer Al-Isawi untuk mendapatkan perawatan medis dan obat-obatan yang sangat dibutuhkan, dan menolak memberinya pemeriksaan medis.
Al-Isawi melakukan aksi mogok makan terbuka selama sembilan bulan menuntut diakhirinya penahanan ilegal tanpa tuduhan atau pengadilan oleh Israel, lapor media Al-Qassam yang dikutip Mi’raj News Agency (MINA), Ahad (7/7).
Dia mulai melakukan aksi mogok makan setelah tentara Israel menculik dirinya dalam pelanggaran langsung terhadap kesepakatan penukaran tawanan yang dijamin pembebasannya, pada Oktober 2011.
Dia bersama dengan lebih dari 1000 tahanan Palestina menjadi syarat sebagai imbalan pembebasan seorang prajurit Israel, Gilad Shalit yang ditangkap oleh gerakan perlawanan di Gaza pada Juni 2006.
Baca Juga: Al-Qasam Rilis Video Animasi ”Netanyahu Gali Kubur untuk Sandera”
Al-Isawi, 33, mengatakan kepada pengacaranya bahwa dia telah diberi akses untuk mendapatkan perawatan dan pemeriksaan medis yang sangat diperlukannya karena dirinya dipindahkan ke Penjara Shatta setelah ia mengakhiri aksi mogok makan.
Dia mengatakan bahwa, dua pekan lalu, ia mulai mengalami sakit pada ginjalnya, tapi tidak pernah dilihat oleh dokter spesialis. Dia menambahkan bahwa para dokter menginstruksikan administrasi penjara Israel memberi Al-Isawi makanan khusus, tapi makanan yang ditentukan itu jarang diberikan.
Lembaga hukum Hurryyat meminta Israel bertanggung jawab penuh atas kehidupan Al-Isawi. Lembaga hukum itu juga mendesak kelompok-kelompok hak asasi manusia internasional untuk memastikan Israel memberikan Al-Isawi perawatan dan pengobatan medis yang sangat diperlukannya.
Tahanan Sakit Meningkat
Baca Juga: Tentara Cadangan Israel Mengaku Lakukan Kejahatan Perang di Gaza
Pengacara di Kementerian Tahanan Karim Ajweh menegaskan bahwa jumlah tahanan Palestina yang sakit di penjara Israel ‘Ashkelon’ mengalami peningkatan.
Para tahanan di dalam penjara Israel itu juga masih menolak untuk dirawat di klinik penjara sebagai aksi protes atas kurangnya pemberian obat-obatan yang tepat bagi para tahanan yang sakit.
Perwakilan tahanan di penjara Ashkelon, Nasser Abu Hmeed mengatakan, beberapa tahanan yang sakit menahan diri dari mengambil obat, seperti Samer Abu el-Leil dan Yousef Noadjah sebagai aksi protes terhadap ketidakpedulian Israel terhadap kondisi kesehatan mereka.
“Ada 11 kasus terjadi di penjara Ashkelon, di antara mereka adalah Muhammad Brash, yang mengalami kesulitan dalam pendengaran dan kaki kirinya diamputasi, serta menderita penglihatan kabur,” kata Nasser seperti dikutip kantor berita berbasis di Gaza AlRay.
Baca Juga: Jihad Islam Kecam Otoritas Palestina yang Menangkap Para Pejuang di Tepi Barat
Naim Shawamreh menderita masalah laring, Fouad Shobaki menderita wasir dan hipertensi, Sharif Naji menderita tekanan darah dan perut bermasalah, Ahmed Aldjaafarh terkena diabetes, tekanan darah tinggi, dan gagal jantung, semetara Mohammed Daoud bermasalah pada kesehatan gigi dan tekanan darah.
Pusat Dukungan dan Hak Asasi Manusia (HAM) khusus Tahanan Palestina, Addameer melaporkan, hingga catatan Mei lalu, sekitar 4.979 warga Palestina masih berada di dalam penjara-penjara Israel. Termasuk dalam tahanan itu ada delapan anggota parlemen aktif yang merupakan tahanan administratif. (T/P02/R2).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Larang Renovasi Masjid Al-Aqsa oleh Wakaf Islam
Baca Juga: Israel kembali Serang RS Kamal Adwan, Sejumlah Fasilitas Hancur