Tel Aviv, MINA – Perdana Menteri pendudukan Benjamin Netanyahu pada Kamis (26/9) mengumumkan menolak inisiatif AS, yang didukung oleh sekutunya, yang mengusulkan gencatan senjata selama 21 hari di Lebanon, di tengah konfrontasi yang sedang berlangsung dengan Hezbollah.
Sebelumnya, negara-negara Barat, Jepang, dan negara-negara Teluk Arab mendesak “gencatan senjata sementara”, beberapa hari setelah Israel melancarkan agresi besar-besaran di Lebanon selatan dan wilayah Bekaa di timur dan ancaman potensi invasi darat. Almayadeen melaporkan.
“Itu adalah usulan Amerika-Prancis, yang bahkan belum ditanggapi oleh Perdana Menteri,” kata sebuah pernyataan dari kantor Netanyahu.
Ia juga membantah laporan Channel 12 yang mengatakan Netanyahu telah menginstruksikan militer untuk mengurangi serangan terhadap Lebanon dan menyebutnya “bertentangan dengan kebenaran,” menekankan bahwa Perdana Menteri Israel telah memerintahkan militer “untuk melanjutkan pertempuran dengan kekuatan penuh.”
Baca Juga: Abu Ubaidah Serukan Perlawanan Lebih Intensif di Tepi Barat
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, juga menegaskan tidak akan ada gencatan senjata di wilayah utara, meskipun ada desakan internasional untuk gencatan senjata selama 21 hari.
Ia mengatakan Israel akan melanjutkan serangannya “dengan seluruh kekuatan kami hingga kemenangan dan warga utara kembali ke rumah mereka dengan selamat.”
Sementara itu, kantor Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati membantah laporan yang mengklaim bahwa perdana menteri menandatangani usulan perjanjian gencatan senjata setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan mediator Amos Hochstein. []
Baca Juga: Tentara Israel Mundur dari Kota Lebanon Selatan
Mi’raj News Agency (MINA)