Jama’ah Muslimin: Aksi Damai 4 November Bukti Kesatuan Umat Islam

Jakarta, 7 Shafar 1438/7 November 2016 (MINA) – Amir Majelis Ukhuwah Pusat (MUP) Jama’ah Muslimin (Hizbullah) H. Bustamin Utje mengatakan, 2016 menjadi bukti bahwa umat Islam mampu mewujudkan kesatuan sikap dan langkah karena kesadaran yang sama tentang ancaman atas kemuliaan Al-Qur’an.

Ia menilai tak terhitung pengorbanan material dan non material yang mereka keluarkan bahkan resiko hilangnya nyawa. MUP Jama’ah Muslimin (Hizbullah) pun menerjunkan timnya untuk ikut mengawal aksi damai yang digelar dari Masjid Istiqlal hingga Istana Negara usai shalat Jumat itu.

“Begitu indah fenomena bersatunya umat Islam dari berbagai golongan yang membentuk gerakan bersama dengan penuh kedamaian. Hendaknya umat Islam melanjutkan persatuan dan kesatuan umat secara lebih sungguh-sungguh karena itulah yang diperintahkan oleh Allah di dalam Al Qur’an (Q.S. Ali Imran [3]: 103) yang mereka bela melalui aksi tersebut,” kata Bustamin di Jakarta sebagaimana keterangan pers yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin (7/11).

Menurutnya, kesatuan umat Islam akan menghadirkan kekuatan yang dahsyat dan membawa rahmat bagi seluruh umat manusia, sebagimana sabda Rasulullah, “Berjama’ah adalah rahmat dan berpecah-belah adalah azab” (H.R. Ahmad).

(Hizbullah) merupakan wadah kesatuan Muslimin yang ditetapkan kembali pada 20 Agustus 1953 bertepatan dengan 10 Dzulhijjah 1372, bukan organisasi, partai, perserikatan dan bentuk lain yang sifatnya politis, melainkan berbentuk Jama’ah.

Ditetapinya kembali Jama’ah Muslimin ini merupakan perwujudan ketaatan dalam memenuhi perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang disebutkan dalam Al-Qur`an Surat Ali ‘Imran ayat 102-103.

Tegakkan Keadilan

Menyikapi perkembangan terkini setelah Aksi Damai bertajuk “ II” yang digelar oleh seluruh elemen umat Islam Indonesia dari berbagai daerah, Jama’ah Muslimin (Hizbullah) bersyukur kepada Allah yang telah melindungi umat Islam sehingga aksi ini terlaksana dengan baik.

“Kami pun berterima kasih kepada semua unsur masyarakat yang tergabung dalam aksi tersebut. Semoga semua amal sholih kita dicatat sebagai amal mulia di sisi Allah dan menjadi bukti kecintaan kita kepada Al-Qur’an dan penolakan terhadap penistaan atasnya,” ungkap Bustamin.

Untuk diketahui, Aksi Bela Islam II yang digelar ribuan massa dari beberapa elemen umat Islam dari berbagai daerah usai shalat Jumat dari Masjid Istiqlal menuju Istana Negara untuk menuntut penegak hukum seadil-adilnya terhadap Gubernur DKI Jakarta non aktif Basuki Tjahja Purnama (Ahok).

Pernyataan Ahok di Kabupaten Kepulauan Seribu pada 27 September 2016 lalu yang menyulut kontroversi dan ketidaknyamanan di tengah umat Islam, berujung pada penyelidikan kepolisian.

Sebelumnya, Aksi Bela Islam I digelar di Jakarta pada 10 Oktober 2016 lalu. Sebagaimana laporan kepanitiaan Aksi Bela Islam atas nama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI), aksi Bela Islam adalah Jihad Konstitusional yang merupakan murni Aksi Penegakan Hukum, bukan Aksi SARA ataupun aksi politik Pilkada.

Ia menyampaikan apresiasi dan pernghargaan kepada Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan segenap aparat keamanan yang telah mengawal aksi tersebut berjalan dengan aman, tertib dan damai.

“Sangat disesalkan terjadinya insiden menjelang berakhirnya Aksi Damai tersebut. Hal ini hendaknya menjadi pelajaran agar di masa mendatang, pihak pemegang otoritas keamanan dan semua pihak di negeri ini mampu bertindak lebih waspada dalam mengawal keselamatan masyarakat dan tidak terprovokasi oleh kelompok tertentu yang tidak senang melihat umat Islam memperjuangkan aspirasi konstitusionalnya dengan damai,” ujarnya.

Bustamin juga menegaskan pihaknya mendukung Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam menggunakan segenap hak dan wewenangnya untuk menjamin tegaknya supremasi hukum dan keadilan dengan segera memproses kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Calon Gubernur Petahana DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama.

“Hendaknya Presiden mampu menjadi teladan yang terbaik dalam penegakkan hukum dan memimpin negara dan bangsa ini tanpa pandang bulu dalam menegakkan keadilan, meskipun terhadap pejabat negara,” tegasnya.

Jamaah Muslimin (Hizbullah) menghimbau kepada sebagian komponen masyarakat, baik Muslim maupun non Muslim, hendaknya mengembangkan sikap toleransi dan pergaulan yang positif terhadap sesama anak bangsa.

Jama’ah Muslimin juga menghimbau agar masyarakat tidak saling mencederai kehormatan dan kemuliaan keyakinan masing-masing yang berpotensi melemahkan persatuan bangsa dan membahayakan keutuhan negara. (L/R05/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.