JOHN KERRY TELPON NETANYAHU MEMPROTES PERAMPASAN TANAH DI TEPI BARAT

Jhon Kerry, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat. foto : AFP
Jhon Kerry, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat. foto : AFP

Gaza, 8 Dzulqadah 1435/3 September 2014 (MINA) – Menteri Luar Negeri AS, John Kerry,  menghubungi PM  Israel, Benyamin , lewat sambungan telepon Rabu (3/9) pagi, dan dengan tajam memprotes keputusan Israel merampas 4,000 dunums (1.000 hektar) tanah milik warga Palestina di Gush Etzion dan dinyatakan sebagai tanah negara Israel.

Sehari sebelumnya Amerika Serikat menyatakan kemarahannya atas keputusan Pemerintah Israel merampas tanah tersebut yang diumumkan Ahad 31/8, demikian Koresponden Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Gaza melaporkan.

Duta Besar AS untuk Israel, Dan Shapiro, telah melakukan beberapa percakapan dengan pejabat senior Israel untuk menyatakankan ketidaksenangan AS.

Bahkan seorang pejabat senior AS juga mengungkapkan, Washington marah sebab “Israel tidak membicarakan keputusan ini terlebih dahulu dengan AS dan mengejutkan kami dengan keputusan ini,” kata pejabat tersebut sebagaimana dikutip media Israel, Haaretz.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki, Selasa (2/9) mengeluarkan pernyataan AS,  yang menyerukan Israel untuk menahan tindakannya.

Dia mengemukakan,  perebutan tanah oleh Israel, bersamaan dengan rencana pembangunan pemukiman tambahan di Tepi Barat dan Jerusalem Timur (yang dikhawatirkan AS akan segera dilakukan Israel), merupakan sebuah “sebuah pesan yang sangat mengganggu” dan bertentangan dengan keinginan Israel untuk mencapai “solusi dua negara”.

Di Eropa, pemerintah dan publik  memprotes dan menghubungi kantor Perdana Menteri Israel.

Penasehat Keamanan Nasional Inggris, Nigel Kim Darroch, menghubungi mitra Israel-nya, Yossi Cohen, dan menyampaikan keberatan Pemerintah Inggris atas aksi Israel tersebut.

Protes juga berdatangan dari Perancis, Spanyol dan juga dari Menteri Luar Negeri Italia, Federica Meghrini, yang baru saja diangkat sebagai Menteri Luar Negeri Uni Eropa.

Uni Eropa juga mengecam tindakan Israel tersebut “Pada saat momen yang sangat sensitif ini, setiap tindakan yang dapat merusak stabilitas dan prospek perundingan konstruktif setelah gencatan senjata di Gaza, harus dihindari,” kata juru bicara Uni Eropa.

Sementara itu seorang diplomat senior Eropa mengatakan, keputusan Israel ini sangat menjengkelkan karena waktunya hanya beberapa hari setelah gencatan senjata berhasil dicapai dengan Hamas di Gaza.

Ketika masyarakat internasional sedang berusaha membantu Israel  agar tuntutannya terlaksana seperti pelucutan senjata Hamas. “Israel telah menemukan cara terbaik untuk menempatkan keindahan  di mata semua teman Israel di seluruh dunia,” sindir diplomat senior Eropa tersebut yang tak disebutkan namanya.

“Alih-alih berfokus untuk melemahkan Hamas dan meningkatkan pengawasan di Jalur Gaza, Israel malahan tidak hanya membuat langkah tersebut (merampas tanah) namun juga merencanakan untuk membangun kota baru di Tepi Barat secara keseluruhan, bukan hanya seperti pemukiman biasa,” tambah diplomat senior itu.

Peace Now Israel, sebuah lembaga non pemerintah yang aktif dalam  advokasi dan mengajukan solusi dua negara untuk penyelesaian konfilk Israel-Palestina serta melakukan pemantauan terhadap pembangunan pemukiman, mengatakan ini adalah penyitaan terbesar tanah Tepi Barat dalam 30 tahun.

Israel pada ahad 31/9 mengumumkan merampas tanah rakyat Palestina seluas 4.000 dunums atau 1.000 hektar (1 dunum = 1.000 meter persegi) dan akan mendirikan pemukiman di lahan tersebut.

Protes segera berdatangan termasuk dari dalam kabinet Israel sendiri. Menteri Keuangan Israel, Yair Lapid, dalam sebuah forum ekonomi yang diadakan di Israel Selasa (2/9) mengecam keputusan Pemerintah Israel itu, dengan mengatakan langkah tersebut membahayakan hubungan AS – Israel pada waktu yang sensitif saat ini. (K01/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Abu Al Ghazi

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0