Jutaan Akun Tokped Bocor, Sukamta: Tingkatkan Kewaspadaan Siber

Jakarta, MINA – Anggota Komisi I DPR RI mendorong semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan siber di tengah wabah corona, setelah adanya pengakuan dari (Tokped) terkait diretasnya jutaan akun pengguna aplikasi itu oleh hacker.

Data yang diduga bocor ini bukan cuma sebanyak 15 juta, seperti perkiraan awal, tetapi mencapai 91 juta data yang kemudian dijual murah di dark web dengan harga 5.000 dolar AS atau sekitar Rp.73,4 juta.

“Saya kembali mendorong kepada semuanya, baik pemerintah dalam hal ini Kementerian Kominfo dan BSSN, swasta seperti perusahaan-perusahaan yang melakukan pengelolaan data pribadi serta masyarakat, agar bersama-sama meningkatkan kewaspadaan siber,” kata Sukamta di Jakarta, Ahad (3/5).

“Kasus Tokopedia ini jadi alarm bagi dunia siber di Indonesia,” imbuhnya.

Sukamta melanjutkan, saat seperti ini internet sangat-sangat penting. Pada kondisi normal saja internet telah demikian penting, apalagi ketika pandemi seperti sekarang. Gangguan pada internet, entah hacking sampai cracking, bisa mengacaukan kehidupan di masyarakat.

Bahkan ancaman bisa sampai skala negara jika yang diserang adalah instalasi negara yang menguasai hajat hidup masyarakat yang diprogram dengan internet.

“Karena itu, kasus ini juga jadi alarm bagi pemerintah akan adanya potensi ancaman. Komisi I DPR bersama pemerintah tentu akan serius dalam pembahasan RUU Pelindungan Data yang sudah masuk Prolegnas tahun ini,” katanya.

“Kita berharap aturan soal pelindungan data nanti bisa mengcover hal ini,” kata Sukamta.

Sementara itu bagi masyarakat para pengguna, Sukamta menyarankan agar melakukan penggantian password dan memproteksi akun pribadinya dengan verifikasi 2 langkah. Hal ini untuk meminimalisasi pengaksesan secara ilegal atas akun internet kita.

“Data itu sekarang sangat seperti minyak beberapa dekade lalu, atau seperti berharganya rempah-rempah di nusantara zaman dulu yang konon bisa lebih mahal dari emas. Di dunia digital seperti sekarang, data-data menjadi sangat menggiurkan untuk menambang dollar,” katanya.

Sukamta memprediksi, siapa yang sekarang bisa mengkapitalisasi data, akan menjadi penguasa di dunia hingga 10-20 tahun ke depan, sampai ditemukan teknologi yang lebih baru. Karenanya, masyarakat musti aware dengan data pribadi.

“Jangan hanya karena tidak merasakan langsung kerugian akibat penyalahgunaan data, lantas kita tak peduli. Padahal pihak lain yang menambang data kita akan semakin kaya, sementara kita sebagai subjek data tidak mendapatkan profit apa-apa,” katanya. (L/R2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rendi Setiawan

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.