JUTAAN ANAK DI AFRIKA TERANCAM KELAPARAN AKIBAT FENOMENA EL NINO

Anak-anak Afrika (Foto: The Nation)
Anak-anak (Foto: The Nation)

Kenya, 29 Muharram 1437/11 November 2015 (MINA) – Badan Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) memperingatkan sekitar 11 juta anak di Afrika Selatan dan Timur menghadapi bencana kelaparan, penyakit, dan kekurangan air akibat fenomena cuaca terkuat dalam beberapa dekade.

UNICEF mengatakan, seperti dilaporkan The Nation, Rabu (11/1), El Nino telah menyebabkan bencana kekeringan dan banjir di sejumlah daerah Afrika, yang pada akhirnya mengakibatkan kekurangan makanan dan air di sejumlah wilayah kawasan timur dan selatan benua itu.

Akibat masalah itu masyarakat di sana menghadapi kekurangan pangan sehinga terancam kekurangan gizi dan anak-anak rentan terserang penyakit mematikan seperti malaria, diare, kolera, dan demam berdarah.

“Konsekuensi dari bencana ini bisa memengaruhi beberapa generasi kecuali masyarakat yang terkena dampak menerima bantuan,” kata UNICEF dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Buruknya asupan gizi yang diterima anak-anak membuat perkembangan kognitif mereka terhambat. Studi menujukkan anak-anak di kawasan itu memiliki capaian prestasi yang rendah di sekolah.

El Nino, yang disebabkan oleh pemanasan Samudera Pasifik, telah menyebabkan kekeringan di beberapa bagian Afrika, termasuk Malawi dan Zimbabwe. Gejala penyimpangan kondisi laut itu juga mengakibatkan kemarau dan banjir di beberapa bagian Asia, Pasifik, dan Amerika Latin.

Negara yang terkena dampak El Nino paling buruk adalah , negara Afrika Timur yang memiliki populasi terbesar kedua di benua itu dan menderita kekeringan terberat dalam 30 tahun.

PBB mengungkapkan lebih dari delapan juta jiwa penduduk di negara itu saat ini membutuhkan bantuan makanan, dan jumlah itu bisa meningkat menjadi 15 juta pada awal 2016. Sekitar 350 ribu anak Ethiopia memiliki kekurangan gizi akut, yang berarti mereka mungkin meninggal tanpa terapi pemberian makanan.

Sementara di Somalia, banjir bandang telah menghancurkan ribuan rumah darurat dan tanaman warga. Jik hujan terus lanjut diyakini dapat meningkatkan jumlah orang yang membutuhkan bantuan penyelamatan di atas angka 3,2 juta jiwa yang tercatat saat ini.

El Nino diperkirakan akan terus menguat hingga awal 2016, menyebabkan lebih banyak banjir dan kekeringan dan memicu topan Pasifik dan siklon.

Direktur Eksekutif UNICEF, Anthony Lake, mengatakan ia berharap krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh El Nino akan menjadi fokus pembahasan pada pertemuan PBB di Perancis pada 30 November mendatang, yang laksanakan untuk meraih kesepakatan global baru untuk memperlambat perubahan iklim.

“Intensitas dan potensi merusakan (yang disebabkan El Nino) harus menjadi sebuah seruan peringatan ketika para pemimpin dunia berkumpul di Paris,” kata Lake dalam sebuah pernyataan.

Dia menambahkan, “Ketika mereka (para pemimpin dunia) memperdebatkan kesepakatan membatasi pemanasan global, mereka harus ingat bahwa masa depan anak-anak hari ini dan planet yang mereka akan mewarisi dipertaruhkan.”

Para pemimpin dunia dijadwalkan bertemu di Paris, Perancis, untuk menghadiri Konferensi Iklim PBB Ke-21 pada 30 November sampai 11 Desember 2015. Sasarannya ialah mencapai kesepakatan universal yang mengikat dengan tujuan membatasi pemanasan global dengan mengurangi emisi gas rumah kaca.

El Nino tidak disebabkan oleh perubahan iklim tetapi para ilmuwan percaya bahwa fenomena alam itu menjadi lebih intens sebagai akibat dari masalah tersebut. Wilayah-wilayah termiskin di dunia merupakan di antara yang paling terpukul dan paling tidak mampu mengatasi bencana yang diakibatkan perubahan iklim. (P022/R02)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Comments: 0