Kejamnya Serangan Udara di Pemakaman Tokoh Houthi Yaman

Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Staf medis enam di , ibukota Yaman, harus berjuang ekstra dalam menangani lebih 500 korban luka akibat serangan udara yang menghantam sebuah upacara pemakaman seorang ayah dari tokoh oposisi bersenjata Houthi Yaman.

Serangan udara menghantam bangunan pemakaman Menteri Dalam Negeri pemerintahan oposisi bersenjata Houthi Yaman, Jalal Al-Roweishan, di lingkungan Haddah, Sanaa, pada Sabtu (8/10) sekitar pukul 14:00 waktu setempat.

Saat itu bangunan sarat oleh pelayat, baik dari pihak oposisi Houthi dan sekutunya, serta warga sipil.

Dilaporkan sedikitnya 140 orang tewas dan lebih dari 525 luka-luka.

Pesawat tempur koalisi negara Teluk pimpinan Arab Saudi diduga kuat adalah pelaku eksekutor serangan. Sebelumnya pemerintah Riyadh membantah, tapi ketika Amerika Serikat menyatakan akan “meninjau ulang” dukungannya terhadap koalisi, Kerajaan menyatakan akan segera melakukan penyelidikan internal.

Menurut juru bicara otoritas kesehatan oposisi di Sanaa, Tamim Al-Shami mengatakan pada Ahad (9/10), sekitar 300 di antara korban dalam kondisi kritis dan perlu berobat ke luar negeri.

Ilustrasi. Tim medis di rumah sakit di Sanaa sibuk menangani korban luka warga sipil. (Foto: AFP)
Ilustrasi. Tim medis di rumah sakit di Sanaa sibuk menangani korban luka warga sipil. (Foto: AFP)

Relawan medis Dokter Lintas Batas () mengatakan bahwa situasinya sangat kacau setelah serangan udara “doble-tap” terjadi.

Serangan “double-tap” yaitu pesawat perang melakukan sebuah serangan bom awal pada target, dan kemudian menunggu ada tanda-tanda korban selamat, atau petugas penyelamat tiba, kemudian melakukan pengeboman kedua atau lebih di titik yang sama.

“Situasinya sangat kacau. Lebih dari 400 orang di ruang gawat darurat, luka bakar yang parah dan kasus pecahan peluru, rasa panik melanda kerabat dan teman-teman yang tiba di rumah sakit untuk mencoba dan mencari tahu nasib orang yang mereka cintai,” kata Colette Gadenne, ketua misi MSF di Yaman kepada The New Arab.

Gadenne menjelaskan, keparahan serangan udara Sabtu itu memaksa MSF memimpin untuk menerapkan rencana tindakan penanganan membantu rumah sakit lainnya di Sanaa, hal yang biasanya tidak dilakukan organisasi lain.

“Rumah sakit di Sanaa adalah yang terbaik dibandingkan bagian negara lainnya, tapi sangat kekurangan obat-obatan, oksigen, bahkan listrik. Ada sistem rujukan yang luas di mana biasanya orang-orang dengan luka berat akibat serangan dari luar Sanaa, sering dikirim ke sini untuk perawatan,” kata Gadenne.

“Tapi sekarang mereka (rumah sakit) benar-benar kelebihan beban dan kami telah diminta untuk membatasi pasien rujukan,” katanya.

Gadenne menjelaskan, pada bulan Agustus, MSF terpaksa menarik diri stafnya dari enam rumah sakit di Yaman utara setelah serangan udara menghantam Rumah Sakit Abs di Provinsi Hajjah yang menewaskan 19 orang.

“Target warga sipil dan rumah sakit benar-benar tidak dapat diterima. Kami telah meminta semua pihak untuk menghormati ini,” kata Gadenne.

“Tapi bagaimanapun, kita telah melihat rumah sakit dan warga sipil menjadi sasaran. Pemerintah internasional yang mendukung Arab Saudi bertanggung-jawab untuk memastikan agar aturan perang dihormati. Jika Anda menjual, Anda harus memfasilitasi,” tambahnya. (P001/R01)

Sumber: The New Arab

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.