Jakarta, MINA – Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Purwadi Sutanto mengatakan, keluarga harus berperan dalam membangun literasi digital dan menangkal informasi bohong (hoaks).
Upaya menangkal hoaks berbagai macam dilakukan pemerintah dalam pendidikan, terutama memberikan edukasi kepada guru dan siswa. Namun masih banyak masyarakt yang percaya dengan pemberitaan hoaks.
“Upaya pemerintah setiap pertemuan guru seperti Pembinaan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) itu selalu disisipi dengan masalah digital, terutama hoaks. Mengedukasi itu bukan hanya kepada anaknya (siswa), tapi yang lebih utama itu pada orang tuanya, yang menjadi penting,” katanya kepada MINA di Senayan, Jakarta, Kamis (25/7).
“Saya selalu mengatakan bahwa keluarga itu mempuyai tanggung jawab berat, karena yang mendidik itu sebenarnya keluarga, sekolah itu hanya menguatkan saja. Untuk proses pendewasaan anak itu di sekolah, tapi fondasi utamanya adalah keluarga,” jelasnya.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
Ia menambahkan, setiap pertemuan guru dan pelatihan pihaknya juga selalu memberikan bekal agar tidak terkontraminasi dengan hoaks.
“Sekolah ini menjadi penting karena sekolah harus menagawal anak-anak kita untuk siap belajar, belajar dan belajar. Dan mereka tidak terkontaminasi dengan masalah-masalah yang seperti itu. Yang selalu menjadi masalah kita di Medsos seperti perstiwa di Pontianak beberapa waktu lalu (kasus Audrey) itu karena Medsos, hanya karena Medsos. Itulah yang perlu kita galakkan betul anak-anak harus paham literasi digital untuk menangkal hoak,” jelasnya.
Terkait ini, orang tua juga harus aktif dan arif mendampingi dan mengawasi anak-anaknya saat mengakses internet dalam menggunakan gadget (smartphon).
“Orang tua harus hati-hati. Sangat arif sekali terutama kepada anaknya yang belum cukup umur, harus didampingi dalam menggunakan gadget. Harus ada pendampingan betul, karena ini bisa sangat menyesatkan kalau tidak sesuai proporsional umurnya, karena ada sisi baik dan buruknya,” tambahnya. (L/R10/RS3)
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru