Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kematian Karena Kolera Meningkat di Daerah Pemberontak Yaman

Rudi Hendrik - Ahad, 27 Agustus 2017 - 14:56 WIB

Ahad, 27 Agustus 2017 - 14:56 WIB

4414 Views

Balitan Yaman terimfeksi wabah kolera. (Foto: dok. AA)

KOLERA-YAMAN.jpg" alt="" width="864" height="486" /> Balitan Yaman terimfeksi wabah kolera. (Foto: dok. AA)

Sanaa, MINA – Kematian karena wabah kolera di Yaman mengalami peningkatan di daerah-daerah yang dikuasai oleh pemberontak.

Kondisi itu terjadi karena sebagian besar akibat dari blokade dan serangan udara oleh koalisi pimpinan Arab Saudi terhadap pemberontak.

Data Organisasi Kesehatan Dunia menunjukkan, 1.794 dari 2.103 korban kolera di Yaman – 90 persen – telah terjadi di wilayah utara dan barat. Seluruh atau sebagian besar wilayah itu berada di bawah kendali milisi Houthi.

Seluas 84 persen dari wilayah yang dikuasai Houthi telah infeksi kolera, yaitu 456.962 dari 542.278 kasus.

Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata

Area pemberontak dan sebagian Yaman selatan, juga mengalami tingkat kelaparan yang lebih tinggi.

Kondisi ini diperburuk dengan banyaknya rumah sakit dan klinik yang dibom atau ditutup sejak pertempuran skala penuh meletus pada bulan Maret 2015.

Pakar kesehatan dan hak asasi manusia mengatakan pada pekan ini kepada Al Jazeera yang dikutip MINA, kekuatan dan kendali koalisi terhadap laut telah menyebabkan krisis kesehatan ke wilayah pemberontak.

Dr Homer Venters, direktur program untuk kelompok penelitian Physicians for Human Rights, mengatakan, koalisi yang menyerang klinik dan pekerjaan limbah adalah “taktik perang” Arab Saudi.

Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan

“Selain penghancuran dari serangan udara terhadap rumah sakit dan klinik, keadaan darurat kesehatan di Yaman diperparah oleh pembatasan impor bensin oleh pemerintah Arab Saudi, sehingga membuat pusat kesehatan yang tersisa tidak memiliki listrik,” kata Venters. (T/RI-1/B05)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah

Rekomendasi untuk Anda

Afrika
Internasional
MINA Health
Timur Tengah
Sosok
Indonesia
MINA Preneur
Kolom