KESABARAN DAN KETEGUHAN JIWA DALAM PERJUANGAN

Ali Farkhan Tsani

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Da’i Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Indonesia

Hidup adalah perjuangan, dan perjuangan memerlukan pengorbanan. Tidak ada perjuangan apapun, baik itu perjuangan dalam meniti karir, meraih prestasi olahraga, dalam dunia bisnis, pendidikan, hingga dalam meraih cinta, apalagi dalam dunia dakwah, tanpa adanya pengorbanan.

Mulai dari pengorbanan harta, waktu, pikiran, tenaga, perasaan, hingga jiwa.

Bagi para pejuang sejati, semua jenis pengorbanan itu bukan membuat dirinya merasa rugi, menyesal atau mengeluh, tetapi justru membuatnya bahagia. Sebab, ia telah memberikan prestasi terbaiknya, apa yang Allah karuniakan untuk kemaslahatan dan kebaikan sebanyak mungkin manusia.

Hingga seorang kepala keluarga sekali pun, pengorbanannya susah payah mencari nafkah pergi pagi pulang petang, membanting tulang, demi menghidupi anak-isterinya, sampai lelah dan penat. Semuanya Allah catat sebagai jihad di jalan Allah.

Seperti disebutkan di dalam sebuah hadits yang artinya: ”Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang di jalan Allah ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad)

Dalam hadits lainnya dikatakan, yang artinya: “Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan karena bekerja pada siang hari, maka pada malam itu ia diampuni Allah.” (HR Ahmad).

hidup-adalah-perjuanganPerjuangan Dakwah

Apalagi dalam amanah dakwah, menyeru dan mengajak manusia ke jalan Allah, jelas merupakan tugas mulia yang tentu akan lebih banyak lagi pengorbanan yang harus dikerahkan.

Sebab, ini terkait dengan tugas manusia sebagai Khalifah (perwakilan) Allah di permukaan bumi ini, yang bertugas menyebarluaskan peraturan dan ketentuan (syariat) Allah untuk manusia.

Tugas khalifah, merupakan tugas untuk memimpin dan mengatur dunia. Inilah yang dibebankan oleh Allah kepada manusia.

Dan tugas mulia lagi besar perjuangan dakwah ini menghadapi berbagai tantangan dari diri manusia itu sendiri berupa hawa nafsu buruk, dan dari luar berupa ejekan manusia lainnya, tantangan musuh-musuh, harta dan keluarga, serta rayuan dunia, dan yang lebih kuat lagi adalah godaan syaitan.

الٓمٓ (١) أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ (٢) وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ‌ۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَـٰذِبِينَ ٣))

Artinya: “Alif, Laam, Miim. Patutkah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: Kami beriman, sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu cobaan)? Dan demi sesungguhnya! Kami telah menguji orang-orang yang terdahulu daripada mereka, maka (dengan ujian yang demikian), nyata apa yang diketahui Allah tentang orang-orang yang sebenar-benarnya beriman dan nyata pula apa yang diketahui-Nya tentang orang-orang yang berdusta”. (QS Al-Ankabut [29]: 1-3).

Jadi, dalam dunia perjuangan dakwah, baik itu melalui lembaga pendidikan, dakwah dari satu tempat ke tempat lain, hingga jihad di medan tempur, semua ada ujiannya tersendiri. Dan itu akan dihadapi oleh orang-orang beriman.

Justru di sinilah Allah hendak mengetahui kadar keimanan kita, apakah sekedar pengakuan ingin berjuang tapi kemudian mengendur dan akhirnya menghilang dari peredaran dakwah? Lari pada kesibukan pribadi semata? Di sinilah perlunya keshabaran dan keteguhan jiwa dalam perjuangan.

Kesabaran dan Keteguhan Jiwa

Tiga ayat pertama pada Surat Al-Ankabut menyebutkan bahwa merupakan sunnatullah (ketentuan Allah) bahwa Allah hendak menguji hamba-hamba-Nya untuk mengetahui kadar keimanannya.

Sebab, ada saja orang yang merasa cukup ketika menyatakan diri sebagai Mukmin. Seolah pengakuan iman tidak mengandung konsekuensi baginya. Padahal, pengakuan iman itu masih harus dibuktikan dalam bentuk sikap dan tindakan ketika menghadapi ujian dan cobaan.

Dan sebagai Mukmin, kita dituntut untuk selalu memegang prinsip dan teguh jiwa menghadapinya.

Beberapa ayat mengingatkan kita:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱصۡبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran dalam mengerjakan perkara-perkara yang berkebajikan) dan kuatkanlah kesabaran kamu (lebih daripada kesabaran musuh, di medan perjuangan) dan bersedialah (dengan kekuatan pertahanan di daerah-daerah sempadan) serta bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu berjaya (mencapai kemenangan)”. (QS Ali Imran [3]: 200).

Semoga Allah senantiasa memberikan kesabaran dan keteguhan jiwa kepada kita menghadapi berbagai ujian dan cobaan di dalam menjalani syari’at-Nya dan terlebih lagi di dalam memperjuangkan kalimah-Nya yang mulia di permukaan bumi ini. Aamiin. (P4/R05)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0