Ketua Majelis Imam Nasional Australia Sheikh Shady Soleiman Jadi Pembicara di TV MUI

Jakarta, MINA – Komisi Hubungan Luar Negeri dengan TV MUI mengundang Ketua Majelis Imam Nasional atau Australian National Imam Council (ANIC), dalam wawancara pada 16 Maret 2022.

Wawancara dilakukan oleh Ketua Komisi HLN Dubes Bunyan Saptomo.

Sheikh Shady adalah generasi kedua imigran Palestina di Australia yang lahir dan dibesarkan di Australia dan sempat melanjutkan Pendidikan agama Islam di Pakistan dan Suriah.

Menjawab pertanyaan Dubes Bunyan mengenai ANIC, Sheikh Shady antara lain menjelaskan, bahwa ANIC adalah organisasi payung umat Islam di Australia, seperti MUI di Indonesia.

Menurut Sheikh Shady sebenarnya ANIC adalah organisasi ulama, namun karena istilah “ulama” kurang popular di masyarakat Australia dan dunia Barat pada umumnya dibanding “imam”, maka diputuskan memakai nama “organisasi Imam”.

ANIC membawahi lebih dari 200 masjid dan Islamic Center di Australia. Majelis ini juga membawahi sejumlah sekolah Islam dan Lembaga sertifikasi halal yang ada di Australia. ANIC sebenarnya sudah mempunyai MOU Kerjasama dengan MUI, namun pelaksanaan MOU tersebut belum ada.

Berbicara mengenai sejarah masuknya Islam, Sheikh Shady menjelaskan, sebenarnya Islam sudah masuk ke Australia sejak 500 tahun lalu, yaitu dibawa oleh para pelaut Bugis yang secara berkala mendarat di pantai utara Australia.

“Jejak Islam yang dibawa oleh para pelaut Bugis tersebut masih ditemui dalam cerita lisan suku Aborigin di Australia Utara,” kata Shady.

Setelah penjajah Inggris masuk Australia, Inggris membawa sejumlah orang Afghan dan unta untuk membantu penjajah Ingris dalam transportasi darat mengarungi gurun pasir di Australia Tengah. Namun keislaman keturunan orang Afghan tersebut hilang, karena sudah membaur dengan mayoritas yang beragama Kristen.

“Setelah perang dunia kedua sebagian besar imigran muslim berhasil mempertahankan identitas keislamannya, setelah mereka mendirikan masjid dan memberi pendidikan Islam kepada generasi muda. Saat ini masyarakat Islam di Australia bukan saja terdiri dari imigran muslim, tapi juga penduduk Australia yang convert ke Islam,” kata Shady.

“Namun diakui bahwa tantangan besar komunitas muslim di Australia, negeri yang mayoritas non-muslim, adalah bagaimana menjaga keluarga mereka tidak kehilangan keimanan dan keislamannya,” lanjut Shady.

Berbicara mengenai arti penting Ramadhan di Australia, beliau antara lain menjelaskan bahwa Ramadhan bagi muslim Australia bagaikan waktu yang sangat penting. Bulan Ramadhan bagaikan mengisi Kembali baterai keimanan umat Islam. Masjid yang selama 11 bulan agak sepi menjadi ramai dan penuh, silaturahim antar umat yang mulai kendor terjalin kembali.

Sebagai penutup, Sheikh Shady mengharapkan dapat menindaklanjuti MOU yang telah ditandatangani dengan MUI. Beliau juga tidak lupa mengucapkan selamat berpuasa kepada para pemirsa TV MUI di manapun berada. (R/R4/P1)

 

 

Mi’raj News Agency (MINA)