Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

KETUA MPR : MUSUH BANGSA ADALAH KORUPSI, NARKOBA DAN PERMUSUHAN

Admin - Jumat, 3 Januari 2014 - 17:22 WIB

Jumat, 3 Januari 2014 - 17:22 WIB

649 Views ㅤ

Ketua MPR RI, Sidharto Danusubroto (doc. MINA)

Jakarta, 3 Rabi’ul Awwal 1435/4 Januari 2014 MINA) – Ketua MPR RI Sidharto Danusubroto mengatakan, saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi musuh dari dalam negerinya sendiri, yakni korupsi, narkoba dan permusuhan antar sesama masyarakat.

“Musuh yang harus diperangi oleh bangsa ini adalah korupsi yang mewabah, narkoba yang menghancurkan generasi muda, dan pertikaian yang sering terjadi antar masyarakat kita,” kata Danusubroto dalam acara pengajian bulanan PP Muhammadiyah, dengan tema Visi Indonesia Masa Depan, Jakarta, Jum’at (3/1).

Pensiunan perwira tinggi Polri  yang pernah menjadi ajudan Presiden Soekarno itu juga menyatakan, melakukan suap dan korupsi artinya memakan atau mengambil harta orang lain dengan cara ilegal atau dalam bahasa Agama disebut batil.

Suap (sogok) dan Korupsi merupakan penyakit masyarakat (pekat) yang telah terjadi sejak dunia berkembang. Perilaku tersebut telah merusak tatanan sosial. Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu alaihi wasallam sangat tegas melarang keduanya.

Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025

Narkoba memang sudah menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat. Berbagai kampanye anti narkoba dan penanggulangan terhadap orang-orang yang ingin sembuh dari ketergantungan narkoba semakin banyak didengung-dengungkan. Sebab, penyalahgunaan narkoba bisa membahayakan bagi keluarga, masyarakat, dan masa depan generasi bangsa.

Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba yang senang mencari mangsa didaerah sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempat-tempat perkumpulan genk.

Sidharto juga mengatakan, saat ini sebagian masyarakat di Indonesia menjadikan perbedaan sebagai pemicu konflik. Hal itu bisa terjadi karena kurangnya ilmu pengetahuan tentang agama, juga tidak pahamnya masyarakat terhadap arti Bhinneka Tunggal Ika, dan pancasila sebagai ideologi bangsa. “Sering kita dengar bentrok antar suku, itu pertanda lunturnya nilai Pancasila di tengah masyarakat.

“Pudarnya semangat persatuan dan kesatuan menyebabkan rentan terjadinya konflik di tengah masyarakat. Seharusnya, dengan adanya kekayaan budaya dan suku yang ada di Indonesia, bisa menjadikan rakyat Indonesia saling menghargai antar sesama,” jelasnya.

Baca Juga: Naik 6,5 Persen, UMP Jakarta 2025 Sebesar Rp5,3 Juta

(L/P04/P012/IR)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Bulog: Stok Beras Nasional Aman pada Natal dan Tahun Baru

Rekomendasi untuk Anda