Jakarta, MINA – Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan bahwa menjelang tahun politik 2024, harusnya sudah selesai dalam soal pengelompokan, sehingga tidak lagi ada pembelahan politik.
“Konflik yang diterbelakangi oleh ideologi sudah diselesaikan oleh pendahulu bangsa melalui Pancasila yang disepakati sebagai Philosophische Grondslag atau pandangan hidup bangsa Indonesia,” kata Haedar saat Launching dan Bedah Buku “Gaya Kepemimpinan Strategis dan Green Human Resource Management Dalam Membangun Teamwork” Karya KASAD Jenderal Dudung Abdurachman di Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Jakarta, Selasa (23/5).
“Pancasila sebagai titik temu semua golongan, agama, ras, suku bangsa dan aliran politik,” tambahnya.
Ia berpandangan konflik berlatar belakang ideologi harusnya sudah selesai, sebab pendahulu bangsa ini telah menyelesaikannya melalui Pancasila.
Baca Juga: Pasangan Ridwan Kamil-Suswono dan Dharma-Kun tak jadi Gugat ke MK
Haedar menjelaskan, terjemahkan visi Pancasila menjadi aktual dalam berbagai pelayanan bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi dan politik. Peran-peran tersebut telah dilakukan oleh Muhammadiyah dalam aksi konkrit–nyata.
Dalam tubuh Muhammadiyah, imbuh Haedar, menyatu ‘darah’ keislaman dan keindonesiaan. Yaitu Islam yang menyatu dengan keIndonesiaan, Islam yang membangun Indonesia, Islam yang memiliki Indonesia untuk kemajuan hidup bangsa dan rakyat.
Kesejarahan Muhammadiyah dengan Indonesia dapat dilihat dalam berbagai kejadian, seperti Perang Gerilya yang dipimpin oleh Jenderal Besar Sudirman, Muhammadiyah juga mendirikan Askar Perang Sabil yang langsung di bawah Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
“Ki Bagus Hadikusumo saat itu menjadi ketua umum dan menjadi penentu kata kunci kompromi Piagam Jakarta dan Pidato 1 Juni lalu lahirlah rumusan Pancasila, di mana Ketuhanan Yang Maha, yang asalnya di sila ke-6 menjadi yang pertama ditambah Yang Maha Esa,” imbuhnya.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Kamis Ini, Sebagian Berawan Tebal
Lanjutnya, berbagai fakta sejarah tersebut menjadikan jiwa kebangsaan, patriotisme, keindonesiaan hidup di Muhammadiyah.
“Namun karakter sedikit bicara banyak bekerja, menjadikan peran penting yang dilakukan Muhammadiyah tersebut tidak atau sulit terlacak,” ujarnya. (R/R4/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Workshop Kemandirian untuk Penyandang Disabilitas Dorong Ciptakan Peluang Usaha Mandiri