Ketum RKIH: Presiden Perlu Membentuk “Desk Krisis Ukraina”

Ketua Umum RKIH Kris Budihardjo bersama Presiden Jokowi pada satu kesempatan di Jakarta beberapa waktu lalu.(Dok. pribadi)

Jakarta, MINA – Ketua Umum Ormas Rumah Kreasi Indonesia Hebat () Kris Budihardjo menyarankan Presiden Jokowi agar membentuk “Desk Krisis ” untuk melakukan pemantauan guna mencegah melebarnya konflik -Ukraina serta mendorong terwujudnya perdamaian kedua negara.

Dalam keterangan tertulis, Kamis (3/3), Ketua Umum RKIH menyatakan, Indonesia selama ini bersahabat baik, baik dengan Rusia maupun Ukraina, apalagi Indonesia saat ini menjabat sebagai Ketua G20.

Maka, menurut dia, pembentukan “Desk Krisis Ukraina” sangat tepat untuk mendorong perdamaian Rusia-Ukraina.

Kris Budihardjo lebih lanjut menjelaskan, “Desk Krisis Ukraina” merupakan unit kerja kepresidenan yang keanggotaannya diusulkan terdiri dari para mantan Dubes RI untuk Rusia dan mantan Dubes RI untuk Ukraina serta para tokoh nasional yang mempunyai hubungan baik dengan berbagai tokoh dunia.

Ketua Umum RKIH berpendapat, Indonesia sebagai Ketua G20 juga harus berperan aktip mewujudkan perdamaian Rusia-Ukraina serta meminta negara-negara pendukung kedua pihak agar dapat menahan diri .

G20 atau “Group of Twenty” itu sendiri merupakan forum kerja sama multilateral yang terdiri atas 19 negara utama dan Uni Eropa, yakni Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, China, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Rusia, Perancis, Turki, dan Uni Eropa.

Indonesia didapuk sebagai tuan rumah atau Presidensi G20 tahun 2022 melalui serah terima dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Roma Italia pada Oktober 2021.

Indonesia menerima tongkat kepemimpinan G20 dari Italia, sekaligus menjadi negara Asia ke-5 yang menjadi tuan rumah KTT G20 setelah Jepang, China, Korea Selatan, dan Arab Saudi.

Indonesia menyambut baik tanggung jawab Presidensi G20 tersebut di tengah pemulihan ekonomi akibat pandemi COVID-19. Dengan mengangkat tema tema “Recover Together, Recover Stronger” (Pulih Bersama, Pulih Lebih Kuat), Indonesia ingin mengajak seluruh dunia bahu-membahu, saling mendukung untuk pulih bersama, serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan.

Menurut Ketua Umum RKIH, Indonesia bukan hanya perlu memanfaatkan momentum sebagai Ketua G20 untuk mendorong perekonomian global yang sempat terpuruk akibat pandemi COVID-19, tetapi juga perlu menjadi katalisator perdamaian dunia, khususnya perdamaian Rusia dan Ukraina yang kini terlibat konflik bersenjata yang mengkhawatirkan dunia.

Kris Budihardjo sendiri selaku Ketua Umum RKIH pernah melakukan kunjungan ke Ukraina, persisnya dari 14 hingga 17 Oktober 2019 untuk mempromosikan produk kreatif Indonesia di salah satu negara di Eropa Timur itu.

Pada kunjungan ke Ukraina itu ia juga mengajak para pelaku bisnis Indonesia dari berbagai bidang usaha, seperti eksportir kopi, pengusaha bidang pengadaan alutsista/alphankam (alat utama sistem senjata/alat perlengkapan pertahanan keamanan), dan pengusaha dari asosiasi pengrajin tenun ikat. Ukraina sendiri adalah pengimpor besar minyak sawit dari Indonesia.

Ketika itu Dubes RI untuk Ukraina Prof. Dr. Yuddy Chrisnandi menyampaikan terima kasih kepada Ketua Umum RKIH yang membawa surat dari Presiden RI Joko Widodo terkait penunjukan Mr. Aleksander Feldman (Jr.) sebagai Konsul Kehormatan RI di kota Kharkiv, sekaligus membawa misi memperkenalkan produksi kreatif Indonesia di Ukraina.

Pada kesempatan yang sama Mr. Aleksander Feldman (Jr.) menyatakan kesiapannya menjalankan kepentingan RI di wilayah Kharkiv serta siap membantu peningkatan hubungan bilateral Indonesia-Ukraina di bidang ekonomi, perdagangan, pariwisata, pendidikan, dan hubungan persahabatan antara rakyat kedua negara.

Selain itu Alexander Feldman menawarkan kerja sama kepada pebisnis Indonesia untuk memasarkan produknya dengan memanfaatkan “Barabashovo Market’ yang merupakan salah satu pasar perdagangan terbesar di dunia, berlokasi di Kharkiv dengan luas 75 hektar.

Semenara itu informasi dari Kementerian Luar Negeri RI menyebutkan, Rusia merupakan mitra dagang dan salah satu sumber investasi terbesar Indonesia, dengan neraca perdagangan rata-rata dalam lima tahun terakhir sebesar USD 2,3 miliar.

Di tengah pandemi COVID-19, neraca perdagangan tahun 2020 mampu mencatat surplus di pihak Indonesia sebesar USD 16 juta, dengan total volume perdagangan sebesar USD 1,93 miliar.

Di sisi lain, nilai investasi langsung Rusia di Indonesia pada tahun 2020 tercatat sebesar USD 4,6 juta dengan 202 proyek, sebagian besar di sektor industri kimia dan farmasi.

Di sisi lain, saat ini tercatat sekitar 700 mahasiswa Indonesia sedang melanjutkan studi di berbagai perguruan tinggi di Rusia.(R/RS1/R1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)