Keutamaan Shalat Isya dan Shubuh Berjamaah

Oleh : , Wartawan Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

 مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ

Artinya: “Barangsiapa melaksanakan ’ secara berjamaah, maka dia seperti telah melaksanakan shalat separuh malam. Dan barangsiapa melaksanakan secara berjamaah, maka dia seperti telah shalat sepanjang malam.” (HR Muslim dari Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu).

Hadits ini menunjukkan betapa keutamaan melaksanakan shalat Isya dan shalat Subuh berjamaah. Tentu bagi laki-laki shalat berjamaahnya di masjid, kecuali udzur syar’i seperti sakit, dalam perjalanan atau hujan.

Pakar hadits, Prof. Dr. Khaled bin Utsman As-Sabt, lulusan Universitas Imam Muhammad bin Sa’ud, yang juga salah satu murid Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan, keutamaan itu  antara lain karena pada kedua waktu shalat tersebut terdapat kesulitan yang cukup besar. Di antaranya adalah karena kedua waktu itu adalah saat kebanyakan manusia untuk beristirahat di rumah, terutama tidur. Karena semakin besar kesulitannya itulah, maka semakin besar pula pahala ibadahnya. (Syarah Hadits Man sholla al-isya fii jamaa’atan. Khaledalsabt.com).

Kalau alasan karena pada waktu malam adalah saat kegelapan menyelimuti bumi, sekarang tentu tidak berlaku lagi. Sebab lampu-lampu penerangan ada di mana-mana. Keamanan dari rumah untuk menuju ke masjid juga sangat terjamin, nyaman, bahkan hanya beberapa langkah sahaja.

Terlebih memang waktu shalat Subuh, ketika orang sedang nyenyak-nyenyaknya tidur, terbuai di dalam mimpi, ditambah dia baru begadang malam dan baru tidur menjelang dini hari.

Bangunpun atau dibangunkan pun menjadi terasa berat, bukan hanya karena memang kurang tidur. Tetapi juga syaitan telah mengikatnya dengan tiga ikatan: di tengkuknya saat tidur, ketika sudah bangun mau wudhu, dan ketika mau shalat.

Hal ini sebagaimana disebutkan di dalam hadits :

عَقِدَ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ ، يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ ، فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ ، وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ

Artinya: “Syaitan membuat tiga ikatan di tengkuk (leher bagian belakang) salah seorang dari kalian ketika tidur. Di setiap ikatan syaitan akan mengatakan, “Malam masih panjang, tidurlah!” Jika ia bangun lalu berdzikir pada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika dia berwudhu, lepas lagi satu ikatan. Kemudian jika dia mengerjakan shalat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari dia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, dia tidak bersemangat dan menjadi malas.” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Inilah ruginya jika seseorang terus tidur di malam hari hingga lalai dari shalat Shubuh. Sungguh bahaya karena orang ini disebut dikencingi oleh syaitan.

Hal ini seperti disebutkan di dalam hadits yang disampaikan oleh Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa ia berkata, “Di hadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam disebutkan tentang seorang laki-laki yang tidur semalaman sampai datang pagi. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun bersabda:

 ذَاكَ رَجُلٌ بَالَ الشَّيْطَانُ فِى أُذُنَيْهِ

Artinya: “Laki-laki itu telah dikencingi oleh syaitan pada kedua telinganya.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu).

Para ulama memberikan penjelasan tentang maksud “telinganya telah dikencingi oleh syaitan“ antara lain adalah perumpamaan orang yang tidak menyadari tidurnya hingga berat bangun untuk shalat Subuh, seolah-olah air kencing jatuh ke telinganya, hingga telinganya menjadi berat dan merusak indranya (dari mendengar suara adzan).

Pendapat lain mengatakan, memang benar-benar syaitan telah mengencingi orang itu sebagaiana syaitan makan, minum dan kawin, bareng orang-orang yang tidak membaca Basmallah, dalam kegiatan tersebut.

Sehingga dengan demikian memang orang itu benar-benar telah dihina oleh syaitan. Syaitan bukan hanya telah mengikatnya, tetapi bahkan mengencinginya.

Untuk itulah, marilah kita benar-benar memperhatikan dan menjaga kedua waktu shalat tersebut dengan baik, yaitu waktu shalat Isya dan shalat Shubuh berjama’ah di masjid.

Semoga Allah memudahkan dan menguatkan langkah kaki dan jiwa kita untuk shalat berjama’ah, wabil khusus pada dua waktu yaitu shalat Isya dan shalat Subuh berjama’ah di masjid karena Allah semata. Aamiin. (A/RS2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)  

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.