Khan Al-Amdan, Situs Arkeologi yang Terancam Yahudisasi

Lebih dari 200 tahun lalu, Ahmed Pasha Al-Jazzar, Gubernur Sidon Ottoman yang berpusat di Acre dari tahun 1776 hingga kematiannya pada tahun 1804, membangun di Acre, Palestina, sebagai salah satu bangunan arsitektur komersial paling penting, yang menjadi pusat perdagangan internasional pada saat itu.

Di dalam Khan Al-Amdan juga terdapat Menara Jam yang dibangun oleh Sultan Ottoman Abdul Hamid II pada tahun 1906.

Tahun-tahun berlalu. Israel menduduki daerah itu usai Perang 1967. Otoritas Israel mulai melakukan Yahudisasi bangunan itu, mengubahnya menjadi hotel.  Perusahaan Nakash Brothers Israel berhasil dalam mendapatkan tender menyewa Khan Al-Amdan.  Orang-orang Acre berusaha  menghadapi kasus ini di pengadilan.

Perusahaan Nakash Brothers Israel sedang mengusahakan Yahudisasi tempat itu dan mengubahnya menjadi hotel untuk turis dengan 50 kamar, yang merupakan ancaman nyata terhadap landmark Arab dan Islam itu.

Sejarawan Palestina, Ghassan Washah, mengatakan kepada Pusat Informasi Palestina, Khan Al-Amdan dan wilayah arkeologisnya merupakan “tantangan besar bagi pendudukan yang berusaha menghancurkan landmark Arab dan Islam”.

Dia menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Khan adalah sekitar 5.000 orang Palestina.

“Pihak berwenang keamanan, militer dan sipil Israel berusaha untuk mengubah tengara arkeologis Palestina,” katanya, menunjuk pada upaya sebelumnya, yakni mengendalikan Khan dan pelabuhan lautnya dengan mengubah namanya menjadi pelabuhan Zeev, bukan Issa Al-Awam , seorang Arab Muslim yang berperang melawan Tentara Salib.

Dia mencatat, upaya Israel gagal selama beberapa tahun terakhir. Ia juga menyerukan penentangan terhadap tindakan Israel untuk mengubah demografi Arab di kota pesisir Acre dan perpindahan penduduknya.

Kurangnya Peran Pengusaha Arab

Sejarawan itu melihat kurangnya peran pengusaha Arab dalam memasuki tender-tender ini, untuk melindungi monumen-monumen dan mencegah usaha perusahaan-perusahaan Israel melakukan Yahudisasi monumen-monumen Arab. Ia juga menganggap Otoritas Palestina gagal mempertahankan monumen-monumen ini.

Dia menyerukan adanya liputan media untuk menghadapi Yahudisasi Khan Al-Amdan, kejahatan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) dan mengaktifkan kasus tersebut secara hukum di forum internasional, serta memasukkannya dalam daftar situs arkeologi yang dilindungi dunia.

Memperkuat Cengkeraman Israel

Mohammed Salem, yang bekerja di otoritas keagamaan Muslim Acre mengatakan, Otoritas Israel telah menerapkan rencana untuk memperkuat cengkeramannya di Palestina melalui perpindahan penduduk asli rakyat Palestina.

Dia menambahkan, Plot menjual Khan Al-Amdan adalah konspirasi melawan Arab dan identitas Islam Acre, juga bagian dari rencana menghapus populasi Arab dari kota, sebagai persiapan Yahudisasi.

Menurutnya, upaya kerjasama dengan tokoh-tokoh politik dan masyarakat di Acre serta memobilisasi semua badan lokal dan internasional harus dilakukan, untuk menyelamatkan Khan Al-Amdan sebagai upaya melindungi tengara bersejarah ini dan membebaskannya dari perusahaan pemerintah dan kota dengan agenda politik dan komersial.

Abbas Zakkour, seorang penasihat walikota Acre, telah memperingatkan tentang eskalasi proses Yahudisasi dan implementasi kebijakan Israel di kota Acre dan kompleks sejarah Khan Al-Amdan.

Zakkour mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Pusat Informasi Palestina, pekerjaan Nakash Brother Company akan mengarah pada implementasi kebijakan Israel, seperti mencegah atau membatasi panggilan Muslim untuk berdoa, serta menjual rumah-rumah Arab di kota tua Acre.

Warga Palestina hari ini sedang berperang melawan pemerintah Israel, berjudul Old Acre, di bawah slogan #Acreisnotforsale, untuk menghadapi rencana Israel melenyapkan dan meyahudisasi bangunan bersejarah Khan Al-Amdan. (AT/Ast/P1

sumber : Palinfo

Mi’raj News Agency (MINA)