KHUTBAH ‘IDUL ADHA 1434 H: RELEVANSI HAJI DAN KURBAN DENGAN KESATUAN UMAT DALAM RANGKA PEMBEBASAN MASJID AL-AQSHA

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Imamul Muslimin, KH Drs Yakhsyallah Mansur
Imamul Muslimin, KH Drs Yakhsyallah Mansur

KHUTBAH ‘ 1434 H./2013 M.

RELEVANSI HAJI DAN KURBAN DENGAN KESATUAN UMAT DALAM RANGKA PEMBEBASAN MASJID AL-AQSHA

Oleh: KH. Drs. Yakhsyallah Mansur, MA.*

 

اَلْحَمْدُ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ  وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّأَتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهِ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهِ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اَللّهُمَ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَمَنْ وَلاَهُ وَ مَنِ اتَّبَعَهُ. أَمَّا بَعْدُ

Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahilhamd.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Hari ini manusia muslim di seluruh penjuru bumi mengumandangkan takbir dan tahmid mengagungkan asma Allah, Rabb yang sangat mengasihi dan menyayangi mereka. Rabb yang dengan sifat keagungan-Nya selalu menjaga mereka dari marabahaya. Rabb yang dengan sifat keperkasaan-Nya melindungi mereka dari musuh-musuh yang hendak membinasakan mereka. Rabb yang dengan sifat kedermawanan-Nya akan mengabulkan setiap doa yang dipanjatkan kepada-Nya. Rabb yang mempertautkan hati manusia yang konsisten terhadap syariat-Nya. Oleh karena itu, hanya Dia yang patut disembah dan diagungkan dan berbahagialah manusia yang mengakui Dia sebagai Rabbnya.

Hari ini sebagian manusia muslim sedang melaksanakan ibadah haji mengunjungi Baitullah sebagai salah satu wujud kecintaan mereka kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sedang sebagian yang lain sebentar lagi akan melaksanakan ibadah kurban sebagai salah satu wujud kepedulian kepada sesamanya.

Kedua ibadah itu berasal dari Bapak Monotheisme, Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam, sosok pribadi yang memiliki perjalanan hidup yang penuh teladan bagi manusia yang ingin menghambakan diri secara penuh kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ إِذْ قَالُوْا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوْا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيْهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ/ المُمْتَحَنَة [٦٠]: ٤.

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata): “Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali,” (QS. Al-Mumtahanah [60]: 4)

Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam adalah manusia yang menemukan Tuhan dalam arti yang sebenarnya, yaitu Tuhan yang satu, yang bersifat universal bukan sekedar Tuhan suku atau golongan manusia tertentu tetapi Tuhan seru sekalian alam bahkan Tuhan sebelum dan sesudah manusia tercipta di alam raya ini. Inilah yang kemudian dikenal dengan prinsip keyakinan tauhid yaitu keyakinan akan keesaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena Tuhan mereka satu, maka sebetulnya mereka adalah umat yang satu yang tidak dapat dipecah-belah oleh situasi dan kondisi apapun.

Praktek-praktek ibadah haji dan kurban pada hakekatnya merupakan penegasan prinsip tauhid yang dianut dan diajarkan oleh Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam tersebut. Oleh karena itu, ibadah haji dan kurban akan hilang esensinya apabila tidak dikaitkan dengan prinsip Tauhid yang melahirkan kesatuan umat.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Marilah kita renungkan keterkaitan ibadah haji dan kurban ini, kesatuan umat yang sekarang sedang dalam kondisi memprihatinkan.

 

Haji dan Kesatuan Umat

Islam adalah agama yang sangat menekankan kesatuan. Al-Qur’an dengan jelas menyatakan bahwa kaum muslimin adalah satu umat bukan bermacam-macam umat (al-umam). Ketika menyebut umat Islam, Allah selalu menggunakan kalimat tunggal (mufrad) bukan kalimat yang bermakna banyak (jamak). Hal ini tampak dari beberapa ayat di bawah ini:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُوْنُوْا شُهَدَآءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا/ الْبَقَرَة [۲]: ١٤۳.

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu….” (QS. Al-Baqarah [2]: 143)

 كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللَّهِ/ الِ عِمْرَان [۳]:  ١١۰.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. …” (QS. Ali ‘Imran [3]: 110)

إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْنِ/ الْأَنْبِيَآء [۲۱]:  ۹٢.

“Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiyaa’ [21]: 92)

وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُوْنِ/ الْمُؤْمِنُوْن [۲۳]:  ٥٢.

“Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.” (QS. Al-Mu’minun [23]: 52)

 Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan tegas memerintahkan agar umat Islam memelihara kesatuan dan melarang berpecah-belah:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيْعًا وَلَا تَفَرَّقُوْا وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ/ ال عمران [۳]:  ١۰۳.

“Dan berpeganglah teguhlah kamu kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 103)

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0