Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Idul Fitri: Menggapai Kemenangan Pasca Ramadhan

Widi Kusnadi - Selasa, 11 Mei 2021 - 08:02 WIB

Selasa, 11 Mei 2021 - 08:02 WIB

6 Views

Oleh: Nurokhim, S.Ag., M.S.I

اللهُ أكْبَرُ  اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ  اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ  اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَللهِ  الْحَمْدُ كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا  لا إله إلا الله وحده صدق وعده ونصر عبده, وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله لا نبي بعده. اللّهم صل وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن تبعه ومن واله الى يوم القيامة

فَيَاعِبَادَ اللهِ أُوْصِيْنى ولكُمْ بِتَقْوَى اللهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ قال الله تعالى في القرآن الكريم: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا  ٧٠ يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا  ٧١

اما بعد

Kaum Muslimin, Mukminin Rahimakumullah

Hari fitri ini merupakan hari kembalinya Mukminin kepada fitrahnya yang suci fi dinillah. Hari ini merupakan kemenangan dan kebahagiaan umat Islam setelah satu bulan melaksanakan syiyamu Ramadhan. Kita telah melalui proses penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) dan sekarang dilanjutkan dengan shalat Idul Fitri didahului dengan kumandang gema takbir, tahmid dan tahlil sebagai bentuk pengakuan akan kebesaran, kemahasucian dan keesaan Allah yang tiada sesembahan/ilah yang berhak disembah selain Dia.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Alhamdulillah, kita telah berhasil mengikuti rangkaian ibadah di bulan Ramadlan, mudah-mudahan dapat jadi asbab mendapatkan ampunan, keridloan dan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan Ramadhan Allah, memuliakan diantara hamba-hamba-Nya yang bertaqwa kepada-Nya. Berbahagialah orang-orang yang diterima amal Ramadhannya dan merugilah mereka yang masih bergelimang dengan noda dan dosa. Rasulullah   bersabda;

جَاءَنِيَ جِبْرِيْلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَانْسَلَخَ مِنْهُ وَلَمْ يُغْفَرُ لَهُ. فَقُلْتُ: آمِيْن. (البخاري.)

Artinya: “Malaikat Jibril datang kepadaku dan berkata: Celakalah seorang hamba yang menjumpai Ramadlan kemudian keluar darinya sebelum ia diampuni, maka aku berkata Aamiin.”  (HR. Al Bukhari)

Imam Abul Fida’ al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan pesan syiyamu Ramadhan sebagaimana dijelaskan dalam surat Al Baqarah: 183 antara lain sebagai berikut

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

لأن الصوم فيه تزكية للبدن وتضييق لمسالك الشيطان

Artinya: “Sesungguhnya puasa Ramadhan di dalamnya ada hikmah menyucikan tubuh dan mempersempit jalan-jalan gangguan setan.”

Manfaat puasa Ramadhan adalah menyucikan badan dan mempersempit jalan-jalan (gangguan) setan. Selama satu bulan kita dibersihkan jasad kita untuk mengendalikan makanan dan minuman yang halal dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Jika fisik kita dapat mengendalikan yang halal, diharapkan selanjutnya dapat hipup sederhana (zuhud) dan mampu menahan diri dari mengkonsumsi segala yang haram. Hikmahnya adalah badan kita jadi sehat, tidak rentan dengan berbagai penyakit, terlebih di musim pandemic ini. Semoga pandemi segera berlalu dengan izin Allah  Subhanahu wa Ta’ala.

Tapi ingatlah, bahwasanya setan tidak akan tinggal diam. Ia akan selalu mengganggu ibadah manusia. Kalau bulan Ramadhan kita mampu mempersempit jalan-jalan gangguan setan dan terasa ringan untuk beribadah, maka mulai hari ini, dan sebelas bulan berikutnya, mampukah kita mempertahankan kualitas ibadah kita?

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ.

Artinya: “Banyak yang berpuasa, tidak ada baginya pahala dari puasanya selain lapar, dan banyak yang qiyamur Ramadlan (tarawih), tidak ada baginya pahala dari tarawihnya, kecuali kelelahan.”(HR. Ibnu Majah)

Buah puasa Ramadhan adalah takwa, hendaklah setiap mukmin mencintai sesuatu yang dicintai Allah. Bukti cinta atau mahabbah adalah menunaikan segala kewajibannya dengan kerelaan, bahkan mampu menambah amalan-amalan yang nadb/sunah. Hendaknya pula membenci sesuatu yang dibenci oleh Allah dengan meninggalkan hal-hal yang diharamkan hingga hal-hal yang makruh pun ditinggalkannya. Tidak diperbolehkan kita membela atau berlindung kepada orang-orang yang memusuhi Allah, Rasul, dan mukminin.

Ingatlah, bahwa perbuatan maksiat itu tumbuh dan berkembang karena mendahulukan nafsunya dengan melepas kecintaan kepada Allah  Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu alaihi wa walam. Jika kita berbuat maksiat, maka kita disebut sebagai ahlul ahwa’  (pengikut nafsu) dan itu pertanda imannya belum sempurna, berkurang atau lemah. Tanda kesempurnaan iman adalah saat kita mencintai karena Allah, marah karena Allah, memberi karena Allah, dan menolak karena Allah semata.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Pertanyaan untuk diri kita adalah, benarkah kita mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan tunduk menunaikan perintah-perintah-Nya? Benarkah kita membenci kemaksiatan dan meninggalkannya sebagai wujud cita kepada Allah dan Rasul-Nya?

Hendaklah kita menjadi Mukmin yang mendalam ilmunya (ar-rasikhun fi al-ilmi) yang mampu menangkap tanda-tanda kebesaran dan kekuasan Allah, kemudian tunduk patuh kepada-Nya, mengimani segala sesuatu yang bersumber dari-Nya tanpa keraguan sedikitpun. Hendaknya kita memiliki intelektualitas, sensifitas dan spiritualitas dalam menerima berbagai ilmu, mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa, memetik hikmah dari berbagai kejadian, menemukan hakikat dari berbagai fenomena dan fakta dalam kehidupan.

Semakin tinggi ilmu, justru membuat kita semakin tawadhu’ atau rendah hati di hadapan Allah dan ciptaan-Nya.  Hati kita benar-benar merasa kagum bercampur rasa takut kepada-Nya dengan ketakutan yang bukan membuat mereka lari atau menjauh, tetapi semakin mendekat atau taqarub; merasa membutuhkan perlindungan dan kerinduan untuk berkesempatan berjumpa secara langsung dengan-Nya kelak di akhirat. Seharusnya kita memiliki karakter bashirah sebagaimana dimiliki para sahabat, yakni mengintegrasikan ilmu yang diperoleh dengan nilai-nilai keimanan.

 

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Muslimin muslimat rahimakumullah

Kemenangan itu, saat kita menaati Allah dan Rasul-Nya. Bukankah Allah telah menjelaskan yang demikian dalam sebagian ayat-Nya?

 …وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا

Artinya: “… dan barang siapa yang sedang menaati Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah menang dengan kemenangan yang sangat besar.” (QS. Al Ahzab: 71)

Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin

Ukuran kemenangan adalah saat seseorang secara terus-menerus (istimrar) tunduk patuh melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya di dunia dan kelak di akhirat akan terhindar dari siksa neraka dan memperoleh kemikmatan abadi di surga. Mati terbunuh adalah sebuah kemenangan bagi para syuhada, dibakar musuh adalah sebuah kemenangan bagi Nabi Ibrahim Alaihi salam, lari dikejar musuh adalah kemenangan bagi Nabi Musa Alaihi salam, terusir dari tanah airnya adalah sebuah kemenangan saat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa walam dengan hijrah ke Madinah, sembunyi dan tertidurpun bisa jadi kemenangan bagi ashabul kahfi, dan masih banyak ilustrasi sebuah kemenangan di jalan Allah karena mereka sedang menunaikan perintah-Nya.

Janganlah tertipu dengan jumlahnya yang lebih  banyak, kekayaan yang melimpah, kekuasaan yang otoriter, pasukan atau kekuatan yang nampak lebih dahsyat dan modern. Namun itu semua menjauhkan diri dari ingat kepada Allah yang Maha segalanya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa walam  menyebutnya sebagai istidraj.

اذارايت الله يعطى العبد من الدنياعلى معاصيه مايحب فانما هواستدراج (رواه احمد وابن جرير وابن ابى حاتم)

Artinya: “Jika kamu melihat Allah memberi seorang hamba kenikmatan urusan dunia sedangkan ia seorang ahli berbagai maksiat yang ia sukai maka sesungguhnya itu adalah istidraj/tipuan.” (HR. Ahmad, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim)

Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa

 

Muslimin muslimat rahimakumullah

Pasca puasa Ramadhan kita tetap mempertahankan rasa empati atas kaum dhu’afa yang membutuhkan uluran tangan kita yang tidak dibatasi teritorial. Tidak hanya yang dekat di mata tapi juga yang dekat dalam doa, seperti nasib Muslimin yang banyak teraniaya di Rohingya, Uighur, Kashmir, India, Pattani, dan lainnya. Terlebih adalah negeri Palestina yang di sana ada situs umat Islam dunia, yakni Masjid Al Aqsa.

Zionis Israel terus menunjukkan kebiadabannya sebagai negara imperialis yang selalu meneror, menganiaya, menyiksa, mengusir, dan membantai warga Palestina yang tidak berdosa, bahkan kemarin saat Muslimin sedang i’tikaf beribadah di masjid Al Aqsa mendapat perlakuan keji dari Zionis Israel. Sepertinya PBB dan negara-negara besar dunia tidak mampu menghukum tindakan Israel yang melanggar HAM.  Namun kita perlu bersyukur bahwa dukungan bangsa Indonesia secara moril maupun materiil terus meningkat. Setelah pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang diinisiasi oleh MER-C dan Al Fatah, MUI menginisiasi pembangunan rumah sakit di Hebron yang melibatkan berbagai pihak.

Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati

Perdamaian dunia akan terwujud jika penjajahan di atas dunia dihapuskan, tentunya dengan kemerdekaan bangsa Palsetina dan hak-hak umat Islam untuk beribadah di Masjid Aqsa dapat terpenuhi. Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusian dan peri keadilan. Yakinilah bahwasanya sekuat-kuatnya kebatilan, pasti akan terkalahkan oleh kebenaran/haq. Adapun orang-orang yang tertindas akan mendapatkan karunia dan kepemimpinan.

وَقُلۡ جَآءَ ٱلۡحَقُّ وَزَهَقَ ٱلۡبَٰطِلُۚ إِنَّ ٱلۡبَٰطِلَ كَانَ زَهُوقٗا

Artinya: “Dan katakanlah yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (Q.S. Al-Isra[17]: 81)

 

Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital

وَنُرِيدُ أَن نَّمُنَّ عَلَى ٱلَّذِينَ ٱسۡتُضۡعِفُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَنَجۡعَلَهُمۡ أَئِمَّةً وَنَجۡعَلَهُمُ ٱلۡوَٰرِثِينَ

Artinya: “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).” (Q.S. Al-Qashas [28]: 5)

Bahkan kehancuran Bani Israel telah diisyaratkan dalam Al Qur’an surat Al-Isra: 1-8. Kejahatannya terhadap bangsa Palestina dan Masjid Al Aqsa yang terus merajalela menandakan akan segera tumbangnya teroris dunia setelah memproklamirkan diri sebagai sebuah negara di tanah jajahannya tahun 1948. Indikasi makin dekatnya kehancuran Israel antara lain karena Israel sebagai negara tanpa batas teritorial, rasis, dan teroris. Israel juga sebagai negara penjajah, terjadinya ketimpangan demografi, makin dikucilkan dunia internasional, penurunan jumlah militer usia produktif, perpecahan politik dalam negeri, dan diaspora kedua kaum terpelajar sekuler dari Barat eksodus meninggalkan Israel karena merasa tidak nyaman lagi di sana.

Indikasi-indikasi kehancuran Israel makin diyakini tidak hanya oleh umat Islam saja, tetapi banyak pihak bahkan oleh para pendukung Israel sendiri. Tentunya kehancuran tersebut sebagai pertanda kemerdekaan Palestina dan pengembalian hak masjid Al Aqsa kepada umat Islam, sekaligus pertanda akan perdamaian dunia yang penuh naungan rahmat dan ampunan Allah. Namun hal tersebut harus diupayakan oleh kita umat Islam yang terus berkontribusi membebaskannya (Al Aqsa Haqquna).

Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!

Langkah riil yang telah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab, Salahudin al Ayyubi, Mohammad Al Fatih dan yang lainnya adalah mensosialisasikan tentang Al Aqsa sekaligus membangun ukhuwah Islmaiyah dan pentingnya akan persatuan dan kesatuan umat Islam dalam satu kepemimpinan yakni Imamul Muslimin. Allah berfirman,

وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ

Artinya: “Dan berpegang teguhlah kalian dengan tali Allah dengan berjama’ah dan janganlah kalian berfirqah-firqah …” (QS. Ali Imran [3]: 103)

Berkata Abdullah ibnu Mas’ud h

عليكم بالجماعة فإنها حبل الله الذي امر الله به  وإن ماتكرهون في الجماعة والطاعة خير مما تحبون في الفرقة

Artinya: “Hendaklah kalian hidup berjama’ah karena hidup berjama’ah itu adalah tali Allah yang Allah perintahkan, sesungguhnya sesuatu yang kalian benci dalam berjama’ah dan ketaatan itu lebih baik dari pada apapun yang kalian cintai dalam firqah.”

Semoga Allah terus membukakan pintu hati umat Islam se-dunia untuk rela tunduk dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, hidup berjama’ah dan beriammah. Amin ya Mujibas Sailin ….

Mari kita tutup shalat Idul Fitri dan khutbah ini dengan doa

الحَمْدُ لله رَبِّ العَلَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْن َوَعَلَى الِهِ وَأَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ .

اللهم اغفرللمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ .رَبَّنَا ءَامَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.

أَللَّهُمَّ  مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ  اْلأَحْزَابِ اهْزِمْهُمْ  وَزَلْزِلْهُمْ أَللَّهُمَّ  مُنْزِلَ الْكِتَابِ سَرِيْعَ  اْلحِسَابِ اِهْزِمِ  اْلأَحْزَابِ أَللَّهُمَّ  اهْزِمْهُمْ  وَزَلْزِلْهُمْ

أَللَّهُمَّ اعزالاسلام واْلمُسْلِمِيْنَ  بِجَمَاعَةِ  اْلمُسْلِمِيْنَ وَارْزُقْهُمْ  قُوَّةً  غَالِبَةً عَلَى كُلِّ  بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَسُوْءٍ  وَفَاحِشٍ  وَمُنْكَرٍ.

اللهم انج المستضعفين من االمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات فى بلد فلسطين والهندى وكسميروالصين خاصة وفى أنحاء بلدان المسلمين عامة

اللهم اشدد وطأتك على الكفارالذين يحاربون الاسلام والمسلمين واجعل عليهم سنين كسني يوسف اللهم شطط شملهم وفرق جمعهم اللهم اهزمهم وزلزلهم

رَبَّنَا اَتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ْالأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأَبْرَارِ يَا عَزِيْزٌ يَا غَفَّارٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّاوَمِنْكُمْ تَقَبَّلْ يَاكَرِيْم

Dibuat di Semarang, 29  Ramadhan 1442 H

*akan disampaikan dalam Khutbah Idul Futri 1 Syawal  1442 H, Masjid al-Hikmah Semarang.

(A/NR/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Tausiyah
Tausiyah
Indonesia