Khutbah Jumat: Jalan Menuju Kebahagiaan (Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur)

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

ke-1:

.الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدَانَا سُبُلَ السّلَامِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ خَيْرُالْاَنَامِ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، ذُو الْجَلَالِ وَالْإكْرَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِه وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّيْنَ: امّا بعد، فَيَايُّهَا الْإِخْوَانِ، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي اْلقُرْاٰنِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ، يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

Segala puji dan syukur yang setulus-tulusnya marilah senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dialah Allah yang terus-menerus melimpahkan berbagai nikmat kepada manusia, tanpa berharap balasan, imbalan dan penghambaan dari hamba-hamba-Nya.

Maha Suci Allah yang telah menunjukkan kepada manusia jalan-jalan keselamatan dan . Maha Suci Allah yang telah menurunkan syariat-syariat melalui Nabi yang mulia. Sungguh, semua ibadah dan amal shalih yang dilakukan hamba-hamba-Nya akan kembali sepenuhnya pada diri mereka.

Oleh karenanya, marilah senantiasa kita bentengi diri kita dari segala kemaksiatan, dengan senantiasa meningkatkan iman dan takwa, serta terus menambah ilmu dengan mengkaji ayat-ayat-Nya, baik yang tersurat maupun yang terhampar di alam raya.

Maasyiral Muslimin hafidzakulullah

Pada khutbah Jumat ini, khatib akan menyampaikan judul: “Jalan Menuju Kebahagiaan.” Sebagai landasan judul di atas, marilah kita renungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terdapat dalam surah Ali-Imran [3] ayat 200:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱصْبِرُوا۟ وَصَابِرُوا۟ وَرَابِطُوا۟ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (ال عمران [٣]: ٢٠٠)

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”

Pada akhir surah Ali Imran ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada orang-orang Mukmin dengan empat hal: yaitu bersabar, memperteguh kesabaran, ribath, dan senantiasa bertakwa. Empat hal itulah yang akan mengantarkan seorang Muslim menuju kebahagiaan, memperoleh keberuntungan dan kesuksesan sejati.

Dalam penjelasan Tafsir Kementerian Agama RI, setelah Allah Ta’ala menyampaikan berbagai macam hikmah dan hukum sejak awal surah Ali Imran, maka untuk melaksanakan syariat-syariat tersebut, empat perintah di atas harus dipegang teguh, jangan sampai luput.

Dalam menunaikan perintah-perintah Allah Ta’ala, manusia pasti akan menemui berbagai gangguan dan cobaan, baik dari eksternal, maupun dari internal umat, atau dari nafsu syahwatnya sendiri. Maka, untuk mengatasi semua itu, kesabaran dan ketabahan harus selalu dikuatkan secara kontinyu, terus-menerus.

Sebagai intinya, orang Mukmin harus bertakwa kepada Allah Ta’ala di mana pun dan dalam keadaan apapun. Barang siapa yang melaksanakan empat perintah tersebut, pasti akan mendapat keberuntungan, kebahagiaan dan kemenangan di dunia dan akhirat sebagaimana akhir kalimatnya: لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.

Maasyiral Muslimin hafidzakulullah

Ayat di atas memberikan petunjuk kepada kita semua tentang bagaimana seharusnya manusia menempuh jalan menuju kebahagiaan hakiki. Empat hal di atas hendaknya menjadi pegangan orang-orang beriman untuk meraih keberuntungan yang sempurna.

Pertama, dengan sabar. Sabar adalah tahan dalam menghadapi cobaan, tidak lekas marah, tidak putus asa, pantang patah hati dan kecewa.

Jika seseorang mampu bersabar dalam menghadapi musibah dan menjauhi maksiat, maka ia akan terhindar dari murka Allah Ta’ala, diselamatkan dari bencana dan dilindungi dari berbagai kerusakan.

Kedua, menguatkan sabar dalam menjalankan ibadah dan ketaatan akan membuat seseorang terasa ringan dan riang menjalaninya. Tidak ada beban berat dalam melaksanakan ibadah karena keyakinan yang menghujam dalam hatinya bahwa semua kebaikan dalam ibadah itu akan sepenuhnya kembali kepada dirinya.

Sabar identik dengan kebahagiaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyampaikan hal tersebut dengan tegas dalam firman-Nya yang lain: وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ “Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 155).

Para ulama menjelaskan, kabar gembira yang dimaksud dalam ayat di atas mencakup segala kebaikan di dunia dan akhirat. Kebaikan di dunia meliputi ketenangan, mendapatkan jalan keluar dan solusi dari permasalahan, dan berbagai hikmah yang bisa dipetik dari berbagai peristiwa yang dialami.

Sedangkan kebaikan di akhirat berupa syafaat dari Rasulullah yang mulia, diselamatkan dari siksa dan derita, dan mendapat kasih sayang berupa surga yang kenikmatannya tiada mampu dilukiskan dengan kata-kata. Ia belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, tidak pula terbesit dalam pikiran dan angan-angan jin dan manusia.

Maasyiral Muslimin hafidzakulullah

Ketiga, ribath, para ulama menjelaskan makna asalnya berakar dari kata (رَبْطُ الْخَيْـل), artinya mengikat kuda. Ribat dalam ayat di atas bermakna selalu bersiap siaga, berjaga-jaga, jangan sampai umat Islam lengah, sehingga dikalahkan oleh musuh ataupun oleh nafsuya sendiri.

Orang yang selalu berjaga-jaga dinamakan (مُرَابِطُوْن) muraabithun, seperti halnya orang-orang yang saat ini menjaga Masjidil Al-Aqsa dari segala aksi penodaan yang dilakukan Zionis Israel.

Orang yang meninggal dalam keadaan ribath, maka ia masuk dalam kategori syahid. Ia pun diselamatkan dari siksa kubur, sebagaimana hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam yang disampaikan sahabat Salman Al-Farisi Radhiallahu anhu:

رِبَـاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّانَ (رواه مسلم)

“Berjaga-jaga sehari semalam lebih baik daripada puasa selama sebulan beserta shalatnya. Jika dia mati, maka pahala amal yang telah ia lakukan akan tetap mengalir, rizkinya pun akan tetap berlangsung dan akan dijaga dari fitnah kubur.“ (HR Muslim)

Lalu bagaimana menerapkan ribath ketika berada di wilayah yang tidak ada peperangan? Dalam hal ini, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam memberi tuntunan dalam sebuah hadits dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu anhu, yang artinya:

“Maukah kutunjukkan kepadamu apa yang dapat menghapus dosa dan meningkatkan derajat?” Para sahabat menjawab, “Baik wahai Rasulullah!” Beliau bersabda, “Menyempurnakan wudhu di saat kesukaran, memperbanyak langkah kaki menuju masjid, menunggu shalat (berikutnya) sesudah menunaikan shalat. Itulah ribath.” (HR Muslim)

Berangkat dari hadits di atas, ulama ahli hadits di zaman tabi’in, Syaikh Abdullah bin Mubarak mendefinisikan ribath adalah menjaga diri untuk senantiasa berada di atas kebenaran, dan tegak di atasnya, tidak bermalas-malasan dan bersegera dalam ibadah dan ketaatan. Itulah seutama-utama ribath.

Maasyiral Muslimin hafidzakulullah

Keempat, kalimat penutup pada ayat di atas, “bertakwalah kepada Allah agar kalian beruntung,” Imam Ibnu Katsir menjelaskan, maksudnya adalah dengan menyucikan diri, membersihkan hati, serta menjauhkan diri dari segala hal yang dapat menyebabkan kebinasaan dan kehancuran.

Taqwa merupakan jalan utama menuju bahagia. Kesucian diri dan kebersihan hati adalah sumber utama menggapai ketenangan jiwa. Pertemuan antara seorang hamba dengan Rabbnya merupakan momen paling istimewa. Itu semua akan dapat diraih oleh orang yang senantiasa menjaga kesucian diri dan kebersihan hatinya.

Maka dari itu, mari bersihkan hati dari sifat-sifat tercela dan segala hal yang mengotorinya. Sucikan diri dengan cara menjauhi perbuatan yang mengundang murka-Nya. Janganlah menghalalkan segala cara, atau mengambil sesuatu yang bukan menjadi hak kita.

Dengan melaksanakan empat perintah Allah di atas, yakni; sabar, menguatkan kesabaran, ribath dan takwa, semoga kita semua mampu meraih kebahagiaan sehati, keberuntungan yang hakiki, dalam bimbingan, petunjuk dan ridha Allah Rabbul izzati.

Aamiin Ya Rabbal Alamiin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِن الآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah ke-II 

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ.

فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى . وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

 عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

(A/P2/B04)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Widi Kusnadi

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.