Kisah Masyarakat Sijunjung, Sumbar Berebut Hibahkan Lahan Untuk STAIN

Pagi itu, Jamalus Mara Sampono tampak bergegas memasuki ruang Kantor Camat Kupitan, Kabupaten , Provinsi yang sudah disesaki masyarakat.

Dia mendapat kabar bila pagi itu akan berlangsung musyawarah antara masyarakat, pihak Kemenag RI dan pemerintah kabupaten terkait rencana pendirian perguruan tinggi di daerah tersebut.

Pria berusia sekitar 79 tahun ini pun langsung menembus kerumunan warga di pintu masuk kantor camat. “Assalamualaikum,” sapa Jamalus kepada warga yang kala itu tengah membahas rencana pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri () Sijunjung.

Jamalus lalu menyalami warga satu persatu, termasuk Kepala Biro Umum Setjen Kemenag Syafrizal, Kakankemenag Sijunjung, Camat Kupitan, akademisi UIN Imam Bonjol Padang, akademisi IAIN Batusangkar, pengamat pendidikan, Ketua MUI, sejumlah pejabat SKPD Pemkab Sijunjung dan tokoh masyarakat.

Usai bersalaman, Jamalus memilih duduk berdekatan dengan Kepala Biro Umum Syafrizal.

“Saya Jamalus Pak. Saya siap menghibahkan lahan seluas 5 hektare secara gratis untuk mendirikan STAIN. Ini bentuk kepedulian dan perhatian tulus saya akan pendidikan di kampung halaman. Kami sejak dulu mendambakan adanya perguruan tinggi Islam negeri di sini,” ucap Jamalus terbata-bata, Sabtu (22/9), sebagaimana laporan Kemenag.

Wajahnya tampak haru dan berusaha menahan air mata sambil menatap penuh harap ke Syafrizal.

“Inilah impian kami sejak dulu Pak. Saya sudah 20 tahun pensiun sebagai ASN di Pemrov DKI Jakarta. Terimalah hibah lahan saya. Hari ini pun saya siap menyerahkan sertifikat untuk pengalihan hak milik,” sambung Jamalus.

Sontak saja, suasana pertemuan pagi itu begitu menyentuh. Musyarawah yang bertujuan untuk mencari lahan pendirian kampus STAIN Sijunjung kian terang dengan kehadiran Jamalus. Kepada Jamalus, Kepala Biro Umum Syafrizal mengucapkan terima kasih.

Alhamdulillah, Terima kasih Pak Jamalus. Memang pertemuan pagi ini salah satu tujuannya adalah untuk mewujudkan impian masyarakat Sijunjung yang sejak dulu mendambakan berdirinya STAIN di bawah Kementerian Agama. Jujur saya sangat tersentuh dengan ketulusan dan keikhlasan bapak yang berkenan menghibahkan lahan,” kata Syafrizal.

Menurut Syafrizal ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam mewujudkan STAIN berdiri di kawasan yang terkenal dengan Lansek Manih (buah Langsat Manis)-nya.

Di antaranya, kampus STAIN harus berada di tengah-tengah masyarakat, lahan yang akan dibangun setelah alih nama di sertifikat juga merupakan milik Kemenag. Minimal lahan yang tersedia seluas 10 hektare dan ada keterlibatan pemerintah kabupaten.

Syafrizal menuturkan, Kemenag siap mengurus struktur organisasi dan PNS sampai ke Menpan. Bila sudah mendapat izin prinsip dari Menpan baru kemudian peralihan status STIT menjadi STAIN Sijunjung akan ditandatangani oleh Menteri Agama.

“Selain status lahan clear dan clean, dari pihak Yayasan Al-Yaqin juga harus bersedia menyerahkan sepenuhnya peralihan status dari Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah menjadi STAIN Sijunjung,” kata Syafirzal.

Usai musyawarah selama sekitar 1 jam di ruang Camat Kupitan, Syafrizal bersama tokoh masyarakat didampingi Kepala Bappeda Kabupaten Sijunjung, Kepala Dinas PU, Kepala Dinas Pendidikan, Kakankemenag Sijunjung dan rombongan meninjau lokasi lahan yang tidak jauh dari Kantor Camat Kupitan.

Lokasi lahan milik Jamalus hanya berjarak sekitar 350 meter dari jalan lintas Sumatera tepatnya di Padang Sibusuk, Kecamatan Kupitan dan lahan tersebut sangat strategis untuk dibangun gedung rektorat.

Di sela-sela meninjau lahan Jamalus, Syafrizal didatangi perwakilan kaum yang menawarkan tanah ulayatnya seluas 10 hektare di Desa Pamuatan. Mereka juga berharap tanah ulayat milik kaum, bisa dihibahkan untuk pembangunan STAIN Sijunjung.

Rombongan pun kemudian bertolak ke Desa Pamuatan yang masih berada di Kecamatan Kupitan. Lokasi lahan milik kaum ini berada di deerah ketinggian atau di kawasan Bukit Barisan Sumatera. Setelah turun ke lokasi dan berdialog dengan perwakilan kaum, Syafrizal dan rombongan bergerak ke Sijunjung karena sudah ditunggu Bupati Yuswir Arifin.

Dalam dialog bersama Kepala Biro Umum Kemenag dan masyarakat disaksikan SKPD Pemkab Sijunjung, Bupati Yuswir Arifin menyatakan komitmennya bersama DPRD untuk mendukung pendirian STAIN Sijunjung. Bupati meminta para camat untuk segera memproses peralihan status hak milik lahan warga yang dihibahkan serta meneliti berkas dengan cermat.

“Kita tidak ingin tanah yang akan dihibahkan kepada Kemenag RI ada masalah dikemudian hari. Untuk itu para camat saya beri waktu satu minggu untuk menyelesaikannya. Suluruh biaya sertifikat di BPN sepenuhnya akan ditanggung Pemkab Sijunjung,” tegas Yuswir di kantor bupati sementara karena kantor bupati tengah renovasi.

Bupati Sijunjung menambahkan, pemkab bersama DPRD akan membantu biaya operasisonal dalam upaya mempercepat proses peralihan status dari STIT menjadi STAIN Sijunjung.

“Saya juga menghibahkan lahan seluas 5 hektare di daerah Kamang Baru. Silahkan lihat dan tinjau lokasinya bila cocok untuk dijadikan kampus STAIN Sijunjung. Kita targetkan STAIN Sijunjung bisa dibangun pada 2019,” sambung Bupati Yuswir.

Setelah berdialog dengan Bupati Sijunjung dan jajarannya, Syafrizal dan rombongan kembali meninjau lokasi lain yang berada di Kecamatan Lubuk Tarok atau sekitar 40 menit dari Kota Sijunjung. Di sana rombongan disambut dengan helat budaya tradisional dan dijamu di rumah gadang kerajaan Jambu Lipo oleh Wali Nagari Lubuk Tarok Zuriatman dan Camat Lubuk Tarok.

Dalam jamuan sajian makanan tradisional khas Lubuk Tarok itu, Zuriatman menyampaikan aspirasi masyarakatnya yang juga menginginkan STAIN Sijunjung dibangun di Lubuk Tarok.

“Kami juga siap menghibahkan lahan seluas 10 hektare secara gratis untuk pembangunan kampus STAIN Sijunjung. Meski demikian kami juga tidak keberatan bila STAIN di bangun di kecamatan lain. Intinya kami masyarakat Lubuk Tarok sangat mendukung berdirinya STAIN Sijunjung,” tegas Zuriatman.

Selepas melakukan survey lokasi ke sejumlah daerah tim yang dipimpin Kepala Biro Umum Kemenag Syafrizal malamnya beristirahat di Sijunjung karena besok harus kembali melakukan survey di daerah Kamang Baru yang berjarak 1 jam dari Sijunjung.

Pada Ahad pagi (23/9) sekitar pukul 07.00 WIB, tim bertolak menuju Kamang Baru. Lokasi lahan milik bupati yang akan dihibahkan itu berada di kawasan perkebunan karet dan kelapa sawit. Dari jalan lintas Sumbar-Riau-Jambi tersebut lokasi lahan hanya berjarak sekitar dua kilometer. Kontur lahan datar dan berada tidak jauh dari permukiman warga.

Di sana, lagi-lagi Syafrizal bertemu dengan salah seorang tokoh mayarakat yang juga datuk di nagari Kamang Baru. Namanya Sabudin digelar Datuk Sinaro. Pria yang sehari hari disapa Datuk Abu ini mengajak Syafrizal dan rombongan melihat lahan miliknya.

“Saya bersedia hibahkan lahan seluas 10 hektare secara gratis untuk pembangunan STAIN Sijunjung. Lahan saya ini milik pribadi dan bukan milik kaum atau tanah ulayat. Berdirinya STAIN Sijunjung sangat penting bagi generasi mendatang dan bagi daerah. Artinya bila lahan 10 hektare ini belum mencukupi saya siap menambahnya,” kata Datuk Abu.

Kehadiran Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) layaknya sebuah kilauan permata yang selama ini didampakan masyarakat di Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Impian berdirinya STAIN di daerah paling selatan di Sumatera Barat itu adalah keniscayaan tidak hanya bagi putra-putra terbaiknya melainkan juga bagi daerah yang berbatasan dengan Sijunjung.

Muaro Jambi (Jambi), Kuantan Singingi (Riau) dan Solok Selatan menjadi daerah yang berdekatan dengan Sijunjung. Belum lagi banyaknya siswa madrasah dan pondok pesantren yang siap menyandarkan cita-cita mulia di STAIN Sijunjung bila impian itu segera terwujud.(R/R01/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.