KJRI Jeddah Sambut Mahasiswa Baru Universitas Islam Madinah Asal Indonesia

Madinah, MINA — Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah menyambut kedatangan sebanyak 63 calon mahasiswa di Universitas Islam Madinah (), Sabtu, (19/1).

Acara yang dikemas dalam “Welcoming Session” atau sesi penyambutan mahasiswa baru ini berlangsung di Lobi Utama Kantor Urusan Haji Indonesia Daerah Kerja Madinah, demikian keterangan pers KJRI yang diterima MINA.

Selain rombongan mahasiswa baru, turut hadir pula perwakilan mahasiswa yang tergabung dalam wadah organasasi Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) cabang Madinah.

Kehadiran rombongan mahasiswa baru yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia itu disambut langsung oleh Konsul Jenderal (Konjen) RI Jeddah, Mohamad Hery Saripudin, dan sejumlah homestaff KJRI Jeddah.

Menurut Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya (Pensosbud), Ahmad Syofian, kedatangan 63 mahasiswa baru tersebut merupakan kloter kedua untuk penerimaan mahasiswa baru tahun akademik 1439-1440 Hijriah  atau 2018-2019.

“Gelombang pertama berjumlah 160 calon mahasiswa telah tiba terlebih dahulu pada bulan November  tahun lalu,” ujar Ahmad Syofian dalam laporannya selaku penanggung jawab pembinaan mahasiswa di wilayah kerja KJRI Jeddah, mencakup 7 dari 13 provinsi yang ada di Arab Saudi.

Salah seorang calon mahasiswa UIM merupakan perwakilan dari Pondok Pesantren yakni Muhammad Wihdan Hidayatulloh bin Wahyudi.

Muhammad Wihdan menjadi salah satu dari 236 putra terbaik dari Indonesia yang diterima masuk di UIM di tahun ajaran 2018-2019.

Dia juga menjadi satu-satunya perwakilan dari Pondok Pesantren Al-Fatah yang mulai mengikuti kuliah di salah universitas ternama yang dikhususkan untuk mempelajari ilmu syar’i dan keagamaan tersebut.

Dalam pengarahannya di hadapan para calon mahasiswa, Konjen Hery berpesan agar calon mahasiswa memegang teguh komitmen awal, yaitu tujuan mereka ke Arab Saudi adalah untuk belajar.

Lebih lanjut, Konjen berpesan agar dalam mengejar tujuan hidup para mahasiswa tidak menganut falsafah “hidup mengalir seperti air”, artinya terserah atau pasrah saja ke mana air mengalir tanpa arah yang jelas.

“Justru kita harus mengkanalisasi atau mengarahkan ke mana air harus mengalir. Iya kalau air mengalirnya ke tempat yang bersih. (Kalau) mengalirnya ke selokan, anda akan jadi sampah,” pesan Konjen.

Kesuksesan masa depan, tambah Konjen, tidak semata ditentukan oleh faktor akademik, melainkan juga oleh non-akademik. Oleh sebab itu, mahasiswa diajak untuk mengasah kepekaan dan kepedulian sosial.

Modal ini bisa diraih secara optimal melalui kegiatan berorganisasi dan interaksi positif dalam kehidupan sosial, baik di dalam maupun di luar dunia akademis.

“Melalui organisasi, kita dapat belajar memahami pola pikir orang lain. Dalam kepemimpinan kita perlu modal. Modal kepekaan sosial, kematangan dalam mengatur emosi, membaca pikiran orang, macam-macam,” ujar Konjen.

Mahasiswa juga diingatkan agar berpikiran terbuka (oped-minded) terhadap perbedaaan dan tidak silo-minded atau berpikiran sempit dan merasa paling pintar dan paling benar.

“Kembangkan budaya BOT, yaitu baca, omong (berdiskusi dan berinteraksi), tulis. Artinya, meniggalkan pola pikir kita bagi generasi selanjutnya,” pesan Konjen.

Para calon mahasiswa juga diingatkankan agar menaati hukum dan adat-istiadat yang berlaku di negara setempat melalui sesi pembekalan seputar lapor diri, model pelayanan dan perlindungan KJRI, keimigrasian dan selayang pandang isu-isu penerangan dan sosial- budaya.(L/R01/B05)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.