Oleh: Nurhadis, Wartawan MINA, Kepala Biro Sumatera
Anthony Robbins, seorang motivator dan penulis Amerika mengatakan untuk berkomunikasi secara efektif, kita harus menyadari bahwa kita semua berbeda dalam cara memandang dunia dan menggunakan pemahaman ini sebagai panduan untuk komunikasi kita dengan orang lain.
Atas dasar itu, perlu wawasan yang komprehensif tentang bagaimana berkomunikasi efektif. Apa lagi terkait dengan komunikasi seorang pemimpin dalam sebuah kelompok atau organisasi yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan seseorang dalam memimpin dan memajukan kelompok atau organisasi tersebut.
Seorang pemimpin memiliki pengaruh yang sangat besar sebagai ikutan, orang paling terdepan yang akan diikuti dan dicontoh oleh para pengikutnya. Ini membuat komunikasi mempunyai hubungan yang cukup erat dengan kepemimpinan dalam sebuah kelompok. meski setiap pemimpin punya gaya memimpin masing-masing, namun tentu perlu dan sangat bisa dipelajari bagaimana menjadi pemimpin yang baik.
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
Dalam memimpin, memang ada gayanya masing-masing. paling tidak ada tiga gaya kepemimpinan. Gaya pertama adalah Autocratic Leader. Di mana pemimpin memiliki kekuasaan penuh dalam mengambil keputusan dan mengarahkan. Autocratic leader juga disebut sebagai pemimpin yang diktator.
Gaya kepemimpinan yang kedua yakni, Free Rein Leader, adalah gaya kepemimpinan dengan pola menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada bawahannya. Dengan kata lain, pemimpin menginginkan para bawahan memiliki kemampuan tinggi untuk mengendalikan diri mereka sendiri. Pemimpin seperti ini biasanya terlalu percaya menyerahkan tanggung jawab kepada bawahan tanpa ada fungsi controlling.
Dan yang ketiga yakni Participate Leader. Gaya memimpin dengan mencari pendapat atau pemikiran dari bawahan sebelum mengambil keputusan. Dari ketiga gaya kepeminpinan di atas, Participate Leader adalah gaya yang paling baik digunakan. Gaya tersebut bisa mendorong bawahannya berprestasi dan menerima tanggungjawab.
Namun terkadang pemimpin cenderung menggunakan pola Autocratic. Memaksakan keinginannya walaupun tidak sesuai dengan yang dibutuhkan organisasi atau kelompok. Tindakan seperti ini menandakan buruknya pola komunikasi pemimpin. Dan hal ini bukan malah membawa kejayaan, justru menenggelamkan organisasi atau kelompok tersebut.
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
Itulah mengapa, pemimpin perlu menjadi komunikator yang terampil dan efektif, sehingga terbangun komunikasi yang baik, tidak terkesan memaksakan kehendak yang tidak sesuai dengan kebutuhan kelompok tersebut.
Maka, pemimpin harus berusaha untuk mempelajari dan melatih diri dalam beberapa hal. Diantaranya, meningkatkan kecerdasan emosional untuk kestabilan emosi, berfikir secara jernih, belajar untuk mengekspresikan ide atau pendapat, belajar berbicara di depan umum atau belajar memahami dan menangani arus informasi yang sangat cepat dalam kelompok atau organisasi.
Pemimpin yang tidak memiliki atau tidak mau memiliki keterampilan komunikasi yang baik akan kesulitan untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekelilingnya. Konsekuensi terberatnya, pemimpin bisa ditinggalkan oleh para pengikutnya, karena komunikasi yang berantakan akan merusak hubungan antara pemimpin dan bawahan. Dan tentu akan sangat berpengaruh dalam berjalannya roda organisasi.
Selain itu, menjadi pendengar yang baik adalah keterampilan komunikasi yang sangat diperlukan semua pemimpin. Komunikator yang baik adalah pendengar yang baik. Ketika kita mendengarkan orang lain dengan baik dan seksama, maka kita akan mendapatkan pemahaman yang lebih jelas terkait pandangan, pendapat dan wawasan yang dimiliki oleh orang lain.
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
Menjadi pemimpin yang mampu menjadi pendengar yang baik akan menumbuhkan rasa kepercayaan, rasa hormat dan keterbukaan antara seorang pemimpin dan bawahan, serta kepada yang lainnya.
Pemimpin yang bisa mendengarkan orang lain dengan baik adalah pemimpin yang hebat. Karena menurut Addiems, komunikasi efektif butuh keseimbangan kemampuan bicara dan mendengar. Kemampuan mendengar tanpa memotong ternyata sulit sekali.
Karenanya, ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh seorang pemimpin supaya komunikasi dengan yang dipimpin berjalan efektif.
Pertama, Lakukan Proses Komunikasi tanpa Henti. Komunikasi adalah solusi dan pencegahan yang tepat dalam sebuah kesalahpahaman. Dengan proses komunikasi yang tepat dan berkala, kesalahfahaman akan dapat diminimalisasi.
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Permasalahan akan terjadi ketika seorang pemimpin hanya berkomunikasi di proses awal saja, namun tidak ada follow up secara berkala. Teruslah berkomunikasi tanpa henti. Jangan biarkan audiens atau anggota tim kita merasa “digantungkan” kepastiannya hanya karena kita tidak melakukan proses komunikasi sampai selesai.
Kedua, coba dengar dan dorong masukan dari orang lain. Leadership (kepemimpinan) itu bukan hanya tentang diri sendiri, namun ini berkaitan dengan kehidupan banyak orang. Karenanya jadilah pendengar yang baik dan dorong serta semangati bawahan atau tim untuk memberikan masukan berupa ide gagasan, asumsi yang mereka punya.
Dengan cara ini, kita bukan hanya menerapkan hal-hal yang kita pikirkan, namun juga mengintegrasikan apa yang orang lain sarankan dengan apa yang kita pikirkan. Inilah pemimpin yang memiliki komunikasi efektif.
Ketiga, berkomunikasilah dengan memberi ilustrasi cerita. Misalnya, dengan menceritakan visi, misi dan tujuan kelompok atau organisasi melalui ilustrasi cerita yang menarik, sehingga para pendengar dapat menghayati cerita tersebut dan benar-benar memasukkannya ke dalam pikiran mereka. Dengan cara seperti ini, pemimpin akan lebih mudah untuk memotivasi bawahannya melalui ilustrasi cerita yang dapat mengobarkan semangat.
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti
Keempat, sederhanakan pesan dan sampaikan secara langsung. Komunikasi yang efektif menuntut para pemimpin untuk menyederhanakan pesan atau informasi yang ingin disampaikan, sehingga tidak terkesan berbelit-belit. Selain itu, berkomunikasi secara efektif juga menuntut para pemimpin agar menyampaikan pesan secara langsung. Tidak melalui orang lain, sehingga penerima pesan merasa “diwongke”.
Coba katakan apa yang dimaksud secara langsung kepada target bawahan kita, bukan membicarakannya di belakang mereka. Percayalah, metode membicarakan orang dari belakang atau menyampaikan pesan melalui orang lain karena malasnya pemimpin berkomunikasi langsung, bukanlah metode komunikasi yang efektif, karena hal ini tidak akan mengubah apapun. Justru menimbulkan masalah baru yang terus berakumulasi menjadi semakin besar dan merusak berjalannya roda organisasi.
Adapun kelima, Bersikaplah tegas melalui tindakan. Maknanya, kita bukan hanya berkata-kata melalui kalimat yang tegas. Namun benar-benar mengaplikasikannya melalui tindakan yang nyata.
Karenanya, dalam kepemimpinan, banyak ahli menyetujui, komunikasi adalah fungsi kepemimpinan paling inti. Sehingga untuk memenuhi fungsi kepemimpinan dengan baik, pemimpin wajib mempunyai keterampilan komunikasi yang baik.
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Dengan keterampilan komunikasi yang baik, akan tercipta kepemimpinan yang baik, dengan kepemimpinan yang baik, akan tercipta kelompok atau organisasi yang baik. Maka bagi kita seorang pemimpin, perbaiki pola komunikasi. Secara otomatis pemimpin akan meraih rasa hormat yang tinggi dari bawahannya, dan kredibilitas pemimpin akan semakin terangkat. (A/B03/P1)
Mi’raj News Agency (MINA).