Karen, 16 Muharram 1435/9 November 2014 (MINA) – Lebih dari 2000 warga desa di Karen terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat konflik yang tak kunjung usai, banyak dari mereka saat ini memerlukan bantuan mendesak, demikian laporan yang dirilis minggu ini oleh Karen Rivers Watch (KRW).
“Antara 7 Oktober dan 18 Oktober, setidaknya enam insiden yang berbeda dari pertempuran terjadi di Hpa-an Kabupaten Hlaing BWE (Lu pleh) dan Hpapun Kabupaten Bu Tho dan kota PDG Lo. Bentrokan ini, terjadi antara pasukan gabungan Tentara Myanmar/BGF dan DKBA, yang terlibat tembak-menembak.
Penduduk desa di daerah ini kembali menderita akibat konflik kekerasan. Lebih dari 2.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, dan sebagian besar tetap bersembunyi, demi keselamatan diri mereka, ” kata laporan itu.
Dengan judul “Takut Pulang ke Rumah: Konflik Kekerasan Terbaru dan Pelanggaran HAM di Karen” , LSM Karen, sebagaimana diberitakan oleh Democratis Voice of Burma (DVB) yang dikutp Mi’raj Islamic News Agency (MINA) menulis, meningkatnya pertempuran merupakan “bagian dari strategi militer yang diperhitungkan” oleh tentara Myanmar dan sekutunya, Angkatan Penjaga Perbatasan Karen (BGF).
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Menurut beberapa sumber, langkah itu bertujuan merebut wilayah, dan termotivasi oleh rencana untuk membangun Hatgyi Dam di Sungai Salween.
Hatgyi Dam adalah proyek bendungan mega-tenaga air yang dikontrak antara pemerintah Myanmaar dan Otoritas Pembangkit Listrik Thailand. Hal ini dibenarkan oleh Ketua Umum Organisasi Pertahanan Nasional Karen Ner Dah Bo Mya.
Dalam sebuah wawancara eksklusif Ner Dah menjelaskan mengapa ia menempatkan pasukannya dalam siaga satu.
Ner Dah mengatakan, pertempuran antara milisi pemerintah, penjaga Perbatasan dan Tentara Kebajikan Demokrat Karen (DKBA) merupakan sebuah sinyal peringatan bagi kelompok-kelompok bersenjata Karen bahwa pemerintah berencana memperkuat militer di kawasan itu.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
“Situasi saat ini di daerah kami harus waspada karena ada pertempuran antara BGF dan DKBA. Kita harus waspada karena melihat tentara Myanmar memperkuat militer mereka di sebagian besar base camp mereka yang juga dekat dengan base camp kami.”
Ner Dah mengatakan, organisasinya menyadari bahwa pemerintah bermaksud menekan setiap oposisi terhadap rencananya untuk membangun ‘proyek bendungan’ di Karen.
Dia mengatakan, kebanyakan orang Karen menentang pembangunan bendungan, karena mereka tidak akan mendapat manfaat dari kegiatan tersebut.
Laporan KRW menyebutkan, permusuhan bulan lalu di negara bagian Karen memaksa lebih dari 2.000 orang untuk menyeberangi perbatasan ke negara tetangga Thailand. KRW mendesak pemerintah Thailand untuk tidak memaksa penduduk desa yang mengungsi kembali ke daerah konflik. (T/P004/R01)
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: PBB akan Luncurkan Proyek Alternatif Pengganti Opium untuk Petani Afghanistan