Oleh: Sakuri, Redaktur Mi’raj News Agency (MINA)
Sesuai acara penutupan Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-7 pada Jumat tengah malam, 28 Februari 2020, diluar dugaan ada agenda touring destinasi wisata andalan di Provinsi Bangka Belitung, yakni di Kulong Biru, nama yang cukup asing bagi masyarakat di luar Bangka.
Saya bersama tim Kantor Berita MINA yang meliput KUII dan tim delegasi dari wadah kesatuan umat Islam, Jama’ah Muslimin (Hizbullah), berangkat keesokan paginya.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
Sebelumnya pada acara penutupan, Wakil Ketua MUI Pusat KH. Muhyiddin Junaidi dalam sambutan penutupannya menyatakan bahwa sektor pariwisata menjadi andalan komoditas di Bangka Belitung. Untuk itu ia mengingatkan, “Jangan lupa bahwa yang namanya pariwisata cenderung bisnis esek-esek,” katanya di depan Menteri Agama RI, Gubernur Babel dan tamu undangan VIP lainnya yang duduk di deretan paling depan dan seluruh peserta KUII yang hadir.
“Dengan bisnis penyakit masyarakat,” imbuhnya.
Tokoh Muhammadiyah itu mencontohkan Bali di Indonesia dan beberapa negara lain di dunia, terkadang sektor pariwisata identik entertaiment, massage dan hiburan-hiburan lainnya.
“Semoga di Babel tidak terjadi seperti itu,” harap Wakil Ketua MUI.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Kalau itu terjadi, menurutnya, dikawatirkan bukan mendapatkan keberkahan, bukan mendapatkan keuntungan, tetapi malah “buntung”.
Untuk turut memperhatikan dan mempromosikan pariwisata Bangka Belitung, yang halal tentunya, pada Sabtu pagi, 29 Februari 2020, peserta KUII diajak oleh panitia kongres berwisata ke Kulong Biru.
Dengan pengawalan voorijder layaknya pejabat penting negara, rombongan berangkat dari Novatel menuju distinasi wisata Kulong Biru.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Pariwisata halal
Sektor pariwisata adalah bagian dari produk industri yang dituntut kehalalannya juga, secara tersirat dimuat pada angka 5 Deklarasi Bangka Belitung yang menyatakan pengembangan industri halal. Lebih detailnya sebagai berikut:
“Mendorong penyelenggara negara dan umat Islam serta dunia usaha untuk secara bersama-sama terus mengembangkan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada ekonomi dan keuangan syariah, menjadikan ekonomi syariah sebagai penyangga perekonomian nasional, melalui pengembangan industri halal, keuangan syariah, social fund (ziswaf), dan bisnis syariah.”
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Panorama Danau Kaolin (Kulong Biru), Koba dan mie koba
Subhanallah, keindahan panorama Kulong Biru membetot decak kagum para wisatawan domestik ataupun mancanegara, termasuk rombongan wisatawan peserta KUII ke-7 yang turut menikmati pemandangan menganggumkan itu, setelah sebelumnya menguras banyak energi dan pikiran waktu mengikuti agenda kongres yang sangat padat sejak Rabu siang, 26 Februari, sampai Jumat tengah malam saat kongres ditutup.
Kulong Biru terletak di Desa Nibung, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung.
Dari Novotel Bangka Hotel & Convention Center tempat diselenggarakannya KUII, memakan waktu tempuh perjalanan sekitar 1 jam 9 menit untuk jarak tempuh 64.8 km menuju destinasi wisata Kulong Biru, melewati Jalan Namang, Koba, sekitar 15 km dari Koba, ibu kota Kabupaten Bangka Tengah.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Tiba di area wisata, para peserta disambut oleh yang mewakili Bupati Kabupaten Bangka Tengah Dr. Ir. Ibnu Saleh dan Tari Sambut, tarian khas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, khususnya Kabupaten Bangka yang merupakan sopan santunnya untuk menyambut para tamu yang datang ke Bangka Belitung, bahkan dengan kostum jilbab penutup aurat.
Biasanya tarian ini menyambut para tamu pemerintah ataupun swasta, menyambut kepala negara, menteri dan pejabat-pejabat dalam pemerintahan.
Suguhan kuliner mie koba
Selain itu, Bupati Kabupaten Bangka Tengah juga menjamu dengan kuliner khas Bangka, seperti mie koba, kudapan khas asal Koba, nama suatu kecamatan yang masuk di wilayah Kabupaten Bangka Tengah.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Beda antara Koba, Quba dan Kobe
Koba adalah ibu kota Kabupaten Bangka Tengah. Semula penulis beranggapan di dunia ini hanya ada dua nama Koba yang sangat terkenal.
Pertama, Koba (Quba), nama masjid yang pertama kali didirikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam saat beliau singgah dalam hijrahnya dari Makkah Al Mukarromah ke Madinah Munawwaroh.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Berjarak sekitar 6,9 kilometer sebelum memasuki kota Madinah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersama sahabatnya Abu Bakar membangun masjid di daerah Quba, yang sekarang dinamakan dengan Masjid Quba, sebuah masjid yang namanya diabadikan dalam Al-Quran. Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji masjid ini dan orang yang mendirikan shalat di dalamnya dari kalangan penduduk Quba dengan firman-Nya dalam Surat At-Taubah ayat 108,
لاَ تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا لَّمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُواْ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ ﴿١٠٨
“Janganlah kamu shalat dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS. Taubah ayat 108)
Pada ayat sebelumnya ayat 107 yang dimaksud adalah masjid dhirar di mana Allah melarang shalat di dalamnya sebagaimana disebutkan pada awal ayat 108.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
وَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَّكُفْرًا وَّتَفْرِيْقًاۢ بَيْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَاِرْصَادًا لِّمَنْ حَارَبَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ مِنْ قَبْلُ ۗوَلَيَحْلِفُنَّ اِنْ اَرَدْنَآ اِلَّا الْحُسْنٰى ۗ وَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّهُمْ لَكٰذِبُوْنَ ﴿التوبة : ۱۰۷
“Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana (pada orang-orang yang beriman), untuk kekafiran dan untuk memecah belah di antara orang-orang yang beriman serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka dengan pasti bersumpah, ‘Kami hanya menghendaki kebaikan.’ Dan Allah menjadi saksi bahwa mereka itu pendusta (dalam sumpahnya).”
Orang-orang munafik yang membangun masjid dengan tujuan menimbulkan mudarat bagi kaum mukminin dan kekafiran kepada Allah serta memecah belah di antara kaum mukminin, supaya sebagian muslimin shalat di masjid itu dan meninggalkan Masjid Quba yang kaum muslimin mengerjakan shalat di dalamnya.
Akibat pembangunan masjid oleh orang munafik itu akan membuat kaum muslimin berpecah-belah dan menunggu orang yang akan memerangi Allah dan Rasul-Nya sebelumnya, yaitu Abu Amir (sang pendeta yang fasik) supaya menjadi kesempatan untuk memperdayai kaum muslimin. Sementara orang-orang munafik itu benar-benar bersumpah bahwa mereka sesunguhnya tidak mengingikan pembangunan masjid itu kecuali sekedar kebaikan semata dan iba terhadap kaum muslimin serta melonggarkan orang-orang lemah lagi tidak berdaya untuk berjalan menuju Masjid Quba.
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara
Namun, Allah bersaksi bahwa sesungguhnya mereka itu benar-benar berdusta dalam sumpah yang mereka nyatakan. Kemudian masjid tersebut dihancurkan dan dibakar atas arahan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Kedua, Koba (Kobe). Menurut laman Wikipedia, kota keenam terbesar di Jepang dan merupakan ibu kota dari Prefektur Hyogo. Terletak di sisi selatan pulau utama Honshu, di pantai utara Teluk Osaka dan sekitar 30 km (19 mil) barat dari Osaka. Dengan populasi sekitar 1,5 juta, kota ini merupakan bagian dari wilayah metropolitan Keihanshin bersama dengan Osaka dan Kyoto.
Saat saya ke Jepang, tepatnya di Tsukuba, tidak sempat ke Kobe karena ternyata jarak tempuhnya dari Kota Tokyo cukup jauh 524.9 km. Untuk ke Kobe bisa dengan menggunakan kereta Shinkansen dari Tokyo atau Shin-Osaka, atau dengan menggunakan pesawat jalur domestik dari Bandara Haneda, atau dengan menggunakan pesawat jalur internasional untuk tujuan Bandara Internasional Kansai, tentu akan menguras kocek lebih dalam.
Alhamdulillah, bersyukur panorama wisata domestik seperti di Babel, khususnya Bangka Tengah, dengan Kulong Birunya, mie kobanya dan juga alunan musik khas Pangkal Pinang dengan dambus “Aek Gemuruh”-nya saat menyambut delegasi kongres yang berdatangan di bandara Adepati Amir, tidak kalah menariknya dibandingkan dengan wisata panorama alam, kuliner mie dan budaya seni di Jepang sekali pun.
Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu
Pantas saja Wakil Ketua MUI Pusat KH. Muhyiddin Junaidi dalam sambutannya untuk menggerakkan wisata halal di Babel mengatakan, dari Babel menjadi “Babelonia”, demikian katanya.
“Dari Babel kita ingin memberi sesuatu yang bermanfaat bagi dunia, insyaAllah,” kata Pak Kyai Muhyiddin yang disambut gemuruh tepuk tangan.
Subuh berjamaah bawa berkah
Hal lain yang membanggakan bagi Wakil Ketua MUI itu bahwa selama di Babel dapat melaksanakan shalat shubuh berjamaah. Ia bersama 50 ulama dan cendikiawan terkenal lainnya peserta kongres keliling ke masjid-masjid sekitar hotel untuk shalat subuh berjamaah yang diteruskan dengan kuliah subuh. Jamaah shalat subuh jumlahnya sekitar seratusan orang.
“Subhanallah,” kata Pak Kyai, selesai shalat ada coffee morning dan disediakan makan bersama, juga bisa berinteraksi langsung dengan jamaah Bangka Belitung, khususnya Pangkal Pinang dan sempat menanyakan betulkah jumlah jamaah sholat shubuh sebanyak ini kalau di bulan-bulan lain.
“Alhamdulillah, tidak jauh beda,” jawab jamaah yang ditirukan Kyai Muhyiddin.
Menurutnya, jika ingin mendapat keberkahan, maka warga Babel harus dekat-dekat dengan Allah. Jika warga Babel sering shalat subuh berjamaah, “insyaAllah” segala virus-virus yang mematikan tidak datang dan mendekat “Babelonia”, maksudnya Bangka Belitung.
Sebaliknnya, kalau warga Babel bangga dengan kemaksiatan, maka justru virus dan penyakit akan mudah memasuki “tubuh-tubuh kita.” Oleh karena itu, Babel yang mengandalkan pariwisata harus menjauhkan dari efek negatif pariwisata, seperti esek-esek dan bisnis penyakit masyarakat.
Semoga hal itu tidak terjadi di Babel.
Testimoni wisatawan
Berikut ini dituturkan testimoni beberapa wisatawan setelah berwisata ke Kulong Biru.
“Subhanallah, allahuakbar. Betapa Mahakuasanya Allah yang telah menganugerahkan karunia-Nya kepada manusia. Akan lebih bermakna, jika di tempat itu ada masjid yang memadai dan kajian rutin atau murottal surat-surat tentang alam, seperti Ar-Rahman, Al-Waqi’ah, dll. InsyaAllah akan memberikan nuansa yang lebih bernilai,” kata Ustaz Wahyudi KS, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Fatah, Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat kepada MINA.
“Allah menciptakan warna sebagai bagian dari keindahan. Bayangkan jika hanya hitam dan putih, tentu tidak ada keceriaan. Warna biru di Danau Kaolin ini tentu memiliki efek positif bagi tubuh dan pikiran. Biru melambangkan kedalaman, kepercayaan, kesetiaan, bijaksana, percaya diri, takdir, surga dan kecerdasan. Ditinjau dari sudut pandang psikologi, biru berarti dapat dipercaya dan bertanggung jawab. Semoga siapa pun yang berkunjung ke sini terdampak efek positif dari warna biru menjadi orang yang dapat dipercaya dan bertanggung jawab,” kata Nurhadis, Kepala Biro Sumatera Kantor Berita MINA.
“Cukup menarik dan bisa dijadikan tempat wisata dengan penataan secara lebih profesional,” kata Ustaz Ahmad Sholeh, kandidat Doktor Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran Jakarta, dosen dan mubalig Jama’ah Muslimin (Hizbullah).
“Luar biasa, bisa berkunjung ke salah satu objek wisata di Pangkalpinang, terlebih saya bisa mengabadikan momen tersebut, tempatnya bersih, sejuk, dan perbedaan warna air danaunya sungguh luar biasa, melihatnya akan makin menambah keimanan kita kepada Allah, sang Pencipta langit dan bumi,” kata Muhammad Habib Hizbullah, mahasiswa dan fotografer Kantor Berita MINA. (A/RS5/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)