Kuwait Tegaskan Tolak Normalisasi Hubungan dengan Israel

, MINA – Kuwait kembali menegaskan penolakan terhadap normalisasi hubunganmya dengan Israel.

Hal ini ditegaskan  Ahad 17 Februari menanggapi foto bersama pejabat Kuwait bersama pejabat Arab lainnya dengan peserta konferensi Warsawa pekan lalu. antara lain Israel,  yang dipandang sementara fihak sebagai sinyal ke arah normalisasi hubungan Kuwait dengan Israel.

Dalam sebuah pernyataan pers, Ketua Majelis Nasional Kuwait Marzouq Al-Ghanim menegaskan “posisi berprinsip dan teguh” Kuwait terhadap normalisasi dengan Israel, MEMO melaporkan dikutip MINA.

Ia menekankan, Kuwait adalah salah satu dari sedikit negara Arab, yang tidak setuju untuk membangun hubungan dengan Israel.

Al-Ghanim berharap tidak ada foto pejabat Arab atau Kuwait dengan pejabat Israel, yang dianggap memberi sinyal perubahan sikap negaranya terhadap Israel.

Wakil Menteri Luar Negeri Kuwait Khaled Al-Jarallah juga mengatakan, mereka yang percaya foto bersama di Konferensi Warsawa menandakan perubahan sikap Kuwait terhadap Israel, berada di bawah ilusi dan mereka keliru berpikir bahwa normalisasi dapat direduksi menjadi foto bersama.

Konferensi Warsawa, yang berlangsung di ibukota Polandia, dipandang oleh banyak orang sebagai kesempatan bagi Netanyahu untuk membanggakan hubungan pemanasan antara Israel dan negara-negara Arab, menjelang pemilihan umum Israel yang akan datang pada 9 April.

Meskipun Netanyahu sebelumnya telah terlibat dalam sejumlah pertemuan terbuka dengan para pemimpin Arab dan Muslim sebagai bagian dari upaya normalisasi, termasuk bertemu Sultan Oman dan Presiden Chad, serta mengirim pejabat senior Israel ke Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain, banyak negara enggan melakukan hubungan ini secara terbuka.

Namun, konferensi pekan lalu memperlihatkan sejumlah pejabat tinggi Arab berbagi panggung dengan Netanyahu, dengan beberapa bahkan menyatakan pendapat yang terutama pro-Israel.

Berbicara tentang serangan udara Israel di Suriah, Menteri Luar Negeri UEA Abdullah Bin Zayid Al-Nahyan mengatakan, setiap negara memiliki hak untuk mempertahankan diri ketika menghadapi tantangan.

Menteri Luar Negeri Bahrain Khalid Bin Ahmed Al-Khalifa juga mengatakan, menghadapi ancaman Iran adalah lebih berbahaya dan penting daripada penyebab Palestina saat ini.

Pada bulan Januari, Al-Jarallah mengatakan, negaranya tidak memiliki niat normalisasi hubungan dengan Israel.

“Sikap Kuwait telah jelas sejak Yang Mulia almarhum Sheikh Jaber Al Ahmed, Emir Kuwait sampai kematiannya pada tahun 2006, mengumumkan Kuwait akan menjadi negara terakhir yang menormalkan hubungan dengan Israel,” tegasnya. (T/Ast/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: sri astuti

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.