Jakarta, 26 Muharram 1438/27 Oktober 2016 (MINA) – Pengelola Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR), M.M Gibran Sesunan mengatakan minimnya perhatian Pemerintah untuk rehabilitasi sekolah roboh mengancam keselamatan anak-anak Indonesia.
“Sejak tahun 2014, telah jatuh korban sebanyak 105 anak luka-luka dan empat anak korban jiwa. Hingga saat ini 6.6 juta anak lainnya terancam bahaya karena belajar di ruang kelas rusak dan terancam roboh,” kata Gibran dalam acara Diskusi Media bertajuk Indonesia Darurat Sekolah Rusak, di Resto Por Que No, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (27/10).
Ia menambahkan, menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun 2016, 18.6 persen ruang kelas SD dan 16.62 persen ruang kelas SMP berada dalam kondisi rusak.
“Namun, di 10 daerah sampel studi Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan kemitraan Masyarakat Indonesia (YAPPIKA) rata-rata hanya mengalokasikan 0.99 persen dari Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD) 2016 untuk pembangunan dan rehabilitasi ruang kelas,” ujarnya.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
Lebih lanjut, tren alokasi dalam APBN pun menunjukkan kecenderungan menurun dari 0.41 persen dalam APBN 2014, turun menjadi hanya 0.37 persen dalam APBN 2015 dan 0.21 persen dalam APBN 2016. Hal ini diperparah dengan tata kelola rehabilitasi ruang kelas yang rentan tidak tepat sasaran.
“Pemerintah harus segera mengambil inisiatif untuk mencegah jatuhnya kembali korban karena sekolah roboh dengan pengelolaan infrastruktur sekolah menjadi lebih akuntabel dan menginisiasi Gerakan Nasional Percepatan Rehabilitasi Ruang Kelas Rusak Berat,” katanya. (L/ima/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun